GUNUNGSUGIH (Lampost): Lampung memiliki kebudayaan unik yang bisa menjadi daya tarik sebagai salah satu tujuan wisata di Indonesia. Hal tersebut diungkapkan Dirjen Pemasaran dan Promosi Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Sapta Nirwandar usai menghadiri begawi adat mewaghi di Sesat Agung Nuwo Balak, Gunungsugih, Lampung Tengah, Senin (28-6).
Menurut Sapta, keunikan budaya Lampung tersebut harus dipertahankan, dilestarikan, dan diperkenalkan kepada dunia luar. "Seperti acara begawi adat ini yang memperlihatkan toleransi dan kebersamaan dari suku-suku yang ada di Lampung," kata Sapta.
Keunikan Lampung yang lain, kata dia, berupa kekayaan alam yang dapat dijadikan tujuan wisata, seperti agrowisata. Baik itu wisata hutan ataupun wisata kebun. "Akses ke Lampung pun mudah. Contohnya ke Lampung Tengah ini, dari bandara hanya satu jam," ujar Sapta.
Untuk itu, kata dia, ada baiknya setiap kegiatan budaya yang diselenggarakan Pemerintah Provinsi ataupun kabupaten dimasukkan pada kalender-kalender event, baik itu daerah, provinsi, bahkan nasional. "Nanti akan dibantu Depbudpar dalam hal promosinya," kata Sapta.
Oleh sebab itu, kata Sapta, yang pada acara begawi adat mewaghi juga mendapatkan gelar Suttan Jaya Negara Megasakti, harus ada kelanjutan dari setiap event-event atau festival yang telah diselenggarakan. "Jeda waktu dari festival yang satu ke yang lainnya tidak boleh sepi. Jangan hanya waktu festivalnya," kata dia.
Sementara itu, dengan target nasional wisatawan sebanyak tujuh juta orang pada tahun ini, kata Sapta, Depbudpar memiliki strategi-strategi pemasaran pariwisata kepada wisatawan. Baik itu wisatawan mancanegara maupun wisatawan lokal, yakni dengan pemasaran horizontal.
Pemasaran horizontal itu berupa pendekatan yang intensif kepada calon wisatawan melalui kelompok-kelompok atau komunitas, seperti klub golf, klub sepeda motor, dan sebagainya. "Ini lebih efektif dibandingkan dengan advertising, iklan. Sebab, dengan pemasaran horizontal, kita langsung promosi ke individu-individu atau direct selling," kata dia.
Saat ini, menurut Sapta, pangsa pasar wisata masih wisatawan Asia, yakni sekitar 35%. Sedangkan sisanya adalah wisatawan asal Eropa dan Australia. "Untuk Australia, tahun kemarin naik sekitar 50 persen. Sedangkan tujuan utama para wisatawan tersebut masih Bali dan Yogyakarta," kata dia. (MG13/LUT/D-3)
Sumber: Lampung Post, Rabu, 30 Juni 2010
June 30, 2010
Teater Mentari akan Ikut Peksimida
METRO--Pertama kalinya Teater Mentari Universitas Muhammadiyah Metro berani mencoba tampil menerobos Pekan Seni Mahasiswa Daerah (Peksimida). Mereka akan mengikuti Peksimida tingkat nasional X di Pontianak pada 25 Juli.
MEMBACA PUISI. Penampilan perdana membaca di ajang Pekan Seni Mahasiswa Daerah se-Lampung dari Westi Bilda, anggota Komunitas Teater Mentari Universitas Muhammadiyah Metro di Aula Pertanian Unila, Minggu (27-6). (DOK. TEATER MANDIRI)
Apresiasi mahasiswa UMM itu dicoba dengan menampilkan anggotanya untuk beberapa tangkai lomba, yaitu penulisan lakon dan membaca puisi. Uji coba sekaligus mengenyam pembelajaran itu ternyata menginspirasi pencinta seni sastra Mentari untuk memantapkan diri.
Ketua Teater Mentari, Westi Balda, di ruang teater kampus UMM, Selasa (29-6), mengatakan kelemahan akan menjadikan pelajaran berharga untuk menoreh kesempatan membuktikan yang terbaik. "Ajang Peksimida menjadi tolok ukur untuk menembus ke ajang nasional," kata dia. (CAN/D-3)
Sumber: Lampung Post, Rabu, 30 Juni 2010
MEMBACA PUISI. Penampilan perdana membaca di ajang Pekan Seni Mahasiswa Daerah se-Lampung dari Westi Bilda, anggota Komunitas Teater Mentari Universitas Muhammadiyah Metro di Aula Pertanian Unila, Minggu (27-6). (DOK. TEATER MANDIRI)
Apresiasi mahasiswa UMM itu dicoba dengan menampilkan anggotanya untuk beberapa tangkai lomba, yaitu penulisan lakon dan membaca puisi. Uji coba sekaligus mengenyam pembelajaran itu ternyata menginspirasi pencinta seni sastra Mentari untuk memantapkan diri.
