WAY Tulangabawang kaya dengan jenis ikan, baik di dalam sungai maupun rawa di sekitarnya. Daerah itu memang sejak dahulu dikenal sebagai lumbung ikan. Jika ingin mencari punyew (ikan), datang saja ke Tulangbawang.
Warga di sepanjang jalur Way Tulangbawang memang bermatapencarian nelayan tangkap dan keramba. Bahkan, salah satu produk olahan ikan, terasi Menggala, terkenal hingga mancanegera. Terasi, ikan asin, dan ikan asap merupakan produk andalan usaha rumahan nelayan yang dapat dijadikan oleh-oleh khas kabupaten itu.
Untuk kemajuan usaha perikanan itu, tentunya tidak lepas dari upaya pemerintah menjaga dan melestarikan kehidupan hayati dalam perairan Way Tulangbawang. Pengawasan utama haus dilakukan Dinas Perikanan setempat, di antaranya mengawasi semua perusahaan yang menghasilkan limbah buangan ke dalam perairan umum. Selain itu, juga diupayakan sering menaburkan benih ikan ke perairan umum agar kekayaan ikan tetap terjaga.
Kabid Pengembangan Perikanan Dinas Perikanan Tulangbawang Arqom mengatakan untuk membudidayakan ikan, pihaknya akan memberi bantuan benih, pakan, dan keramba kepada kelompok tani.
Untuk mendapatkan bantuan, kelompok tani bisa mengajukan proposal dan bantuan berupa barang. "Pada 2013 dinas menganggarkan dana Rp700 juta untuk bantuan kelompok nelayan yang ingin membudidayakan ikan dalam keramba atau kolam buatan," katanya.
Kabupaten yang terbentuk pada 20 Maret 1997 itu memiliki wilayah 22% dari seluruh daratan di Lampung. Dengan topografi daratan, rawa, sungai, dan pantai, Bumi Nengah Nyappur itu menjadi potensial untuk pertanian umum.
Selain potensi pertanian umum yang meliputi tanaman pangan, hortikultura, perikanan, dan peternakan, di tanah Tulangbawang juga tersimpan beragam bahan mineral, misalnya pasir kuarsa yang terdapat di sekitar Menggala dan Gedungmeneng.
Kemudian, minyak bumi pada lapisan Palembang yang terakumulasi sebagai lanjutan dari endapan dan terpusat di sekitar Menggala. Selain itu, ada juga batu bara yang depositnya terdapat pada lapisan sedimen formasi endosit di hulu Way Tulangbawang. (UNA/D-3)
Sumber: Lampung Post, Senin, 17 Desember 2012
Warga di sepanjang jalur Way Tulangbawang memang bermatapencarian nelayan tangkap dan keramba. Bahkan, salah satu produk olahan ikan, terasi Menggala, terkenal hingga mancanegera. Terasi, ikan asin, dan ikan asap merupakan produk andalan usaha rumahan nelayan yang dapat dijadikan oleh-oleh khas kabupaten itu.
Untuk kemajuan usaha perikanan itu, tentunya tidak lepas dari upaya pemerintah menjaga dan melestarikan kehidupan hayati dalam perairan Way Tulangbawang. Pengawasan utama haus dilakukan Dinas Perikanan setempat, di antaranya mengawasi semua perusahaan yang menghasilkan limbah buangan ke dalam perairan umum. Selain itu, juga diupayakan sering menaburkan benih ikan ke perairan umum agar kekayaan ikan tetap terjaga.
Kabid Pengembangan Perikanan Dinas Perikanan Tulangbawang Arqom mengatakan untuk membudidayakan ikan, pihaknya akan memberi bantuan benih, pakan, dan keramba kepada kelompok tani.
Untuk mendapatkan bantuan, kelompok tani bisa mengajukan proposal dan bantuan berupa barang. "Pada 2013 dinas menganggarkan dana Rp700 juta untuk bantuan kelompok nelayan yang ingin membudidayakan ikan dalam keramba atau kolam buatan," katanya.
Kabupaten yang terbentuk pada 20 Maret 1997 itu memiliki wilayah 22% dari seluruh daratan di Lampung. Dengan topografi daratan, rawa, sungai, dan pantai, Bumi Nengah Nyappur itu menjadi potensial untuk pertanian umum.
Selain potensi pertanian umum yang meliputi tanaman pangan, hortikultura, perikanan, dan peternakan, di tanah Tulangbawang juga tersimpan beragam bahan mineral, misalnya pasir kuarsa yang terdapat di sekitar Menggala dan Gedungmeneng.
Kemudian, minyak bumi pada lapisan Palembang yang terakumulasi sebagai lanjutan dari endapan dan terpusat di sekitar Menggala. Selain itu, ada juga batu bara yang depositnya terdapat pada lapisan sedimen formasi endosit di hulu Way Tulangbawang. (UNA/D-3)
Sumber: Lampung Post, Senin, 17 Desember 2012
No comments:
Post a Comment