LERENG Gunung Betung di bilangan Kabupaten Pesawaran bisa menjadi “kawasan Puncak” untuk warga Bandar Lampung. Dengan sumber air dari gunung, vila-vila mulai tumbuh di sini.
Melintas di jalan lintas barat, dari Bandar Lampung menuju Gedongtataan, kontur menanjak mulai terasa sejak perbatasan kota. Setelah itu, suasana perbukitan mulai menghadirkan kesejukan suasana.
Sebelum sampai ke Gedongtataan, lintasan tertinggi dicapai di Desa Bernung. Dari desa ini, menengoklah ke kiri, maka tatapan akan terantuk dengan hijau-membirunya dinding Gunung Betung.
Jika Anda penasaran, ada jalur mulus yang dapat digunakan untuk mengakses gunung yang masih dikenal dengan sebutan Gunung Sukmahilang itu. Dinamakan Sukmahilang karena dulu ada satu peleton tentara Belanda hilang tanpa bekas di desa ini. Melalui Desa Sungailangka, gunung yang menyimpan berbagai misteri dan terdapat sumber air dari perut bumi tanpa henti itu bisa dinikmati.
Menyebut Sungailangka, bagi sebagian warga Lampung bagian selatan mungkin sudah tidak asing. Desa itu berada di “bahu” sebelah utara Gunung Betung dalam Kecamatan Gedongtataan.
Masuk desa itu melalui Desa Bernung, jalan aspal mulus terlihat lurus menembus jajaran rumah-rumah yang halamannya rimbun oleh pepohonan kakao. Suasana sudah mengademkan hati. Sayang, jalan desa itu kurang lebar sehingga setiap kendaraan roda empat yang akan berpapasan harus berhati-hati.
Desa Sungailangka potensial dengan komoditas perkebunan yang amat subur. Ada kakao, salak pondoh, durian, avokad, pisang, petai, dan komoditas lainnya. Tak heran saat harga kakao sedang tinggi dan desa ini sedang panen raya, kemakmuran di sini begitu terasa.
Sungailangka ternyata punya riwayat panjang dengan sejarahnya. Penjajah Belanda pernah menempatkan lokasi ini sebagai lokasi perkebunan karet yang potensial. Ada beberapa tilas yang ditinggalkan VOC dan hingga kini masih bertahta. Ada bekas benteng yang berada di bukit Batu Lapis menjelang trek pendakian ke Gunung Betung. Ada seonggok pondasi bekas pabrik karet yang posisinya sekarang berada di sekitar balai desa.
Cerita-cerita warga juga menyimpan misteri-misteri tentang masa lalu itu. Ada sebutan SD Markas untuk menyebut SDN 2 Sungailangka. Sebab, lokasi SD itu dulunya adalah bekas markas tentara Belanda. Juga ada pemandian yang berada di kaki bukit yang di atasnya mengalir air dari sumber air alami yang tak pernah berhenti dengan debit cukup besar.
Di antara cerita-cerita yang masih diingat warga adalah suara-suara gaib yang kerap muncul pada malam-malam tertentu. “Dulu, tahun ‘70-an, kalau malam Jumat, orang di daerah sini mendengar suara-suara aneh seperti tetabuhan di arah atas. Kalau didekati, ternyata tidak ada. Orang sini sendiri malah mendengar suara yang sama ada di bagian bawah,” kata Ayu, salah seorang penduduk dekat SDN 2 Sungailangka.
Areal Desa Sungailangka dan sekitarnya, kata Ayu, memang bekas kebun karet Belanda. Tak heran ketika sudah berubah menjadi kebun warga, desa itu subur untuk tanaman apa saja. Itu juga karena ketersediaan air alami dari gunung yang tak pernah sat.
Hidup atau sekadar ngadem di Sungailangka bisa menjadi cara murah menikmati suasana alami. Naik ke arah Gunung Betung yang kerap dijadikan trek pramuka atau pencinta alam masuk Gunung Betung, suasana benar-benar segar.
Di bagian awal, ada pemandian umum yang memanfaatkan sumber air dari mata air dari gunung yang cukup besar. Air itu ditampung dalam bak tertutup, lalu dipasang pipa, untuk kemudian didistribusikan kepada warga. Jangan heran, di pinggir-pinggir jalan, terdapat bak terbuat dari semen yang “berakar” selang-selang kecil. Itu adalah bak sentral pembagi air ke rumah-rumah warga.
Di pemandian itu, pihak desa sempat membuat kolam renang sedalam 2 meter sepanjang sekitar 30 meter terbuat dari semen. Menurut Ayu, kolam itu dulu sangat ramai dikunjungi warga. Airnya sangat dingin dan segar karena merupakan air dari sumber yang langsung ditadahkan dari atasnya.