Ketua Teater Mentari, Westi Balda, di ruang teater kampus UMM, Selasa (29-6), mengatakan kelemahan akan menjadikan pelajaran berharga untuk menoreh kesempatan membuktikan yang terbaik. "Ajang Peksimida menjadi tolok ukur untuk menembus ke ajang nasional," kata dia. (CAN/D-3)
Sumber: Lampung Post, Rabu, 30 Juni 2010
June 29, 2010
Ida Mustika Zaini Ajak Masyarakat Lestarikan Tapis Kapal
BANDAR LAMPUNG--Kain tapis merupakan salah satu jenis kerajinan tradisional masyarakat Lampung. Motif kain tradisional ini beraneka ragam. Mulai dari tapis inuh, tapis cucuk andak, tapis semaka, tapis jung sarat, tapis balak, tapis laut linau, tapis pucuk rebung, tapis cucuk handak, tapis dewosano, tapis limar sekebar, tapis bintang perak, tapis kapal dan lain-lain.
BERI CENDERA MATA. Pengusaha tapis Ida Mustika Zaini (kanan) memberikan cendera mata kepada Ketua Dekranasda Lampung Trully Sjachroedin. (LAMPUNG POST/WIWIK ASTUTI)
Mantan Wakil Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Lampung Hj. Ida Mustika Zaini mengharapkan masyarakat melestarikan warisan adiluhung nenek moyang masyarakat Lampung tersebut.
"Motif kain tapis banyak yang hilang. Seperti motif kapal-kapalan. Ini saya temukan di Museum Tekstil di Jakarta," kata Ida saat memberikan cendera mata kain tapis kapal kepada Ketua Dekranasda Provinsi Lampung Hj. Trully Sjachroedin pada acara tasyakuran ke-75 di rumahnya, di Jalan Way Rilau, Pahoman, baru-baru ini.
Saat itu hadir Ketua Badan Kontak Majelis Taklim Lampung Hj. Mahbubah Zubaier Agoes, Ketua Badan Kerjasama Organisasi Wanita Lampung Ny. Kinkin Sutoto, dan berbagai organisasi wanita di Lampung.
Pemilik sanggar tapis Melati Art Galery ini menguraikan motif kapal-kapalan memiliki nilai filosofis dan simbolis masyarakat Lampung. Seperti penggunaan transportasi pelayaran dan alam lingkungan laut saat itu telah memberi ide penggunaan motif hias pada kain kapal. Ragam motif kapal pada kain kapal menunjukkan adanya keragaman bentuk dan konstruksi kapal yang digunakan.
"Pada zaman dahulu masyarakat di pesisir Kalianda, Lampung Selatan, hingga pesisir Krui di Lampung Barat menulis kehidupan mereka pada selembar kain. Karena kehidupan mereka dekat dengan laut, gambar yang muncul pun tak jauh dari laut, seperti gambar kapal dan binatang laut," ujar wanita yang masuk dalam buku 100 Tokoh Terkemuka Lampung terbitan Lampung Post ini.
Sebab itu, untuk melestarikan kain tapis kapal tersebut ia meminta perajin di Lampung Selatan membuat motif ini. Tak hanya itu, pada kesempatan tersebut, ia juga mengharapkan kepada Ketua Dekranasda Lampung agar terus membina kepada perajin untuk membuat motif kapal-kapalan. "Motif ini sekarang sangat langka. Jika tidak dilestarikan, motif kapal-kapalan lambat laun bisa hilang," kata peraih Upakarti dari Presiden Soeharto pada 1991 ini. (AST/L-1)
Sumber: Lampung Post, Selasa, 29 Juni 2010
BERI CENDERA MATA. Pengusaha tapis Ida Mustika Zaini (kanan) memberikan cendera mata kepada Ketua Dekranasda Lampung Trully Sjachroedin. (LAMPUNG POST/WIWIK ASTUTI)
Mantan Wakil Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Lampung Hj. Ida Mustika Zaini mengharapkan masyarakat melestarikan warisan adiluhung nenek moyang masyarakat Lampung tersebut.
"Motif kain tapis banyak yang hilang. Seperti motif kapal-kapalan. Ini saya temukan di Museum Tekstil di Jakarta," kata Ida saat memberikan cendera mata kain tapis kapal kepada Ketua Dekranasda Provinsi Lampung Hj. Trully Sjachroedin pada acara tasyakuran ke-75 di rumahnya, di Jalan Way Rilau, Pahoman, baru-baru ini.
Saat itu hadir Ketua Badan Kontak Majelis Taklim Lampung Hj. Mahbubah Zubaier Agoes, Ketua Badan Kerjasama Organisasi Wanita Lampung Ny. Kinkin Sutoto, dan berbagai organisasi wanita di Lampung.
Pemilik sanggar tapis Melati Art Galery ini menguraikan motif kapal-kapalan memiliki nilai filosofis dan simbolis masyarakat Lampung. Seperti penggunaan transportasi pelayaran dan alam lingkungan laut saat itu telah memberi ide penggunaan motif hias pada kain kapal. Ragam motif kapal pada kain kapal menunjukkan adanya keragaman bentuk dan konstruksi kapal yang digunakan.
