OBJEK Wisata Alam Tampang-Belimbing (Tambling) terletak di ujung selatan Pulau Sumatera-Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Kawasan ini termasuk dalam wilayah Kabupaten Tanggamus (Tampang) dan Kabupaten Lampung Barat (Belimbing). Wartawan Lampung Post, Iskandar Zulkarnain, melaporkan kunjungan bersama 15 duta besar rangkaian kegiatan Festival Krakatau XIX, akhir Juli lalu. Berikut catatannya.
TAMPANG BELIMBING--Kawasan ini dapat dicapai melalui laut dan juga udara. Kalau melalui laut dengan menggunakan kapal motor laut ke Tampang selama empat jam dan ke Belimbing selama enam jam. Jika melalui udara dapat ditempuh dengan pesawat kecil jenis cassa dari Bandara Radin Inten II, Bandar Lampung, langsung ke Belimbing selama 30 menit. Sedangkan dengan helikopter selama 45 menit.
Dalam sejarah Festival Krakatau, kali pertama ini, kawasan wisata alam "dijual" ke peserta mancanegara. Sedikitnya 15 duta besar (dubes) dan utusan perwakilan negara-negara sahabat mendapat kehormatan dari Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P. dan bos Artha Graha Tommy Winata mengunjungi Tambling. Usai mengikuti pembukaan Festival Krakatau XIX di PKOR Way Halim, Bandar Lampung, pekan terakhir Juli lalu, Sabtu (25-7), tamu Lampung ini menggunakan bus menuju Bandara Radin Inten II.
Ikut dalam rombongan itu antara lain Dubes Amerika Serikat (AS) Cameron R. Hume, Dubes Lebanon Victor Zmeter, Dubes Jerman Paul Freiherr Von Malzahn, Dubes Turki Ali Kihcarslan Toyus, Dubes Qatar Jasin Jumat, Dubes Suriname Angelic Del Castilho, Dubes Afghanistan Bismillah Bismil, Dubes Brunei Darussalam Datok Harimau Padang, staf perwakilan dari negara Singapura, Taiwan.
Perjalanan menuju bandara, pemandu wisata memperkenalkan sejumlah tempat-tempat bersejarah di Kota Tapis Berseri ini. Sampai di bandara, tiga pesawat cassa, dua helikopter Puma dan TNI AU sudah siap. Satu per satu pesawat take off sekitar pukul 11.30. Saya bersama mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Jimly Assidiqie, Kepala Dinas Kehutanan Lampung Arinal Djunaidi, dan Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Hanan menumpang heli milik TNI AU.
Selama 45 menit mengudara, tibalah kami di atas kawasan Tambling. Pohon dari berbagai jenis terlihat dari atas. Beberapa menit kemudian, kami pun mendarat di Lapangan Terbang Tambling beralas rumput yang ditata rapi oleh Artha Graha.
Rombongan dubes disambut Tommy Winata. Dengam wajah dan senyum semringah, dubes dan Tommy saling berjabat tangan berjalan menuju vila. Di sisi kanan kiri, tamu disambut pekikan burung dan ringkik kuda. Jauh di pinggiran hutan ada puluhan rusa dan kerbau hutan. Kami sudah memasuki kawasan Tambling Wildlife Nature Conservation (TNWC) Lampung Barat.
Flora dan Fauna
Kawasan Tampang-Belimbing terdiri ekosistem hutan pantai sampai hutan hujan dataran rendah yang relatif masih asli. Ini merupakan habitat penting bagi berbagai jenis flora penyusun hutan pantai dan hutan hujan dataran rendah, jenis-jenis satwa liar langka seperti rusa (Cervus unicolor), kerbau liar (Buba/us bubalis), dan mentok rimba (Caerina sp). Di muara Way Sleman terdapat pulau endapan yang didoininasi oleh jenis Nypa fruticans dan merupakan habitat bagi populasi kalong yang jumlahnya ribuan ekor. Lobster dan buaya banyak hidup di kawasan tersebut.