Namun, karena ada beberapa insiden yang sesungguhnya belum tentu kolam itu penyebabnya, lambat laun warga tidak mengunjungi tempat santai ini. “Airnya sangat dingin. Itu yang membuat tentara yang mandi di situ waktu itu meninggal dunia. Tempat itu dulu memang selalu dipakai oleh tentara mandi setelah latihan. Sekarang, sudah tidak dipakai lagi,” kata Ayu.
Di pemandian itu, kelestarian hutannya terjaga. Pohon-pohon besar memayungi lokasi itu. Suasana hutan itu membuat bersantai di lokasi itu amat menyejukkan hati.
Naik lagi ke atas, ada ceruk di bukit yang pada dinding sebelah atasnya terdapat bekas bangunan tua. Ayu mengatakan bangunan itu adalah bekas benteng yang dibangun Belanda untuk markas keamanan dan juga para penjaga kebun.
Di atasnya, bebatuan berlapis sedang dieksploitasi oleh pengusaha dengan menggunakan ekskavator sehingga longsoran tanah dan batu membelandang ke bawah dan terasa mengganggu ekosistem yang lestari.
Sungailangka dengan kesejukan alamnya dan lestari hijaunya, serta kemudahan aksesnya, telah menjadi pilihan para pejabat dan orang kaya membangun peristirahatan. Ada beberapa nama pejabat dan mantan pejabat yang disebut Ayu telah membangun vila di desa ini.
Melihat salah satu vila, Lampung Post mendapati mantan pejabat ini menguasai berhektare-hektare kebun dengan berbagai tanaman buah. Ada durian, avokad, petai, dan lainnya. “Mereka bikin kolam-kolam ikan untuk bersantai sambil memancing. Makanya, walaupun agak jauh dari kota, di sini peradabannya sudah seperti di kota,” kata Ayu.
Jika Anda ingin berbaur dengan warga, tidak ada ruginya. Warga yang mayoritas dari etnis Jawa ini dengan senang hati menerima tamu. Ada berbagai buah-buahan, termasuk salak pondoh, yang siap menyambut. “Di sini juga banyak peternah kambing etawa. Kita bisa minum susu kambing hangat segar yang baru diperah,” kata Ayu. Emmhhh…. (SUDARMONO)
Sumber: Lampung Post, Minggu, 22 April 2012
Melintas di jalan lintas barat, dari Bandar Lampung menuju Gedongtataan, kontur menanjak mulai terasa sejak perbatasan kota. Setelah itu, suasana perbukitan mulai menghadirkan kesejukan suasana.
Sebelum sampai ke Gedongtataan, lintasan tertinggi dicapai di Desa Bernung. Dari desa ini, menengoklah ke kiri, maka tatapan akan terantuk dengan hijau-membirunya dinding Gunung Betung.
Jika Anda penasaran, ada jalur mulus yang dapat digunakan untuk mengakses gunung yang masih dikenal dengan sebutan Gunung Sukmahilang itu. Dinamakan Sukmahilang karena dulu ada satu peleton tentara Belanda hilang tanpa bekas di desa ini. Melalui Desa Sungailangka, gunung yang menyimpan berbagai misteri dan terdapat sumber air dari perut bumi tanpa henti itu bisa dinikmati.
Menyebut Sungailangka, bagi sebagian warga Lampung bagian selatan mungkin sudah tidak asing. Desa itu berada di “bahu” sebelah utara Gunung Betung dalam Kecamatan Gedongtataan.
Masuk desa itu melalui Desa Bernung, jalan aspal mulus terlihat lurus menembus jajaran rumah-rumah yang halamannya rimbun oleh pepohonan kakao. Suasana sudah mengademkan hati. Sayang, jalan desa itu kurang lebar sehingga setiap kendaraan roda empat yang akan berpapasan harus berhati-hati.
Desa Sungailangka potensial dengan komoditas perkebunan yang amat subur. Ada kakao, salak pondoh, durian, avokad, pisang, petai, dan komoditas lainnya. Tak heran saat harga kakao sedang tinggi dan desa ini sedang panen raya, kemakmuran di sini begitu terasa.
Sungailangka ternyata punya riwayat panjang dengan sejarahnya. Penjajah Belanda pernah menempatkan lokasi ini sebagai lokasi perkebunan karet yang potensial. Ada beberapa tilas yang ditinggalkan VOC dan hingga kini masih bertahta. Ada bekas benteng yang berada di bukit Batu Lapis menjelang trek pendakian ke Gunung Betung. Ada seonggok pondasi bekas pabrik karet yang posisinya sekarang berada di sekitar balai desa.
