ORANG perlu kaya agar bisa membantu perjuangan agama dan tidak diremehkan orang lain. Filosofi itu yang mendorong Nila Nargis untuk membuka jaringan bisnis dan berwirausaha.
Meskipun profesi utamanya sebagai dosen, jiwa wirausahanya begitu kuat. Nila membuka bisnis katering, kemudian bisnis penyewaan tarup pernikahan, dan baru-baru ini membuka rumah makan di Telukbetung Utara.
Sebagai dosen Fakultas Hukum (FH) Unila, Nila tidak hanya mengajarkan mahasiswa tentang hukum. Dia juga menanamkan tentang nilai-nilai agama saat kuliah. Lulusan Magister Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM) ini juga mendorong mahasiswa untuk berwirausaha. “Asalkan kita mau usaha, pasti saja ada jalan untuk mendapatkan uang,” kata dia.
Mahasiswa yang ingin berwirausaha dibantu dan diberi jalan. Dia pun memberi jaringan dan jalan bagi mahasiswa yang mau berbisnis. “Kalau mahasiswa mau berbisnis, silakan datang. Apa yang bisa ibu bantu? Nanti ibu ada jaringan, silakan saja,” ujar Nila.
Terkadang, mahasiswa pun ada yang menjadi perantara untuk mempromosikan penyewaan tarup dan katering. Mahasiswa bisa mendapat fee bila bisa menawarkan tarup dan makanan. “Kalau mahasiswa mau, mereka bisa dapat fee hingga Rp700 ribu bila bisa mencari pelanggan jasa tarup dan katering. Pokoknya kalau memang butuh uang dari usaha sendiri mudah, asalkan mau,” kata dia.
Dalam mengajar mahasiswa, Nila menekankan pada aspek agama dan perbaikan moral. Sebelum mulai kuliah, mahasiswa diminta untuk membaca doa belajar bersama-sama. Para mahasiswa pun membaca doa dengan suara keras untuk memulai perkuliahan.
Bukan tanpa alasan Nila menekuni bisnis yang bukan menjadi bidang keilmuannya. Nenek satu cucu ini bercita-cita menjadi seorang miliarder. Banyak hal yang bisa dilakukan dengan menadi miliarder. Hal yang akan diwujudkannya adalah membantu syiar agama. “Orang-orang yang bukan Islam saja kadang mau memberikan hartanya untuk keperluan agama. Masa yang muslim tidak mau memberikan uangnya untuk agama,” ujarnya.
Nila juga dikenal sebagai ustazah yang kerap memberi ceramah agama. Dia diminta untuk memberi siraman rohani kepada ibu-ibu di tempat-tempat pengajian atau masjid-masjid. Nila tidak mau dibayar setelah memberikan ceramah. Ceramah menjadi ladang amal baginya untuk membantu mensyiarkan agama.
Lulusan Fakultas Hukum Unila ini begitu bersyukur atas apa yang sudah diberikan Allah kepada dirinya dan keluarga. Nila merasa apa yang diminta kepada Tuhan sudah dikabulkan, misalnya dia minta untuk kuliah S-2 di UI atau UGM serta meminta suami yang baik dan saleh serta keluarga yang bahagia.
Nila merasa Allah sudah membantunya. Oleh sebab itu, sudah sewajarnya dia beryukur dalam bentuk mensyiarkan agama. Bentuk syiar agama yang akan dilakukan Nila adalah menulis buku dan berceramah.
Istri dari Iwan Setiawan ini sudah menerbitkan buku tentang pesan-pesan agama pada tahun 2010. Pada tahun 2012, Nila berencana menerbitkan dua buku yang isinya tentang Muhammad dan sedekah. Membuat buku juga bertujuan agar pesan-pesan yang dia sampaikan tidak mudah dilupakan. “Apa yang kita sampaikan saat ceramah kadang mudah dilupakan orang. Tapi jika sudah dituangkan dalam tulisan, bisa terus diingat,” ujar wanita kelahiran Bandar Lampung ini.
Ibu tiga anak ini mengumpulkan banyak literatur tentang Muhammad untuk memperkaya tulisan. Bahkan, dia rela untuk mengeluarkan banyak uang demi mengumpulkan buku yang menunjang tulisannya.
Sebelum aktif menulis buku, Nila memang sudah dikenal sebagai penulis di beberapa media lokal. Tulisannya beragam, mulai dari masalah hukum, pendidikan, dan agama. Beberapa pihak memuji tulisannya, bahkan ada beberapa orang yang mengkliping tulisan Nila. Dari dukungan itulah dia berani untuk membuat buku.
Mantan dosen UBL ini berencana membagikan buku secara gratis untuk kepentingan syiar islam. Nila benar-baner makin religius. Apa yang dilakukannya tidak pernah lepas dari agama. Misalnya, saat membuka rumah makan, dia salat untuk memohon petunjuk. Setiap harinya, Nila bisa mengerjakan salat hingga 70 rakaat. “Selalu ada Allah dalam semua yang kita lakukan, termasuk dalam berbisnis,” katanya.
Menjadi pengajar, wirausaha, dan penulis memberikan keasyikan tersendiri bagi mantan dosen UBL ini. Hidup lebih bervariasi dengan melakukan banyak kegiatan dan menekuni beberapa profesi.
Mengajar menjadi ladang amal dengan mendidik anak orang yang artinya sama dengan didik anak sendiri. Menjadi wirausaha membuat diri lebih bebas dan bisa pergi ke mana pun.
Miliarder adalah cita-cita yang masih dikejar oleh Nila. Dia selalu berdoa agar agar Tuhan mengabulkan permintaannya menjadi miliarder. Banyak hal yang dapat dilakukan dengan menjadi orang kaya. “Hal ini juga untuk menunjukkan bahwa saya memang punya dan tidak diremehkan mahasiswa. Kadang ada mahasiswa yang gampang memberi dosen dan berharap bisa dipermudah dalam mengurus nilai. Saya katakan kepada mahasiswa bahwa saya punya semuanya, jadi tidak perlu lagi ada hadiah,” ujar mantan anggota KPU Lampung ini.
Mengajar, bisnis, dan penulis ditekuni dengan serius oleh Nila. Dia berprinsip bahwa semuanya harus dilakukan dengan baik dan sungguh-sungguh. “Jangan dilakukan dengan main-main. Nasib tidak dapat dimain-mainkan,” ujarnya. (PADLI RAMDAN/M-1)
Sumber: Lampung Post, 4 Desember 2011
No comments:
Post a Comment