"Pada zaman dahulu masyarakat di pesisir Kalianda, Lampung Selatan, hingga pesisir Krui di Lampung Barat menulis kehidupan mereka pada selembar kain. Karena kehidupan mereka dekat dengan laut, gambar yang muncul pun tak jauh dari laut, seperti gambar kapal dan binatang laut," ujar wanita yang masuk dalam buku 100 Tokoh Terkemuka Lampung terbitan Lampung Post ini.
Sebab itu, untuk melestarikan kain tapis kapal tersebut ia meminta perajin di Lampung Selatan membuat motif ini. Tak hanya itu, pada kesempatan tersebut, ia juga mengharapkan kepada Ketua Dekranasda Lampung agar terus membina kepada perajin untuk membuat motif kapal-kapalan. "Motif ini sekarang sangat langka. Jika tidak dilestarikan, motif kapal-kapalan lambat laun bisa hilang," kata peraih Upakarti dari Presiden Soeharto pada 1991 ini. (AST/L-1)
Sumber: Lampung Post, Selasa, 29 Juni 2010
Pemakaian Bahasa Lampung Dibuat Perda
GUNUNGSUGIH (Lampost): Pemkab Lampung Tengah akan membuatkan peraturan daerah (perda) pemakaian bahasa Lampung di lingkungan pemerintahan dan sekolah.
UPACARA ADAT. Bupati Lampung Tengah Mudiyanto Thoyib (kanan) menyerahkan cendera may keris kepada Dirjen Pemasaran dan Pengembangan Pariwisata dan Kebudayaan Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan Sapta Nirwandar pada acara gelar budaay adat di Nuwo Balak Sesat Agung, Gunungsugih, Senin (28-6). (LAMPUNG POST/LUTFI)
Bupati Lampung Tengah Mudiyanto Thoyib usai acara Begawi Adat Mewaghi di Gedung Sesat Agung Nuwo Balak, Senin (28-6), mengatakan dalam aturannya nanti setidaknya satu hari dalam seminggu bahasa Lampung digunakan untuk percakapan.
Pemakaian bahasa daerah akan diatur menyusul kecemasan akan hilangnya bahasa Lampung dalam kehidupan sehari-hari, khususnya bagi kaum pemuda.
Berbeda dengan bahasa daerah di Palembang, Sumatera Selatan. Di Palembang, bahkan bagi pendatang yang baru datang dua hari sudah bisa berbahasa Sumatera Selatan. "Nanti akan kami bicarakan dengan para Penyimbang Adat mengenai pembuatan perda bahasa daerah ini," kata Mudiyanto.
Sementara itu, Dirjen Pemasaran Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Sapta Nirwandar yang juga hadir dalam acara pemberian gelar atau Angkat Mewaghi tersebut menyetujui rencana Bupati Lampung Tengah untuk membuatkan perda penggunaan bahasa Lampung tersebut.
"Ini menunjukkan kepedulian untuk melestarikan kebudayaan dan bahasa sendiri. Menjaga keanekaragaman, terlebih pada bahasa daerah," kata Sapta.
Sapta menjelaskan Provinsi Lampung mempunyai keunikan tersendiri yang tidak dimiliki oleh daerah lain, yakni adanya bahasa tulis atau aksara. "Di Indonesia mungkin hanya ada empat atau lima daerah," ujarnya.
Sapta Nirwandar hadir dalam acara Angkat Mewaghi tersebut sebagai penerima gelar Suttan Jaya Negara Megasakti dari Penyimbang Adat Marga Subing. Sementara Mudiyanto Thoyib menerima gelar sebagai Suttan Abdi Negara Megasakti.
Begawi Adat Mewaghi tersebut adalah salah satu upacara adat Lampung dalam mengangkat saudara dan memberikan gelar kepada orang yang dianggap mampu memimpin. Gelar diberikan oleh Penyimbang Adat setempat. (MG13/D-1)
Sumber: Lampung Post, Selasa, 29 Juni 2010
UPACARA ADAT. Bupati Lampung Tengah Mudiyanto Thoyib (kanan) menyerahkan cendera may keris kepada Dirjen Pemasaran dan Pengembangan Pariwisata dan Kebudayaan Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan Sapta Nirwandar pada acara gelar budaay adat di Nuwo Balak Sesat Agung, Gunungsugih, Senin (28-6). (LAMPUNG POST/LUTFI)
Bupati Lampung Tengah Mudiyanto Thoyib usai acara Begawi Adat Mewaghi di Gedung Sesat Agung Nuwo Balak, Senin (28-6), mengatakan dalam aturannya nanti setidaknya satu hari dalam seminggu bahasa Lampung digunakan untuk percakapan.
Pemakaian bahasa daerah akan diatur menyusul kecemasan akan hilangnya bahasa Lampung dalam kehidupan sehari-hari, khususnya bagi kaum pemuda.
Berbeda dengan bahasa daerah di Palembang, Sumatera Selatan. Di Palembang, bahkan bagi pendatang yang baru datang dua hari sudah bisa berbahasa Sumatera Selatan. "Nanti akan kami bicarakan dengan para Penyimbang Adat mengenai pembuatan perda bahasa daerah ini," kata Mudiyanto.
