MELETUSNYA Gunung Krakatau pada 1883 juga ikut memberi pengaruh penyebaran agama Islam di Lampung. Para pemukim asal jazirah Arab yang semula masih menetap di pesisir, mulai masuk.
Salah satunya adalah penyiar agama Islam asal Hadramaut, Yaman, yakni Habib Alwi bin Ali Al Idrus yang makamnya di Kecamatan Ketapang, Lampung Selatan. Makam itu disertai dua makam yang konon murid sang Habib di dalam Masjid Nurul Huda, Desa Ketapang. Hingga kini makam itu terus diziarahi umat Islam dari berbagai daerah.
Juru kunci makam Habib Alwi bin Ali Al Idrus, Dulhadi, menceritakan sebelum memasuki Desa Ketapang, penyiar Islam itu peserta pengikutnya tinggal di Dusun Pegantungan, Bakauheni. Di sana mereka memperdalam agama dengan Habib. "Setelah Gunung Krakatau meletus tahun 1883, Habib Alwi kembali berlayar menuju ke Desa Ketapang," kata Dulhadi di rumahnya, dekat masjid itu, Jumat (13-8).
Salah satu peninggalan Habib dan pengikutnya saat tinggal di Bakauheni adalah sebuah sumur yang airnya tetap tawar walaupun terintrusi air laut. "Namun, sumur itu baru bisa dilihat kalau air laut surut," kata dia.
Di dalam Masjid Nurul Huda ada dua nisan berdekatan tapi berbeda. Makam sang Habib tertutup kelambu, sedangkan makam di sebelahnya tidak. "Konon makam itu merupakan makam murid kesayangan Habib," kata dia.
Di papan pengumuman masjid terdapat foto bangunan surau dan silsilah keturunan Habib. Tercantum keturunan Habib Alwi Al-Idrus, mulai dari Abdurrohman bin Syekh Nul Karim, Abdurrohim bin Abdurrohman dan terakhir Abdurrouf bin Abdurrohim. "Keturunan Habib yang masih hidup kabarnya ada di Labuhanmaringgai, Lamtim. Di sana juga ada makam saudara kandung Habib," kata dia.
Sementara itu, Yarwina, istri Hamsi, seorang juru kunci makam sebelum Dulhadi, mengatakan hingga suaminya menjadi juru kunci memang tidak ada lagi keturunan Habib di Ketapang. Mereka kabarnya menetap di Labuhanmaringgai, Lampung Timur. "Di sana mereka juga menyebarkan Islam," kata Yarwina yang juga guru SD Negeri I Ketapang itu. (AAN KRIDOLAKSONO/U-3)
Sumber: Lampung Post, Senin, 16 Agustus 2010
No comments:
Post a Comment