Program aksara Lampung itu sudah saya sebarkan di sekolah-sekolah yang ada di Lampung secara gratis.
DARI namanya, sudah bisa ditebak perempuan berjilbab ini bersuku Jawa. Fakta itu dikuatkan dengan logatnya saat berbicara. Namun, ia seperti terus melawan takdir. Setiap ada kesempatan pentas, ia berkomunikasi dengan bahasa Lampung.
Tidak heran jika kemudian Majelis Penyimbang Adat Lampung (MPAL) memberi dia adok (gelar) Raden Ayu Suaka. Dialah Warsiem, yang sudah 12 tahun mengabdi sebagai guru Bahasa Lampung di SMP Alkautsar Bandar Lampung.
Mak War, sebutan itu melekat karena disematkan oleh anak didik kepadanya. Entah apa motivasinya, yang pasti sapaan ?mak? (lazimnya orang Lampung menyebut ibu) menegaskan identitas kelampungannya. Sementara nama War (mungkin) adalah untuk mengaburkan atributnya.
Sebab, agak sulit memercayai ada orang Lampung bernama Warsiem. Selain soal nama, dialek Jawa yang melekat pada diri Warsiem juga menjadi susah untuk memercayai Warsiem adalah orang Lampung. Jika berbicara, logat Jawanya masih tersamar di setiap kata dan kalimat.
Bahkan, saat ia nekat melantunkan sastra lisan semacam wawancan atau hahiwang, terdengar agak berbeda apabila dibandingakan syair-syair tua itu disenandungkan oleh orang Lampung asli.
Namun, bukan Warsiem jika tidak nekat. Ia mengaku mencintai bahasa Lampung dengan sepenuh keinginan. Itu juga yang mengantarnya memilih Program Pendidikan Diploma Tiga Bahasa Lampung di FKIP Unila saat lulus SMA.
"Saya adalah satu dari tiga mahasiswa D-3 Bahasa Lampung FKIP Unila yang bukan orang Lampung," kata wanita kelahiran Karanganyar, 5 Mei 1967, ini.
Lembar Kerja Siswa
Selain terus menggasak berbahasa Lampung untuk ikut melestarikan salah satu tilas peradaban Lampung, Warsiem juga punya obsesi lain. Ia punya mimpi membuat tulisan aksara Lampung dalam komputer. Alasannya, sebagai guru Bahasa Lampung, ia harus menulis buku dan lembar kerja siswa secara manual. Hal itu membuat ia kesulitan dan hasilnya juga kurang rapi.
Dengan bantuan Rahmat, seorang mahasiswa Teknik Elektro Universitas Lampung, mimpinya kini terwujud. Dengan bimbingan Warsiem, Rahmat berhasil membuat aksara Lampung dalam bentuk digital dalam tempo dua tahun.
Pada April 2012, program ini diperkenalkan pertama kali di SMP Negeri 10 Bandar Lampung. "Ini belum dipatenkan karena Rahmat ingin menciptakan font lain agar tampilan aksara Lampungnya lebih beragam," kata dia.
Menurut pengalaman Warsiem, Rahmat Hidayat adalah mahasiswa keempat yang diminta untuk merancang aksara Lampung. Tiga mahasiswa sebelumnya, juga dari Teknik Elektro Unila, belum sukses. Cukup sulit untuk membuat program di dunia digital itu.
Kini, akasara Lampung dalam bentuk digital dapat dipasang di program Microsoft Office Word di komputer. Judul programnya Pelatihan Penulisan Aksara Daerah dengan Font Digital untuk Guru Muatan Lokal dalam rangka Melestarikan Aksara Lampung.
"Program aksara Lampung itu sudah saya sebarkan di sekolah-sekolah yang ada di Lampung secara gratis," kata guru yang sejak 2005 menulis lembar kerja siswa dan direvisi tiap dua tahun sekali ini.
Terus Sosialisasikan Bahasa Lampung
WAJAHNYA terlihat semangat, pakaiannya pun sederhana. Sesekali ia meninggikan suaranya saat perbincangan tentang bahasa Lampung. Mak War menyadari takdirnya sebagai orang Jawa. Diperkenalkan dan menggunakan bahasa Jawa bersama keluarga dan lingkungan membuat warna Jawanya amat dominan.
Itu salah satu yang menyebabkan tidak banyak bahasa yang bisa ia kuasai, juga bahasa Lampung yang di tanah ini ia lahir. Penyebabnya, tidak satu pun teman atau lawan bicaranya menggunakan bahasa Lampung.
Namun, keterbatasan akan kemampuan belajar bahasa Lampung tidak membuat ia tidak berani belajar. Oleh sebab itu, saat lulus SMA dan melihat formasi program studi baru di Unila, yakni D-3 Bahasa Lampung, ia langsung saja mendaftar.
Hasilnya, ia diterima. Tidak kenal dengan bahasa yang kemudian harus ia pelajari secara akademik memang sempat mengganggu keputusannya. Namun, satu keyakinan ia dapat dari salah seorang teman.
"Pokokne, belajar bahasa, sai penting cawa gawoh bahasa sina. Induh benoh induh salah sai penting cawa Lappung," kata ibu tiga anak ini.
Warsiem berpesan agar orang Lampung jangan malu berbicara dengan bahasa Lampung. "Saya enggak peduli meskipun ada logat Jawa, pede saja. Biasanya di hadapan ribuan hadirin, saya selalu menyampaikan pantun bahasa Lampung di awal sambutan."
Kondisi bahasa Lampung saat ini, menurut dia, sangat miris. Selain mata pelajaran Bahasa Lampung tidak ada di kurikulum SMA, sebagian guru mata pelajaran Bahasa Lampung di SD adalah guru kelas, bukan spesifikasi bahasa Lampung. "Buat apa belajar bahasa Lampung. Kalau waktu SMA, tidak dipakai," kata alumnus Magister STKIP PGRI Bandar Lampung ini.
Berdasar pengamatannya, di sekolah dasar mereka sangat kesulitan untuk belajar bahasa Lampung. "Guru Bahasa Lampung masih dibutuhkan, sayang sekali program studi Bahasa Lampung diahapuskan dari Unila," kata dia.
BIODATA
Nama : Warsiem, M.Pd.
Lahir : Karanganyar, 5 Mei 1967
Alamat : Jalan Pangeran Senopati, Blok 4B, Jatiagung, Lamsel
Organisasi:
1. Koordinator kegiatan pembina OSIS
2. Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Lampung se- Provinsi Lampung
3. Ketua Tim Penyusun Soal UAS Kota Bandar Lampung sejak 2002 hingga sekarang
4. Penulis buku Bahan Ajar Bahasa Lampung (direvisi tiap lima tahun)
Sumber: Lampung Post, Selasa, 22 Oktober 2013
Ini Sukilah guru bahasa lampung SMP Gunung madu, bagaimana caranya untuk membuka atau mendapatkan program aksara lampung digital?
ReplyDelete