Sementara itu, Dirjen Pemasaran Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Sapta Nirwandar yang juga hadir dalam acara pemberian gelar atau Angkat Mewaghi tersebut menyetujui rencana Bupati Lampung Tengah untuk membuatkan perda penggunaan bahasa Lampung tersebut.
"Ini menunjukkan kepedulian untuk melestarikan kebudayaan dan bahasa sendiri. Menjaga keanekaragaman, terlebih pada bahasa daerah," kata Sapta.
Sapta menjelaskan Provinsi Lampung mempunyai keunikan tersendiri yang tidak dimiliki oleh daerah lain, yakni adanya bahasa tulis atau aksara. "Di Indonesia mungkin hanya ada empat atau lima daerah," ujarnya.
Sapta Nirwandar hadir dalam acara Angkat Mewaghi tersebut sebagai penerima gelar Suttan Jaya Negara Megasakti dari Penyimbang Adat Marga Subing. Sementara Mudiyanto Thoyib menerima gelar sebagai Suttan Abdi Negara Megasakti.
Begawi Adat Mewaghi tersebut adalah salah satu upacara adat Lampung dalam mengangkat saudara dan memberikan gelar kepada orang yang dianggap mampu memimpin. Gelar diberikan oleh Penyimbang Adat setempat. (MG13/D-1)
Sumber: Lampung Post, Selasa, 29 Juni 2010
Prodi Bahasa Lampung Mengemuka
BANDARLAMPUNG – Pembukaan kembali Program Studi (Prodi) D-3 Bahasa Daerah Lampung yang pernah ada di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unila 1999 kemudian tutup 2005 kembali digagas.
Itu setelah salah satu peserta diskusi Kesiapan Provinsi Lampung Menerapkan Wajar Dikdas 12 Tahun, Cery Saputra, mempertanyakan kenapa prodi tersebut ditutup. Padahal, menurutnya, sekolah-sekolah sangat membutuhkan lulusannya.
Selain itu, kata alumnus FKIP tersebut, para alumni Prodi D-3 Bahasa Daerah Lampung yang jumlahnya sangat terbatas itu kini hampir semuanya menjadi guru PNS, namun tidak dapat mengikuti sertifikasi guru.
’’Sebab, mereka tidak bisa melanjutkan kesetaraan ke jenjang strata satu (S-1). Jangankan melanjutkan ke S-1, D-3-nya saja sudah tidak ada. Jika kondisinya seperti ini terus, bagaimana masyarakat Lampung dapat benar-benar melestarikan budaya daerah sendiri khusunya bahasa daerah,” tandasnya pada diskusi di halaman parkir Dekanat FKIP setempat kemarin (28/6).
Ketua Umum Ikatan Alumni (Ika) FKIP Unila Eddy Sutrisno yang juga Wali Kota Bandarlampung menambahkan, selama dua tahun terakhir, pemkot membuka penerimaan guru PNS dan untuk formasi guru bahasa daerah tidak pernah terisi karena tidak ada yang mendaftar.
’’Padahal, pemkot sangat membutuhkan guru bahasa daerah Lampung karena kekurangan. Tidak heran, jika kenyataan di lapangan pelajaran itu pun dipegang guru yang bukan dari bidangnya, hanya paham sedikit-sedikit. Itu pun bukan orang Lampung. Ini sungguh dilematis,” tukas Eddy.
Menanggapinya, Dekan FKIP Unila Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. yang menjadi salah satu pemateri dalam diskusi tersebut mengatakan, penutupan Prodi Bahasa Daerah Lampung bukan tanpa alasan. Kecuali Kota Bandarlampung dan Metro, tandasnya, dalam setiap penerimaan PNS tidak pernah ada formasinya.
’’Akhirnya kami pun menutup. Itu setelah kami berkali-kali menyurati pemprov dan semua pemerintah kabupaten/kota untuk membuka formasi guru bahasa daerah Lampung dalam penerimaan PNS. Namun, tidak pernah ada tanggapan. Kecuali Bandarlampung dan Metro yang hingga kini memang selalu terbuka. Sedangkan, pemda lainnya cuek,” tutur dia.
Jika ke depan kabupaten/kota benar-benar membutuhkan, tambahnya, tidak menutup kemungkinan prodi tersebut dibuka kembali. Selaras disampaikan pemateri diskusi lainnya dari Komisi V DPRD Provinsi Lampung Ahmad Nyerupa, prodi tersebut perlu dibuka untuk melestarikan bahasa Lampung yang mulai punah.
Hadir pula dalam diskusi yang dilakukan usai peletakan batu pertama gedung Ika FKIP Unila kemarin, Ketua PGRI Lampung Izhar Matrian, Sekretaris Disdik Lampung Herlina W.N., Kadisdik Bandarlampung Idrus Effendi, dan anggota Komisi D DPRD Bandarlampung Albert Alam. Masing-masing menyampaikan kesiapan Provinsi Lampung menerapkan Wajar Dikdas 12 Tahun. (rim/tru)
Sumber: Radar Lampung, Selasa, 29 Juni 2010
Itu setelah salah satu peserta diskusi Kesiapan Provinsi Lampung Menerapkan Wajar Dikdas 12 Tahun, Cery Saputra, mempertanyakan kenapa prodi tersebut ditutup. Padahal, menurutnya, sekolah-sekolah sangat membutuhkan lulusannya.
