PARA perancang busana berburu menggali kekayaan kain tradisional Lampung. Mereka masuk ke pelosok kampung untuk mempelajari aneka kain Lampung yang dahulu pernah dibuat orang-orang tua.
Acara puncak Pemilihan Putri Indonesia 2006 terasa lebih istimewa bagi Aan Ibrahim. Desainer Lampung itu mendapat kehormatan untuk merancang busana yang akan dipakai Miss Universe asal Puerto Riko, Zulyka Rivera, pada acara yang gemerlap itu.
Lebih dari itu, surprise bagi Aan Ibrahim adalah penghormatan dunia kepada kain tradisional asal Lampung yang begitu tinggi. Panitia menunjuk kain sulam usus untuk disematkan sebagai pembalut tubuh ratu kecantikan sejagat raya itu.
Aan datang ke Jakarta dan untuk memakaikan secara langsung busana rancangannya kepada pemenang ajang Miss Universe itu. ?Dari enam gaun yang saya bawa, sulam usus warna hitam yang dia pilih dan memang cocok dengan ukuran tubuhnya,? kata pria kelahiran Tulangbawang, 57 tahun silam itu.Lebih dari itu, surprise bagi Aan Ibrahim adalah penghormatan dunia kepada kain tradisional asal Lampung yang begitu tinggi. Panitia menunjuk kain sulam usus untuk disematkan sebagai pembalut tubuh ratu kecantikan sejagat raya itu.
Menjadi kehormatan yang luar biasa, pakaian tradisional asal Lampung dipakai oleh seorang ikon kecantikan dunia, Miss Universe. Sebelumnya, pada 2002, sulam usus karya Aan pun pernah dibeli dan dipakai aktris Hollywood, Paris Hilton.
Paris Hilton membeli beberapa busana sulam usus saat Aan menggelar pameran di Bali. Kebetulan aktris 31 tahun itu sedang berlibur di Bali dan tertarik saat melihat sulam usus. ?Dia langsung beli dan pakai saat berada di Bali,? kata Aan.
Aan memang identik dengan sulam usus. Dialah yang mengangkat dan memperkenalkan kerajinan kain sulam usus ke publik. Kini, banyak perancang mode nasional mengkreasikan sulam usus dalam rancangan busana yang dibuatnya.
Sebut saja para desainer terkenal, seperti Leni Agusti, Tuti Holid, Anna Avantie, dan Poppie Darsono. ?Busana pernikahan artis Olla Ramlan yang dirancang Anna Avantie, memasukkan unsur sulam usus,? kata Aan.
Tapis-Sulam Usus
Aan mulai mengembangkan sulam usus tahun 1995. Awalnya, orang Lampung pun belum banyak yang tahu akan busana sulam usus. Padahal, kata Aan, tapis dan sulam usus itu saling melengkapi.
?Orang zaman dahulu tidak memiliki baju. Baju yang dipakai adalah kain tapis yang menutupi setengah badan. Sulam usus dipakai untuk menutupi bahu yang terbuka atau disebut bebe. Tanpa bebe, para wanita pun sungkan mengenakan tapis karena masih memperlihatkan bagian bahu yang terbuka,? kata dia.
Dalam salah satu koleksi foto di Museum Lampung, menunjukkan masyarakat Lampung sudah mengenakan bebe yang dibuat dari sulam usus. ?Jadi sulam usus bukan hanya dikenal sebagai sulam untuk membuat aksesori di rumah, seperti taplak meja. Ini anggapan yang salah. Sulam usus juga dijadikan sebagai pelengkap busana,? kata Aan.
Peraih penghargaan Upakarti 2012 ini kemudian datang ke kampung-kampung di mana masih ditemukan sulam usus. Aan pun mempelajari dan meneliti soal sulam usus.
Sebelumnya dia pun mempelajari tapis Lampung. Ketika itu, kata dia, di Menggala, Tulangbawang, masih banyak ibu-ibu tua yang mempunyai kemampuan dalam membuat sulam usus. Desainer Lampung, Raswan, juga mempelajari dengan teliti tapis-tapis. Sebelum memutuskan menjadi seorang perancang busana yang memfokuskan diri pada semua kain tradisional Lampung, ia sudah mengenal lebih dalam warisan budaya Lampung itu. ?Tahun ?86 hingga ?94, Raswan meneliti dan mempelajari semua jenis kain Lampung,? kata dia.
Lulusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Unila ini datang ke beberapa daerah, di Lampung Barat, Lampung Utara, Lampung Selatan, dan Tulangbawang, untuk mempelajari tapis dan semua jenis kain di bumi Lampung. Raswan pun membaca banyak literatur tentang kain Lampung. Dia mendapat buku-buku asing yang secara khusus membahas tapis dan kain tradisional Lampung.
Berbagai motif klasik tapis dipelajari dan dipahami filosofi dan sejarahnya. Setiap kain dan motif memiliki arti dan kegunaan sendiri. Raswan memiliki prinsip untuk melestarikan dan mengembangkan tapis harus mempelajari dahulu sejarah dan filosofinya agar tidak salah. ?Tapis-tapis yang banyak diperjualbelikan di pasar terkadang menyalahi filosofi orang Lampung,? kata dia. (PADLI RAMDAN/M-1)
Sumber: Lampung Post, Minggu, 27 Januari 2013
No comments:
Post a Comment