Selain itu dapat dijumpai pantai pasir yang panjang dan indah, pantai karang Sawang Bajau, Savana Kobakan Bandeng, Way Sleman, Way Blambangan, Danau Menjukut yang dipisahkan dengan laut hanya oleh pasir pantai selebar puluhan meter, mercusuar setinggi 70 meter berdiri di zaman penjajahan Belanda, habitat penyu laut di Penipahan dan enklave Pemekahan.
Di kawasan hutan di Tambling itu terdapat dua perkampungan di dalam hutan (enklave) yang telah dihuni warga sejak tahun 1940-an. Di Dusun Pengekahan, Desa Way Haru, Kecamatan Bengkunat Belimbing, dalam areal hutan TNBBS itu, tinggal sedikitnya 164 KK (500 jiwa) warga yang belum dipindahkan dan masih tinggal di sana.
Pesona Tambling
Di kawasan ini dapat dilakukan berbagai kegiatan olahraga air (swimming, surfing, snorkeling, diving), foto hunting, penjelajahan hutan dan pantai, susur sungai, pengamatan flora fauna, memancing, safari malam melihat ratusan rusak berjalan menyusuri hutan dapat dilakukan. Kawasan wisata ini dikelola Artha Graha. Tommy, bos Artha Graha, diberikan lahan 100 hektare sesuai SK sejak 1992.
Di situ, tersedia sarana-prasarana yang cukup lengkap, di antaranya dermaga, air strip sepanjang 1,5 km, shelter, empat unit cottage, guest house, kendaraan roda empat, kendaraan roda dua, kuda, speed boat, kapal motor laut bronco, restoran, pondok kerja, pos jaga, dan jalan setapak.
Sekolah Harimau
Matahari menyengat, tetapi hawa pegunungan membuat silir. Tetamu asing dubes yang ingin tahu isi hutan naik jip modifikasi dengan kursi di atas kap mengeliling kawasan TNWC.
Tempat pertama yang dikunjungi adalah lokasi penglepasliaran harimau sumatera (Panthera tigris Sumatrae) atau sekolah harimau. Di sini, kita melihat bagaimana harimau dijinakan dan bagaimana pula raja hutan itu memangsa hewan untuk dimakan.
Kepada Dinas Kehutanan Lampung Arinal Djunaidi mengatakan Artha Graha dipercaya juga oleh Departemen Kehutanan ikut mengawasi lima ekor harimau Sumatera asal Aceh Selatan. "Hewan itu untuk dijinakkan agar tidak buas dan memakan manusia. Sebelumnya, ada dua dari lima harimau diberi nama Pengeran dan Agam dilepas di hutan TNBBS. Kini Artha Graha masih menjinakkan empat ekor harimau lagi, yang diberi nama Buyung, Ucok, Panti, dan satu lagi harimau didatangkan dari Jambi bernama Salma," kata Arinal.
Ada danau yang menyimpan ribuan kerang (sea food) yang sengaja dikembangbiakkan di sungai tersebut. Tetamu para dubes itu pun menikmati kerang yang dimasak di atas panggangan api alami hanya dengan bumbu kecap, saus, dan sambal botol.
"Kawasan Tambling sangat indah karena alammnya menyimpan ribuan jenis flora dan satwa liar langka. Hutannya terjaga dan pengunjung dapat menikmatinya nanti," kata Dubes AS Cameron R. Hume di sela-sela kunjungannya.
Jimly pun menginginkan Tambling dibuka untuk umum, dan daerah lain dapat mencontoh Tambling sebagai kawasan untuk dilindungi. "Pengusaha seperti Pak Tommy, tidak hanya mencari keuntungan dari usaha. Namun dia juga ikut memikirkan kelestarian alam di tengah global warming," kata dia. n M-1
Sumber: Lampung Post, Minggu, 16 Agustus 2009
No comments:
Post a Comment