Selain itu, kata alumnus FKIP tersebut, para alumni Prodi D-3 Bahasa Daerah Lampung yang jumlahnya sangat terbatas itu kini hampir semuanya menjadi guru PNS, namun tidak dapat mengikuti sertifikasi guru.
’’Sebab, mereka tidak bisa melanjutkan kesetaraan ke jenjang strata satu (S-1). Jangankan melanjutkan ke S-1, D-3-nya saja sudah tidak ada. Jika kondisinya seperti ini terus, bagaimana masyarakat Lampung dapat benar-benar melestarikan budaya daerah sendiri khusunya bahasa daerah,” tandasnya pada diskusi di halaman parkir Dekanat FKIP setempat kemarin (28/6).
Ketua Umum Ikatan Alumni (Ika) FKIP Unila Eddy Sutrisno yang juga Wali Kota Bandarlampung menambahkan, selama dua tahun terakhir, pemkot membuka penerimaan guru PNS dan untuk formasi guru bahasa daerah tidak pernah terisi karena tidak ada yang mendaftar.
’’Padahal, pemkot sangat membutuhkan guru bahasa daerah Lampung karena kekurangan. Tidak heran, jika kenyataan di lapangan pelajaran itu pun dipegang guru yang bukan dari bidangnya, hanya paham sedikit-sedikit. Itu pun bukan orang Lampung. Ini sungguh dilematis,” tukas Eddy.
Menanggapinya, Dekan FKIP Unila Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. yang menjadi salah satu pemateri dalam diskusi tersebut mengatakan, penutupan Prodi Bahasa Daerah Lampung bukan tanpa alasan. Kecuali Kota Bandarlampung dan Metro, tandasnya, dalam setiap penerimaan PNS tidak pernah ada formasinya.
’’Akhirnya kami pun menutup. Itu setelah kami berkali-kali menyurati pemprov dan semua pemerintah kabupaten/kota untuk membuka formasi guru bahasa daerah Lampung dalam penerimaan PNS. Namun, tidak pernah ada tanggapan. Kecuali Bandarlampung dan Metro yang hingga kini memang selalu terbuka. Sedangkan, pemda lainnya cuek,” tutur dia.
Jika ke depan kabupaten/kota benar-benar membutuhkan, tambahnya, tidak menutup kemungkinan prodi tersebut dibuka kembali. Selaras disampaikan pemateri diskusi lainnya dari Komisi V DPRD Provinsi Lampung Ahmad Nyerupa, prodi tersebut perlu dibuka untuk melestarikan bahasa Lampung yang mulai punah.
Hadir pula dalam diskusi yang dilakukan usai peletakan batu pertama gedung Ika FKIP Unila kemarin, Ketua PGRI Lampung Izhar Matrian, Sekretaris Disdik Lampung Herlina W.N., Kadisdik Bandarlampung Idrus Effendi, dan anggota Komisi D DPRD Bandarlampung Albert Alam. Masing-masing menyampaikan kesiapan Provinsi Lampung menerapkan Wajar Dikdas 12 Tahun. (rim/tru)
Sumber: Radar Lampung, Selasa, 29 Juni 2010
Komitmen Kandidat Mengembangkan Seni Budaya
Oleh Isbedy Stiawan Z.S.
PARA kandidat wali kota/wakil wali kota Bandarlampung berjanji mengembangkan seni budaya di daerah ini. Kesepakatan para kandidat tanpa bersepakat lebih dahulu itu mencuat saat Debat Kandidat Wakil Wali Kota yang ditayangkan Radar TV. Meski dianggap ’’terlambat’’, setidaknya hal tersebut sebagai bukti kepedulian pemkot atas nasib seni budaya yang nyaris tak terurus.
Hanya, statement para wakil wali kota Bandarlampung dalam debat itu tidak dibarengi kontrak politik. Sehingga bukan tidak mustahil setelah mereka jadi orang nomor satu dan dua di kota ini, janji ketika kampanye bisa saja tidak dipenuhi. Alasannya, masih banyak pembangunan di Bandarlampung yang sangat mendesak dibandingkan program pengembangan seni budaya –apalagi di dalamnya adalah pariwisata.
Terlalu banyak pengembangan seni budaya di kota Bandarlampung yang selama kurang disentuh pemerintah. Kampung budaya yang ada di Kotakarang, Gedungpakuon, Rajabasa, Kampungsawah, dan lainnya kurang diurus. Betapa banyak perkampungan yang masih mempertahankan nilai-nilai seni budaya. Seperti rumah-rumah panggung khas Lampung yang nyaris ambruk karena tidak ada bantuan pemeliharaan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandarlampung.