Cerita-cerita warga juga menyimpan misteri-misteri tentang masa lalu itu. Ada sebutan SD Markas untuk menyebut SDN 2 Sungailangka. Sebab, lokasi SD itu dulunya adalah bekas markas tentara Belanda. Juga ada pemandian yang berada di kaki bukit yang di atasnya mengalir air dari sumber air alami yang tak pernah berhenti dengan debit cukup besar.
Di antara cerita-cerita yang masih diingat warga adalah suara-suara gaib yang kerap muncul pada malam-malam tertentu. “Dulu, tahun ‘70-an, kalau malam Jumat, orang di daerah sini mendengar suara-suara aneh seperti tetabuhan di arah atas. Kalau didekati, ternyata tidak ada. Orang sini sendiri malah mendengar suara yang sama ada di bagian bawah,” kata Ayu, salah seorang penduduk dekat SDN 2 Sungailangka.
Areal Desa Sungailangka dan sekitarnya, kata Ayu, memang bekas kebun karet Belanda. Tak heran ketika sudah berubah menjadi kebun warga, desa itu subur untuk tanaman apa saja. Itu juga karena ketersediaan air alami dari gunung yang tak pernah sat.
Hidup atau sekadar ngadem di Sungailangka bisa menjadi cara murah menikmati suasana alami. Naik ke arah Gunung Betung yang kerap dijadikan trek pramuka atau pencinta alam masuk Gunung Betung, suasana benar-benar segar.
Di bagian awal, ada pemandian umum yang memanfaatkan sumber air dari mata air dari gunung yang cukup besar. Air itu ditampung dalam bak tertutup, lalu dipasang pipa, untuk kemudian didistribusikan kepada warga. Jangan heran, di pinggir-pinggir jalan, terdapat bak terbuat dari semen yang “berakar” selang-selang kecil. Itu adalah bak sentral pembagi air ke rumah-rumah warga.
Di pemandian itu, pihak desa sempat membuat kolam renang sedalam 2 meter sepanjang sekitar 30 meter terbuat dari semen. Menurut Ayu, kolam itu dulu sangat ramai dikunjungi warga. Airnya sangat dingin dan segar karena merupakan air dari sumber yang langsung ditadahkan dari atasnya.
Namun, karena ada beberapa insiden yang sesungguhnya belum tentu kolam itu penyebabnya, lambat laun warga tidak mengunjungi tempat santai ini. “Airnya sangat dingin. Itu yang membuat tentara yang mandi di situ waktu itu meninggal dunia. Tempat itu dulu memang selalu dipakai oleh tentara mandi setelah latihan. Sekarang, sudah tidak dipakai lagi,” kata Ayu.
Di pemandian itu, kelestarian hutannya terjaga. Pohon-pohon besar memayungi lokasi itu. Suasana hutan itu membuat bersantai di lokasi itu amat menyejukkan hati.
Naik lagi ke atas, ada ceruk di bukit yang pada dinding sebelah atasnya terdapat bekas bangunan tua. Ayu mengatakan bangunan itu adalah bekas benteng yang dibangun Belanda untuk markas keamanan dan juga para penjaga kebun.
Di atasnya, bebatuan berlapis sedang dieksploitasi oleh pengusaha dengan menggunakan ekskavator sehingga longsoran tanah dan batu membelandang ke bawah dan terasa mengganggu ekosistem yang lestari.
Sungailangka dengan kesejukan alamnya dan lestari hijaunya, serta kemudahan aksesnya, telah menjadi pilihan para pejabat dan orang kaya membangun peristirahatan. Ada beberapa nama pejabat dan mantan pejabat yang disebut Ayu telah membangun vila di desa ini.
Melihat salah satu vila, Lampung Post mendapati mantan pejabat ini menguasai berhektare-hektare kebun dengan berbagai tanaman buah. Ada durian, avokad, petai, dan lainnya. “Mereka bikin kolam-kolam ikan untuk bersantai sambil memancing. Makanya, walaupun agak jauh dari kota, di sini peradabannya sudah seperti di kota,” kata Ayu.
Jika Anda ingin berbaur dengan warga, tidak ada ruginya. Warga yang mayoritas dari etnis Jawa ini dengan senang hati menerima tamu. Ada berbagai buah-buahan, termasuk salak pondoh, yang siap menyambut. “Di sini juga banyak peternah kambing etawa. Kita bisa minum susu kambing hangat segar yang baru diperah,” kata Ayu. Emmhhh…. (SUDARMONO)
Sumber: Lampung Post, Minggu, 22 April 2012
No comments:
Post a Comment