BANDAR LAMPUNG (Lampost): Kelangsungan adat dan kebudayaan di berbagai daerah di Indonesia, termasuk Lampung, terancam. Hal ini terjadi akibat tidak adanya keterkaitan atau proses sistematis dalam membangun kearifan lokal, baik dari Pemerintah Pusat atau pemerintah daerah.
"Dalam beberapa puluh tahun mendatang, kearifan atau adat-adat lokal terancam dan kemungkinan bisa saja mati. Dan yang paling dikhawatirkan tentu saja punahnya bahasa Lampung," kata Oyos Suroso dalam seminar dengan tema Kontribusi kearifan lokal adat budaya daerah dalam proses pembangunan di Provinsi Lampung di Hotel Marcopolo, Bandar Lampung, kemarin (27-7).
Seminar digelar Pusat Studi Strategi dan Kebijakan (Pussbik). Hadir juga sebagai pembicara, Kabid Kebudayaan dan Kesenian Yusuf Rusman mendampingi Kepala Disbudpar Lampung Gatot Hudi Utomo dan penggiat masyarakat adat Ikhwan M. Nur atau Buyung.
Menurut Oyos, salah satu kendala untuk mendukung eksistensi kearifan lokal yang terjadi saat ini, yakni selain terletak pada persoalan strategi kebudayaan yang tidak jelas, juga tidak adanya kebijakan yang strategis untuk menjadi wadah kearifan lokal.
Kondisi tersebut, kata Oyos, sudah terjadi saat memasuki era reformasi. Hal ini berbeda dengan era Orde Baru yang justru lebih jelas, seperti adanya pendidikan kesenian di sekolah-sekolah.
"Saat ini pendidikan kesenian hanya dipelajari sampai tingkat SD. Dengan kebijakan seperti ini, keterkaitan tentang kearifan lokal menjadi terbatas dan pengetahuan yang didapat pun hanya sebatas muatan lokal," ujarnya.
Ia menambahkan sebagian elite politik dan pemangku kepentingan serta masyarakat masih mengategorikan kebudayaan sebagai kata benda dan tidak menyertakan proses-proses kehidupan. Hal ini berdampak pada terabaikannya dimensi kebudayaan yang terkait dengan nilai-nilai kearifan lokal.
Yusuf Rusman mengatakan pihaknya sudah mengusung program pengembangan kepariwisataan untuk tetap menjaga kelestarian kearifan lokal dengan mempertahankan tradisi budaya di setiap daerah.
"Langkah-langkah yang kami lakukan di antaranya dengan membentuk kreasi wisata dalam upaya untuk tetap mempertahankan kearifan lokal," kata dia.
Dengan demikian, berbagai kearifan lokal di Lampung akan tetap terjaga dengan baik. "Kita lihat saja di daerah-daerah seperti Lampung Barat, Lampung Timur, dan Lampung Utara yang masih tetap konsisten berkomunikasi dengan bahasa daerah Lampung," kata Yusuf. (YAR/K-1)
Sumber: Lampung Post, Kamis, 28 Juli 2011
No comments:
Post a Comment