Waykanan, Lampung, 14/10 (ANTARA) - Desainer Lampung, Raswan Tapis mengatakan Waykanan memiliki kain tapis 'bidak galah napuh' yang keberadaannya perlu dikonservasi supaya tidak hilang sehubungan telah asing di kalangan masyarakat Lampung termasuk dari daerah itu sendiri.
"Sejarah diwakili juga oleh kain, termasuk tapis biduk galah napuh dari Waykanan, karenanya perlu konservasi atau pelestarian dan perlindungan di jaman modern ini supaya tidak mati," tegasnya, Jumat, di Bandarlampung saat dihubungi melalui telepon genggamnya.
Alumnus Fakultas Bahasa dan Seni Unila 1990 yang konsen terhadap tapis itu mengatakan ada beberapa hal yang membuat tapis biduk galah napuh menjadi hilang.
"Pembuatan tenun di jaman penjajahan Jepang hilang karena dihentikan. Jauh diatasnya ketika agama Budha dan Hindu tergeser, biduk galah napuh juga tersingkirkan dari daerah Lampung," urainya.
Tenun bidak galah napuh, kata dia, mewakili jaman kait dan kunci yang ada pada abad 2 SM. Memiliki penyongketan geometris, dan bermotif animal mitos, semisal buaya putih atau burung hong yang merupakan simbol-simbol peradaban masa lalu semisal pemujaan.
"Galah napuh yang artinya leher kancil belang-belang ialah pusaka warisan leluhur Waykanan yang pada awalnya digunakan untuk upacara sakral pemujaan, penutup kematian, selikep atau selendang pengantin," paparnya.
Konservasi terhadap biduk galah napuh dilakukan Raswan sejak 10 tahun lalu. Rujukannya ialah buku-buku dan barang-barang kuno milik orang asing.
"Konservasi biduk galah napuh melewati percobaan demi percobaan supaya komposisi dan bentuk aslinya tidak hilang," jelasnya.
Raswan menegaskan, kain ialah identitas budaya lokal, juga nasional yang pada akhirnya dikenal secara internasional.
Selain itu, pada tataran akar budaya hakikat kain tapis cenderung hilang, mana yang klasik mana yang pengembangan acap dikesampingkan.
"Orang seharusnya bisa bicara klasik sebelum pengembangan supaya pakemnya tidak hilang," kata dia
Biduk galah napuh akan dikenakan oleh beberapa tokoh adat pada acara Seminar International Seni Tradisional Lampung yang membahas alat musik gamolan dan diselenggarakan oleh Majelis Penyimbang Adat Lampung (MPAL) hari ini.
Sementara itu, beberapa warga Waykanan saat ANTARA menanyakan perihal kain tapis biduk galah napuh tersebut mengatakan tidak mengetahui.
Sumber: Antara, Jumat, 14 Oktober 2011
No comments:
Post a Comment