Oleh Udo Z. Karzi
KERAJAAN Majapahit (1293—1500) yang mencapai puncak kejayaannya menjadi kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas di Nusantara pada masa kekuasaan Hayam Wuruk (1350—1389) dengan Mahapatih Gajah Mada; rupanya tak henti-hentinya melahirkan inspirasi. Tak kecuali bagi para penulis prosa.
Begitulah, novel (sejarah) berlatar Majapahit terus mengalir. Sebut saja Tusuk Sanggul Pudak Wangi (Pandir Kelana), Samita: Sepak Terjang Hui Sing Murid Ceng Ho (Tasaro), dan Kemelut di Majapahit (Kho Ping Hoo). Lalu, Pelangi di Atas Gelagahwangi (S Tidjab), Senopati Pamungkas (Arswendo Atmowiloto), Gajah Mada 1-5 (Langit Kresna Hariadi), Dyah Pitaloka: Senja di Langit Majapahit (Hermawan Aksan), Sabda Palon: Ketika Majapahit Sirna dan Islam Menaklukkan Nusantara (Damar Shashangka), Kerajaan Majapahit (Junus Satrio), Brawijaya Moksa (Wawan Susetya), Banarawa (Siwi Sang), dan banyak lagi.
Data buku: The Rise of Majapahit Setyo Wardoyo Grasindo, Jakarta, 2014 xxvi + 399 hlm. |
Begitulah, novel (sejarah) berlatar Majapahit terus mengalir. Sebut saja Tusuk Sanggul Pudak Wangi (Pandir Kelana), Samita: Sepak Terjang Hui Sing Murid Ceng Ho (Tasaro), dan Kemelut di Majapahit (Kho Ping Hoo). Lalu, Pelangi di Atas Gelagahwangi (S Tidjab), Senopati Pamungkas (Arswendo Atmowiloto), Gajah Mada 1-5 (Langit Kresna Hariadi), Dyah Pitaloka: Senja di Langit Majapahit (Hermawan Aksan), Sabda Palon: Ketika Majapahit Sirna dan Islam Menaklukkan Nusantara (Damar Shashangka), Kerajaan Majapahit (Junus Satrio), Brawijaya Moksa (Wawan Susetya), Banarawa (Siwi Sang), dan banyak lagi.