Belum lagi sanggar-sanggar seni ataupun komunitas kesenian yang pernah tumbuh di kota ini lalu hanya tinggal papan nama. Pemkot Bandarlampung hanya memperhatikan satu atau dua sanggar, yang notabene dibina orang-rang dekat wali kota. Sanggar seni inilah yang kemudian kerap ditunjuk untuk ke luar daerah –bahkan luar negeri–dengan mengatasnamakan ’’demi misi’’ memperkenalkan seni budaya daerah Lampung.
Padahal, Bandarlampung memiliki Dewan Kesenian (DK). Sayangnya, sampai kini yang saya ketahui sangat minim anggaran yang dikucurkan APBD Bandarlampung. Sehingga, DKBL (Dewan Kesenian Bandarlampung) bagai hidup tanpa gizi. Program DKBL sebagai katalisator dan dinamisator pemkot menjadi tak berarti. Gurauan seniman di kota ini atas nasib DKBL bagai ’’hidup segan matipun tak hendak’’ seperti pas disematkan.
Sementara kehidupan seni budaya di Bandarlampung sangat berpotensi. Hanya, potensi itu tidak digali dan dikembangkan. Akibatnya, potensi seni budaya hanya ada di kabupaten-kabupaten lain. Sebagai ibu kota Provinsi Lampung, seniman tumplek di Bandarlampung. Begitu pula para budayawan, juga ada di Bandarlampung. Misalnya MPAL (Majelis Penyimbang Adat Lampung), pusatnya di kota ini. Demikian pula di kota ini ada Dewan Kesenian Lampung.
Kota Bandarlampung bahkan kini sudah menghilangkan cirinya sebagai pusat dari Provinsi Lampung. Di pusat perkotaan, sulit kita mendapati banguan yang menjadi ikon Lampung. Demi pembangunan yang cenderung ingin menjadi metropolis, banyak bangunan khas dan sudah menjadi ikon kota ini dihancurkan. Kota ini pun tumbuh banyak pusat perbelanjaan modern dan rumah toko (ruko). Bahkan, ruko sudah menyebar hingga mendekati pinggiran kota. Sementara kekhasan kota ini, hanya ditandai patung sepasang pengantin adat di simpang tiga Jalan Dipnegoro–Dr. Susilo dan Ahmad Yani–Kartini–Wolter Monginsidi.
Pengembangan seni budaya yang disepakati calon wakil kota-wakil wali kota, sebetulnya bukan kesenian dalam pengertian tarian dan musik tradisional. Tetapi, kebudayaan sebagaimana dirumuskan Kuntjoroningrat. Yaitu termasuk di dalamnya adalah bahasa dan mata pencarian.
Untuk bahasa, apakah calon wali kota/wakil wali kota sudah berkomitmen akan mengembangkan bahasa daerah (Lampung). Setidaknya dimulai dari tingkat sekolah. Untuk itu, diperlukan pengajar yang khusus mata pelajaran bahasa daerah. Kemudian menyosialisasikan bahasa daerah ke masyarakat lewat media massa atau penerbitan khusus. Ini baru ihwal bahasa.
Kemudian mata pencarian. Apakah para kandidat yang nantinya terpilih menjadi wali kota/wakil kota pasca 30 Juni 2010, juga sudah punya komitmen memperkecil antre para generasi muda di loket tenaga kerja. Kenyataannya, pemerintah seperti hendak mengubah cara masyarakat dalam mencari mata pencarian. Sebagai contoh, kekhawatiran masyarakat nelayan di pesisir pantai oleh sebab program water front city. Belum lagi mata pencarian para pengusaha lemah yang mengharap hidup dari kaki lima. Hari-harinya senantiasa dicekam ancaman penggusuran.
Saya meragukan komitmen tanpa dibarengi kontrak politik dari para kandidat pilkada kota Bandarlampung mengenai pengembangan seni budaya (dan pariwisata). Nantinya, hanya berhenti sebagai jargon politik di arena kampanye. Masyarakat seni budaya tidak punya kekuatan untuk menagih janji. Lalu seperti juga sebelum-sebelumnya, kehidupan seni budaya di Bandarlampung dibiarkan matisuri.
Kesenian pula, sekali lagi bukan hanya urusan tari-tarian. Tari-tarian juga bukan melulu tari tradisional seperti Sigeh Penguten, Melinting, dan seterusnya. Tari kreasi dan tari kontemporer juga punya hak hidup. Begitu pula seni musik. Para seniman musik kreatif pun mesti dikembangkan. Belum lagi film, seni sastra, rupa, ataupun teater.
Kalau Pemkot Bandarlampung mampu ’’menerbangkan’’ para seniman binaan Disbudpar ke Festival Tong Tong di Belanda, konsekuensinya pemkot juga tak keberatan memberikan bantuan bagi sanggar/komunitas seni lainnya yang diundang ke luar Bandarlampung karena kreativitasnya.
