KESULITAN hidup dan bingung mencari pekerjaan membuat orang jadi kreatif. Itu yang dialami Suherman (42). Dia tersesat ke kain perca sehingga mendapat Upakarti dari Presiden.
Suherman (ketiga dari kanan) saat diterima Bupati Pringsewu Sujadi Saddat (ketiga dari kiri).
Menjadi buruh dan pedagang pisang adalah profesi Suherman sejak awal mulai mencari uang di desanya. Namun, pekerjaan tanpa status dan menggunakan otot itu tak juga menghadirkan kecukupan. Maka, warga Pekon Sukamulya, Kecamatan Banyumas, Pringsewu, itu mulai berpikir ulang tentang masa depannya.
Langkah dilanjutkan, dia memutuskan merantau ke Jakarta. Selama 7 tahun dia terdampar di Tangerang sejak 1990 dan bekerja sebagai buruh pabrik. Namun, dengan status sebagai buruh itu juga tidak menaikkan taraf hidup.
?Waktu itu, saya melihat banyak sekali limbah tekstil berupa kain perca dibuang setiap hari. Itu membuat saya berpikir, bagaimana bisa memanfaatkan itu supaya jadi duit. Nah, akhirnya jadi inilah,? kata Suherman, menceritakan masa lalunya sehingga sukses menjadi pengusaha aneka kerajinan berbahan kain perca.
Langkah segera diambil, Suherman mulai mengolah limbah tekstil menjadi sarung bantal, keset, sarung guling, dan sebagainya. Dengan awal mencoba, ternyata mendapatkan sambutan masyarakat dan permintaan pasar terus naik. Karena banyak permintaan, Suherman memutuskan menekuni pengolahan limbah di kampungnya.
Usahanya terus berkembang, Suherman akhirnya mendirikan badan usaha yang diberi nama PK Limbah Jaya. Dia juga merintis kerja sama produksi melalui kemitraan kerja dengan perajin yang berminat mendukung produksinya. Tujuannya, memberi kegiatan produktif bagi remaja putus sekolah dan ibu-ibu rumah tangga.
Sampai saat ini, PK Limbah Jaya sudah menghimpun mitra usaha binaan sebanyak 11 kelompok usaha sejenis di beberapa desa/pekon. Yakni, di Kecamatan Banyumas, Sukoharjo, Adiluwih, dan Pagelaran. Jumlah tenaga kerja yang terserap mencapai 1.500 orang perajin.
Model kerja sama kemitraan antara PK Limbah Jaya dengan mitra binaan adalah subkontrak produksi. Produksi mitra binaan berupa sarung bantal, sarung kasur, sarung guling, seprai (bed cover), keset lipat/anyam, gorden, dan barang-barang jenis lainnya disetor ke Suherman.
Suherman juga memberikan pendampingan dan pembinaan kepada para perajin, antara lain pelatihan manajemen kewirausahaan dan keterampilan teknis produksi, bantuan peralatan, permodalan, serta informasi dan promosi. Program pelatihan dan promosi telah dilakukan sejak 2006. Sedangkan bantuan permodalan diberikan sejak 2009, yaitu berupa 40 mesin jahit senilai Rp8 juta yang diberikan pada 2011 melalui Diskoperindag Pringsewu.
Suherman menjelaskan dari catatan data keuangan perusahaan bahwa total nilai pasokan produksi mitra binaan dari kerja sama kemitraan ini meningkat terus dari tahun ke tahun. Pada 2008, penjualan bisa mencapai Rp600 juta, pada 2010 penjualan Rp960 juta.
Pemasaran kain perca 100% untuk pasar lokal di Lampung. Yakni, Pringsewu, Kabupaten Tanggamus, Lampung Tengah, Lampung Barat, Lampung Timur, Lampung Utara, Mesuji, Tulangbawang, Way Kanan, dan Metro.
Untuk pemasaran di luar Lampung, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Riau, Sumatera Selatan, dan Bengkulu.
Atas perjuangannya, Suherman melibatkan perajin di sekitar usahanya, pemerintah menganugerahkan Upakarti Jasa Kepeloporan, yang diberikan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara, Jumat (7-12) lalu.
Upakarti
Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pringsewu A. Basyar menjelaskan merupakan penghargaan tertinggi dari Presiden atas macam-macam karya yang berguna dalam menyantuni, menuntun, mendorong, dan mengembangkan industri kecil menengah.
Basyar menjelaskan pada 2012, Menteri Perindustrian hanya menetapkan 26 penerima penghargaan untuk tiga kategori. Yakni, kategori jasa yang terdiri dari sembilan penerima jasa pengabdian, sembilan penerima jasa kepeloporan, dan delapan penerima jasa kepedulian. ?Suherman masuk kategori penerima jasa kepeloporan,? kata A. Basyar.
