GUGUSAN pulau yang ada di Teluk Pedada, Pesawaran, menyimpan banyak jejak sejarah. Pulau-pulau yang dulu berjaya, lalu ambruk di masa krisis moneter itu kini mulai pulih. Termasuk kejayaan masa lampau kemargaan dalam budaya Lampung.
Kapal pesiar besar seperti yacht mewah berwarna putih asal Jakarta itu terlihat terombang-ambing oleh riak kecil gelombang yang terbawa angin musim, Sabtu (31-7). Tambang penambat di dermaga Pulau Balak itu terlihat sesekali terulur dan mengencang. Di sisi dermaga, kolam besar dengan sepasang kerapu besar seukuran tubuh manusia dewasa sesekali menyembul keluar.
Di tepian pantainya, sejumlah turis asing terlihat riang. Sebagian masyuk dengan aktivitas menyelam dan snorkling, sebagian lainnya berjalan mengitari pulau seluas 26 hektare itu.
Sementara di cottage, penjaga pulau menyajikan beragam masakan khas kepada wisatawan sebagai bagian dari wisata kuliner paket wisata para turis asing dari berbagai negara yang menghibur penat mereka di Pulau Balak. Pulau Balak adalah bagian dari gugusan pulau-pulau di Teluk Pedada, Pesawaran.
Yogi, penjaga Pulau Balak, terus berusaha merekonstruksi masa ketika turis menjadikan pulau ini sebagai tujuan wisata favorit mereka. Penjelasannya mendedahkan kejayaan Teluk Pedada serasa menayang kembali. "Tetapi, menjelang akhir tahun 90-an seiring dengan terjadinya krisis moneter lambat laun jumlah kunjungan terus menurun sampai akhirnya tumbang. Pulau itu pascasurutnya kunjungan seolah merana, tak ada lagi kemeriahan di setiap akhir pekan."
Saat itu, tak hanya pengelola pulau yang merasakan gurihnya bisnis pariwisata, penduduk lokal ikut merasakannya. Setidaknya menyediakan perahu untuk para wisatawan berkeliling dari satu pulau ke pulau lainnya sudah cukup mampu menjadikan kunjungan para wisatawan ini sebagai mata pencarian sampingan.
Menarik ke masa yang lebih lampau, sekitar tahun 1800-an, Teluk Pedada juga pernah dikenal sebagai bandar perdagangan yang gaungnya bahkan dikenal hingga ke Pulau Jawa, Bengkulu, hingga ke daerah-daerah tetangga lainnya. Melalui Muarabawang di sisi barat Pulau Balak, kawasan ini ketika itu riuh rendah oleh transaksi perdagangan yang masih menganut sistem transaksi barter barang dagangan.
Hasil bumi asal daerah pesisir di Teluk Pedada ini begitu dikenal. Kopi, lada, sampai pisang dihasilkan penduduk Pulau Balak dan sekitarnya. Yakni, Pulau Puhawang dan Pulau Lunik.
Salah satu jejak kejayaan bandar perdagangan di kawasan pesisir Teluk Pedada yang masih tersisa adalah Pasar Bawang. Di pasar inilah awalnya geliat perdagangan antarpedagang dari laut seberang melakukan transaksi dagang dengan penduduk lokal maupun penduduk yang tinggal di pulau.
Dari daerah ini juga penyebaran agama Islam masuk melalui tokoh asal Banten yang masuk ke kawasan pesisir Teluk Pedada. Yakni, Tuan Serambak yang juga adik dari Tubagus Yahya salah satu tokoh penyebar agama Islam di Lampung yang makamnya berada di daerah Bakung, Telukbetung, Bandar Lampung.
Dari sini, kearifan lokal muncul dan ikut menginfiltrasi nilai-nilai budaya Lampung di Teluk Pedada yang ketika itu terdiri dari tiga kemargaan. Yakni, Marga Bawang, Marga Punduh, dan Marga Pedada.
Hifni Idris, tokoh pemuda Punduhpidada, keturunan generasi ketujuh Tuan Serambak, mengakui pengaruh Islam kepada nilai-nilai kebudayaan Lampung. Salah satu contohnya adalah tarian Rudat yang kental dengan nuansa keislaman yang menggabungkan unsur-unsur budaya Lampung.
"Ini bagian dari warisan budaya, yang menggabungkan nilai-nilai adat Lampung melalui tiga kemargaan yang ada di daerah pesisir Teluk Pedada dengan agama Islam," kata Hifni Idris.
Bangkit Kembali
Sudah hampir satu jam lebih Yolande Tran, wisatawan asal Prancis ber-snorkling di tepian Pulau Balak. Namun, ia seperti tak ingin menyudahi aktivitasnya. Padahal, sepekan lalu sedang musim ubur-ubur.
Yolande seperti tak menghiraukannya. Tubuhnya mulai memerah karena tersengat ubur-ubur, tapi ia tetap saja memanjakan matanya dengan keindahan bawah laut di Pulau Balak.
"Saya kira pulau ini sangat indah, bawah lautnya masih bisa saya lihat banyak terumbu karang yang bagus, ikan-ikannya cantik," ujar Yolande Tran.
Terumbu-terumbu karang masif dengan ikan-ikan hias seperti Nemo atau ikan badut (clown fish), teripang, atau lobster yang berkamuflase dengan pasir laut untuk menghindari predatornya atau bahkan penyu masih bisa dengan mudah dijumpai di perairan ini hanya di kedalaman yang relatif dangkal, sekitar tujuh meter.
Kondisi perairan yang masih terjaga dengan alami membuat ekosistem bawah laut masih relatif murni meskipun di sejumlah ruas pesisir pantai tambak-tambak udang yang berlimbah. Pulau ini cukup tertutupi dengan gugusan pulau lain di depannya, seperti Pulau Helok.
Riko Stefanus, penggiat ekowisata, menilai secara umum kondisi fisik perairan di sekitar Pulau Balak masih sangat baik. Ia bahkan pernah menjumpai sekawanan lumba-lumba jenis hidung botol masuk ke dalam perairan ini, termasuk jenis-jenis ikan pelagis.
"Ciri fisik perairan yang masih baik salah satunya dilihat dari indikator itu, penyu pun masih bisa dijumpai," kata Riko Stefanus.
Karena itu, Riko menilai tak ada alasan untuk tidak menggerakkan kekuatan pariwisata di kawasan Teluk Pedada melalui gugusan pulaunya yang eksotik atau kawasan pesisirnya yang memiliki nilai historis yang luhur.
Apalagi, Teluk Pedada tak semata menawarkan objek wisata yang cenderung konvensional seperti objek wisata lain, tapi juga wisata yang lebih spesifik. "Semua ada di sini, kenapa tidak memulai kembali mengangkat kejayaan wisata di Teluk Pedada ini kembali seperti ketika tahun 90-an.�
Perairan ini juga melimpah dengan ikan-ikan tangkapan, seperti tuna, simba, kue gerong (giant trevally) bahkan ikan layaran, spot-spot memancing yang tersebar di kawasan teluk ini begitu potensial. (ERLIAN/MEZA SWASTIKA/M-1)
Sumber: Lampung Post, Minggu, 8 Agustus 2010
No comments:
Post a Comment