BANDAR LAMPUNG (Lampost): Kepala Kantor Bahasa Provinsi Lampung Muhammad Muis mengatakan pelestarian bahasa dilakukan secara menyeluruh. Salah satunya dengan perubahan kurikulum dalam pengajaran berbahasa Lampung.
"Berbahasa itu harus lengkap dari membaca, menulis, mendengar hingga berbicara. Jadi tidaklah cukup jika materi muatan lokal berbahasa Lampung hanya menulis aksara," kata Muis saat dihubungi melalui ponselnya tadi malam(5-8).
Dalam kurikulum pengajaran bahasa Lampung, mestinya juga mengajarkan anak berbicara dan bercakap-cakap dengan menggunakan bahasa Lampung.
"Pelajaran berbahasa yang baik adalah belajar secara kontekstual. Artinya bahasa digunakan sesuai dengan kebutuhan sehari-hari. Selain menghafal lebih cepat dengan sering digunakan, akan tercipta kebiasaan," kata dia.
Namun, Muis mengingatkan dalam situasi formal, dalam mengajar mata pelajaran lain, berpidato misalnya, pengunaan bahasa Indonesia tetaplah yang utama. Namun, dalam pelajaran bahasa Lampung, guru dapat menggunakan bahasa itu. "Melestarikan bahasa yang baik bukan hanya mempelajarinya, melainkan menggunakannnya. Dalam situasi informal, penggunaan bahasa Lampung lebih efektif ketimbang sekadar mempelajarinya secara formal," kata Muis.
Hal senada dikatakan Ketua Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah di FKIP Unila Edy Suyanto. Menurut dia, sebuah bahasa akan bertahan atau tidak bergantung pada sikap komunitas penggunanya. "Dalam sosiolinguistik, bahasa daerah atau bahasa ibu cenderung akan mengalami kepunahan. Makanya, jika tidak dirawat dan dijaga, akan benar benar punah," kata Edy.
Fenomena ini terjadi terutama di daerah perkotaan. Di Yogyakarta saja, menurut riset bahasa terakhir, tinggal 37% masyarakat yang menggunakan bahasa Jawa. Hal serupa juga terjadi di Bandar Lampung. "Bahasa Lampung jika dikatakan kritis memang belum parah. Tapi jika tidak dipelihara dari sekarang, lambat laun punah," kata dia.
Langkah terbaik melalui pendidikan dalam hal ini memberikan muatan lokal secara menyeluruh. "Media belajar seperti audio visual, buku buku cerita merupakan media pembelajaran yang efektif. Sayangnya, media seperti ini untuk bahasa Lampung sukar ditemukan," kata dia.
Menanggapi hal itu, Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Lampung Maedasuri mengaku selama ini kurikulum di sekolah menekankan pada penguasaan kosakata dan huruf Lampung. "Untuk percakapan agar bisa menguasai bahasa dengan baik memang belum diterapkan," kata Maedasuri.
Menurut Maedasuri, untuk sekolah yang ada di daerah, penggunaan bahasa Lampung masih kental. "Bahkan, dalam percakapan sehari-hari, mereka menggunakan bahasa Lampung," kata dia.
Namun, untuk perkotaan, penggunaan bahasa Lampung dalam percakapan sehari-hari menjadi minim karena banyaknya pendatang. (MG14/UNI/U-3)
Sumber: Lampung Post, Jumat, 6 Agustus 2010
No comments:
Post a Comment