Penghargaan diterima dalam bentuk piala (trofi) pohon simbolis sebagai perlambang hayati atau kehidupan yang senantiasa diharapkan terus berkembang selaras dengan harapan kita. Yakni, akan tumbuh kembangnya industri kecil yang sejak dulu menjadi tumpuan hidup masyarakat. (WIDODO/M-1)
Sumber: Lampung Post, Minggu, 16 Desember 2012
Menjadi buruh dan pedagang pisang adalah profesi Suherman sejak awal mulai mencari uang di desanya. Namun, pekerjaan tanpa status dan menggunakan otot itu tak juga menghadirkan kecukupan. Maka, warga Pekon Sukamulya, Kecamatan Banyumas, Pringsewu, itu mulai berpikir ulang tentang masa depannya.
Langkah dilanjutkan, dia memutuskan merantau ke Jakarta. Selama 7 tahun dia terdampar di Tangerang sejak 1990 dan bekerja sebagai buruh pabrik. Namun, dengan status sebagai buruh itu juga tidak menaikkan taraf hidup.
?Waktu itu, saya melihat banyak sekali limbah tekstil berupa kain perca dibuang setiap hari. Itu membuat saya berpikir, bagaimana bisa memanfaatkan itu supaya jadi duit. Nah, akhirnya jadi inilah,? kata Suherman, menceritakan masa lalunya sehingga sukses menjadi pengusaha aneka kerajinan berbahan kain perca.
Langkah segera diambil, Suherman mulai mengolah limbah tekstil menjadi sarung bantal, keset, sarung guling, dan sebagainya. Dengan awal mencoba, ternyata mendapatkan sambutan masyarakat dan permintaan pasar terus naik. Karena banyak permintaan, Suherman memutuskan menekuni pengolahan limbah di kampungnya.
Usahanya terus berkembang, Suherman akhirnya mendirikan badan usaha yang diberi nama PK Limbah Jaya. Dia juga merintis kerja sama produksi melalui kemitraan kerja dengan perajin yang berminat mendukung produksinya. Tujuannya, memberi kegiatan produktif bagi remaja putus sekolah dan ibu-ibu rumah tangga.
Sampai saat ini, PK Limbah Jaya sudah menghimpun mitra usaha binaan sebanyak 11 kelompok usaha sejenis di beberapa desa/pekon. Yakni, di Kecamatan Banyumas, Sukoharjo, Adiluwih, dan Pagelaran. Jumlah tenaga kerja yang terserap mencapai 1.500 orang perajin.
Model kerja sama kemitraan antara PK Limbah Jaya dengan mitra binaan adalah subkontrak produksi. Produksi mitra binaan berupa sarung bantal, sarung kasur, sarung guling, seprai (bed cover), keset lipat/anyam, gorden, dan barang-barang jenis lainnya disetor ke Suherman.
Suherman juga memberikan pendampingan dan pembinaan kepada para perajin, antara lain pelatihan manajemen kewirausahaan dan keterampilan teknis produksi, bantuan peralatan, permodalan, serta informasi dan promosi. Program pelatihan dan promosi telah dilakukan sejak 2006. Sedangkan bantuan permodalan diberikan sejak 2009, yaitu berupa 40 mesin jahit senilai Rp8 juta yang diberikan pada 2011 melalui Diskoperindag Pringsewu.
Suherman menjelaskan dari catatan data keuangan perusahaan bahwa total nilai pasokan produksi mitra binaan dari kerja sama kemitraan ini meningkat terus dari tahun ke tahun. Pada 2008, penjualan bisa mencapai Rp600 juta, pada 2010 penjualan Rp960 juta.
Pemasaran kain perca 100% untuk pasar lokal di Lampung. Yakni, Pringsewu, Kabupaten Tanggamus, Lampung Tengah, Lampung Barat, Lampung Timur, Lampung Utara, Mesuji, Tulangbawang, Way Kanan, dan Metro.
Untuk pemasaran di luar Lampung, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Riau, Sumatera Selatan, dan Bengkulu.
Atas perjuangannya, Suherman melibatkan perajin di sekitar usahanya, pemerintah menganugerahkan Upakarti Jasa Kepeloporan, yang diberikan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara, Jumat (7-12) lalu.
Upakarti
Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pringsewu A. Basyar menjelaskan merupakan penghargaan tertinggi dari Presiden atas macam-macam karya yang berguna dalam menyantuni, menuntun, mendorong, dan mengembangkan industri kecil menengah.
Basyar menjelaskan pada 2012, Menteri Perindustrian hanya menetapkan 26 penerima penghargaan untuk tiga kategori. Yakni, kategori jasa yang terdiri dari sembilan penerima jasa pengabdian, sembilan penerima jasa kepeloporan, dan delapan penerima jasa kepedulian. ?Suherman masuk kategori penerima jasa kepeloporan,? kata A. Basyar.
Penghargaan diterima dalam bentuk piala (trofi) pohon simbolis sebagai perlambang hayati atau kehidupan yang senantiasa diharapkan terus berkembang selaras dengan harapan kita. Yakni, akan tumbuh kembangnya industri kecil yang sejak dulu menjadi tumpuan hidup masyarakat. (WIDODO/M-1)
Sumber: Lampung Post, Minggu, 16 Desember 2012
No comments:
Post a Comment