LAMPUNG bukan hanya sepotong provinsi berbentuk tungku di kaki Sumatera yang termangu saat wilayahnya dilalui jutaan manusia dan ribuan kendaraan melindas saban tahun. Kekayaan alam dan kekuatan kultur yang terbentuk berbilang abad justru mencetak karakter kuat daerah ini, termasuk ciri ekonomi yang berbasis pertanian dan perkebunan.
Susurilah Lampung; di seluruh pelosok tampak dominannya kehidupan bersandar olah tanah dan menanti keramahan bumi dalam bentuk iklim. Nyiur melambai sepanjang pantai dengan laut sebagai berkah, gunung-gemunung dengan lembah subur, dan hijaunya persawahan menjadi pemandangan ikonik. Tak pelak, pengembangan ekonomi yang "berideologi" pertanian menjadi pilihan tunggal bagi kita.
Pertanian tak semata urusan cocok tanam di sawah atau ladang, beternak hewan berkaki empat, kaki dua, sampai yang tidak berkaki (ikan). Bidang ini pun bertaut erat dengan infrastruktur. Bukan sekadar listrik yang cukup, jalan produksi sampai ke desa, telepon yang menjelujur sampai ke balik gunung, waduk perkasa nan melindungi keberlangsungan air, atau irigasi yang menjangkau sudut terjauh lahan pertanian.
Ada dimensi lain yang juga penting: terbentangnya jalan tol, hadirnya bandar udara berkelas internasional, pelabuhan berskala global, dibangunnya kota baru, sampai berjejernya rel kereta ganda yang mampu membelah Sumatera dari ujung Selatan sampai pucuknya. Jika kelak semua lengkap, tak satu yang kuasa menahan laju pertumbuhan Lampung dalam peta nasional dan kian pentinglah kawasan ini dalam percaturan regional, bahkan mondial.
Jika kondisi ini berjalan serasi dengan lestarinya hutan, plus keinginan membangun selaras dengan alam, sempurnalah perjalanan Lampung mencapai orbit terbaiknya. n HERI WARDOYO
Sumber: Lampung Post, Senin, 16 Agustus 2010
No comments:
Post a Comment