Tegasnya, seni budaya bukan hanya diukur dari senitari. Sanggar seni yang ‘diakui’ pemkot, juga bukan hanya yang dibina oleh isteri wailota atau Disbudpar. Sanggar-sanggar (komunitas) seni yang tumbuh di luar linggakaran pemerintah, seperti di Pasar Seni Enggal, di halaman Taman Budaya Lampung, di rumah-rumah kontrakan, serta individu-individu seniman sejatinya mendapat perhatian pemerintah untuk dikembangmajukan.
Oleh sebab itu, sebagai masukan bagi kandidat yang terpilih menjadi wali kota/wakil kota perlu komitmen regulasi anggaran bagi pengembangan seni budaya. Tanpa itu, pengembangan kesenian hanya temporer. Boleh dipikirkan, pada waktu lain bisa saja diabaikan. Ini pula yang terjadi terhadap nasib DKBL, yang konon 2010 tak jelas anggarannya.
Harapan saya tidak muluk-muluk kepada wali kota/wakil wali kota terpilih nanti. Cukuplah meregulasi anggaran bagi kesenian. Dengan cara mengucurkan kembali dana untuk DKBL. Selain itu, Disbudpar Bandarlampung bertanggung jawab hidup-matinya sanggar-sanggar (komunitas) yang selama ini terbukti kreativitasnya. Instansi itu juga bertanggung jawab pada potensi pariwisata di kota ini, yang selama ini dibiarkan semrawut dan tak tertata. Salah satu contoh, pasar seni, hutan monyet, terowongan yang ditengarai benteng peninggalan kolonial yang membentang dari kawasan Hotel Hartono hingga SMAN 2 Bandarlampung.
Bahkan, sebenarnya, kalau pemkot kreatif ,bisa membuat reflik Batuserampok yang ceritanya kini hanya abadi dalam cerita yang dikarang Motinggo Busye dan beberapa puisi yang ditulis penyair Lampung. Termasuk pula kapal yang terdamnpar di kawasan Sumurputri karena letusan Gunung Krakatau 1883 dan kini sudah tak berbekas lantaran rongsokannya dipereteli masyarakat, bisa dibuat reflik kembali.
Tentulah ini hanya sebuah harapan. Mungkin saja nantinya tak bisa dipenuhi wali kota/wakil wali kota yang baru. Tetapi kadung janji. Itu adalah utang. Maka, masyarakat seni laik menagih.
* Isbedy Stiawan Z.S., Seniman Lampung
Sumber: Radar Lampung, Selasa, 29 Juni 2010
PARA kandidat wali kota/wakil wali kota Bandarlampung berjanji mengembangkan seni budaya di daerah ini. Kesepakatan para kandidat tanpa bersepakat lebih dahulu itu mencuat saat Debat Kandidat Wakil Wali Kota yang ditayangkan Radar TV. Meski dianggap ’’terlambat’’, setidaknya hal tersebut sebagai bukti kepedulian pemkot atas nasib seni budaya yang nyaris tak terurus.
Hanya, statement para wakil wali kota Bandarlampung dalam debat itu tidak dibarengi kontrak politik. Sehingga bukan tidak mustahil setelah mereka jadi orang nomor satu dan dua di kota ini, janji ketika kampanye bisa saja tidak dipenuhi. Alasannya, masih banyak pembangunan di Bandarlampung yang sangat mendesak dibandingkan program pengembangan seni budaya –apalagi di dalamnya adalah pariwisata.
Terlalu banyak pengembangan seni budaya di kota Bandarlampung yang selama kurang disentuh pemerintah. Kampung budaya yang ada di Kotakarang, Gedungpakuon, Rajabasa, Kampungsawah, dan lainnya kurang diurus. Betapa banyak perkampungan yang masih mempertahankan nilai-nilai seni budaya. Seperti rumah-rumah panggung khas Lampung yang nyaris ambruk karena tidak ada bantuan pemeliharaan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandarlampung.
Belum lagi sanggar-sanggar seni ataupun komunitas kesenian yang pernah tumbuh di kota ini lalu hanya tinggal papan nama. Pemkot Bandarlampung hanya memperhatikan satu atau dua sanggar, yang notabene dibina orang-rang dekat wali kota. Sanggar seni inilah yang kemudian kerap ditunjuk untuk ke luar daerah –bahkan luar negeri–dengan mengatasnamakan ’’demi misi’’ memperkenalkan seni budaya daerah Lampung.
Padahal, Bandarlampung memiliki Dewan Kesenian (DK). Sayangnya, sampai kini yang saya ketahui sangat minim anggaran yang dikucurkan APBD Bandarlampung. Sehingga, DKBL (Dewan Kesenian Bandarlampung) bagai hidup tanpa gizi. Program DKBL sebagai katalisator dan dinamisator pemkot menjadi tak berarti. Gurauan seniman di kota ini atas nasib DKBL bagai ’’hidup segan matipun tak hendak’’ seperti pas disematkan.
Sementara kehidupan seni budaya di Bandarlampung sangat berpotensi. Hanya, potensi itu tidak digali dan dikembangkan. Akibatnya, potensi seni budaya hanya ada di kabupaten-kabupaten lain. Sebagai ibu kota Provinsi Lampung, seniman tumplek di Bandarlampung. Begitu pula para budayawan, juga ada di Bandarlampung. Misalnya MPAL (Majelis Penyimbang Adat Lampung), pusatnya di kota ini. Demikian pula di kota ini ada Dewan Kesenian Lampung.
