BANDAR LAMPUNG (Lampost): Aksi peduli bencana dilakukan oleh seniman se-Sumatera dalam Festival Happening Art di acara Pameran dan Pergelaran Seni se-Sumatera XIII, Rabu (10-11), di areal rerbuka Taman Budaya Lampung.
TARI KONTEMPORER. Tiga penari dari Provinsi Riau menampilkan tari kontemporer Potret Nan Kanduang II karya Joni Andra di Gedung Teater Tertutup Taman Budaya Lampung (TBL), Bandar Lampung, Selasa (9-11) malam. Kegiatan ini digelar dalam rangkaian Pergelaran dan Pameran Seni se-Sumatera XIII. (LAMPUNG POST/MG12)
Pada Selasa (9-11) malam, Lampung Ikhlas melangsungkan malam amal untuk korban tsunami Mentawai, Sumatera Utara. Malam amal yang dilangsungkan di Pondok Rimbawan ini dimeriahkan dengan pertunjukan akustik dari Bengkel Rendra dan pembacaan puisi.
Aksi pengumpulan dana di Taman Budaya Lampung dilakukan dengan menampilkan sebuah teater jalanan yang menceritakan tentang penderitaan para korban bencana alam, Merapi, dan Mentawai. Aksi tersebut menampilkan seorang aktor yang seluruh badannya dilumuri oleh kapur putih sebagai simbolilasasi debu vulkanik, sambil membawa sebuah keranjang putih bertuliskan "Sumbangan untuk Bencana Alam".
Pementasan teater jalanan tersebut dibuka dengan iringan suara biola dan suling yang lirih dan aktor yang berjalan pelan membentuk lingkaran yang semakin mengecil sebagai simbol penderitaan yang tiada henti dan menuju kematian.
Selain teater jalanan, pada Festival Happening Art itu seorang pelukis dari Jambi juga melakukan proses melukis yang bercerita tentang kelaparan di lokasi pengungsian yang dilakukan dengan impresif oleh Beslan Tobing.
Sementara itu, dalam malam amal di Pondok Rimbawan, Sastrawan Lampung Isbedy Stiawan dan Saipul Irba Tanpaka membacakan puisi tentang bencana tsunami Mentawai, bencana Gunung Merapi Yogjakarta, dan banjir Wasior.
Malam amal bertema Lampung untuk Mentawai ini dihadiri para aktivis lembaga swadaya masyarakat, akademisi, partai politik, dan anggota DPRD.
Koordinator Lampung Ikhlas Nopi Juansyah mengatakan malam ama ini ditujukan untuk korban bencana tsunami di Mentawai. Mentawai tidak siap menghadapi bencana dibandingkan dengan warga di sekitar Merapi. Penanganan letusan Gunung Merapi jauh lebih siap, alat yang digunakan pun jauh lebih canggih.
"Mentawai lebih sulit ditembus oleh para relawan," kata Nopi.
Lampung Ikhlas merupakan gabungan dari 26 lembaga dan bergerak di bidang penanganan bencana alam dan kemanusiaan. Menurut Nopi, Lampung Ikhlas pernah membantu korban bencana tsunami Aceh tahun 2004. (MG13/MG2/K-1)
Sumber: Lampung Post, Kamis, 11 November 2010
No comments:
Post a Comment