Kota Bandarlampung bahkan kini sudah menghilangkan cirinya sebagai pusat dari Provinsi Lampung. Di pusat perkotaan, sulit kita mendapati banguan yang menjadi ikon Lampung. Demi pembangunan yang cenderung ingin menjadi metropolis, banyak bangunan khas dan sudah menjadi ikon kota ini dihancurkan. Kota ini pun tumbuh banyak pusat perbelanjaan modern dan rumah toko (ruko). Bahkan, ruko sudah menyebar hingga mendekati pinggiran kota. Sementara kekhasan kota ini, hanya ditandai patung sepasang pengantin adat di simpang tiga Jalan Dipnegoro–Dr. Susilo dan Ahmad Yani–Kartini–Wolter Monginsidi.
Pengembangan seni budaya yang disepakati calon wakil kota-wakil wali kota, sebetulnya bukan kesenian dalam pengertian tarian dan musik tradisional. Tetapi, kebudayaan sebagaimana dirumuskan Kuntjoroningrat. Yaitu termasuk di dalamnya adalah bahasa dan mata pencarian.
Untuk bahasa, apakah calon wali kota/wakil wali kota sudah berkomitmen akan mengembangkan bahasa daerah (Lampung). Setidaknya dimulai dari tingkat sekolah. Untuk itu, diperlukan pengajar yang khusus mata pelajaran bahasa daerah. Kemudian menyosialisasikan bahasa daerah ke masyarakat lewat media massa atau penerbitan khusus. Ini baru ihwal bahasa.
Kemudian mata pencarian. Apakah para kandidat yang nantinya terpilih menjadi wali kota/wakil kota pasca 30 Juni 2010, juga sudah punya komitmen memperkecil antre para generasi muda di loket tenaga kerja. Kenyataannya, pemerintah seperti hendak mengubah cara masyarakat dalam mencari mata pencarian. Sebagai contoh, kekhawatiran masyarakat nelayan di pesisir pantai oleh sebab program water front city. Belum lagi mata pencarian para pengusaha lemah yang mengharap hidup dari kaki lima. Hari-harinya senantiasa dicekam ancaman penggusuran.
Saya meragukan komitmen tanpa dibarengi kontrak politik dari para kandidat pilkada kota Bandarlampung mengenai pengembangan seni budaya (dan pariwisata). Nantinya, hanya berhenti sebagai jargon politik di arena kampanye. Masyarakat seni budaya tidak punya kekuatan untuk menagih janji. Lalu seperti juga sebelum-sebelumnya, kehidupan seni budaya di Bandarlampung dibiarkan matisuri.
Kesenian pula, sekali lagi bukan hanya urusan tari-tarian. Tari-tarian juga bukan melulu tari tradisional seperti Sigeh Penguten, Melinting, dan seterusnya. Tari kreasi dan tari kontemporer juga punya hak hidup. Begitu pula seni musik. Para seniman musik kreatif pun mesti dikembangkan. Belum lagi film, seni sastra, rupa, ataupun teater.
Kalau Pemkot Bandarlampung mampu ’’menerbangkan’’ para seniman binaan Disbudpar ke Festival Tong Tong di Belanda, konsekuensinya pemkot juga tak keberatan memberikan bantuan bagi sanggar/komunitas seni lainnya yang diundang ke luar Bandarlampung karena kreativitasnya.
Tegasnya, seni budaya bukan hanya diukur dari senitari. Sanggar seni yang ‘diakui’ pemkot, juga bukan hanya yang dibina oleh isteri wailota atau Disbudpar. Sanggar-sanggar (komunitas) seni yang tumbuh di luar linggakaran pemerintah, seperti di Pasar Seni Enggal, di halaman Taman Budaya Lampung, di rumah-rumah kontrakan, serta individu-individu seniman sejatinya mendapat perhatian pemerintah untuk dikembangmajukan.
Oleh sebab itu, sebagai masukan bagi kandidat yang terpilih menjadi wali kota/wakil kota perlu komitmen regulasi anggaran bagi pengembangan seni budaya. Tanpa itu, pengembangan kesenian hanya temporer. Boleh dipikirkan, pada waktu lain bisa saja diabaikan. Ini pula yang terjadi terhadap nasib DKBL, yang konon 2010 tak jelas anggarannya.
Harapan saya tidak muluk-muluk kepada wali kota/wakil wali kota terpilih nanti. Cukuplah meregulasi anggaran bagi kesenian. Dengan cara mengucurkan kembali dana untuk DKBL. Selain itu, Disbudpar Bandarlampung bertanggung jawab hidup-matinya sanggar-sanggar (komunitas) yang selama ini terbukti kreativitasnya. Instansi itu juga bertanggung jawab pada potensi pariwisata di kota ini, yang selama ini dibiarkan semrawut dan tak tertata. Salah satu contoh, pasar seni, hutan monyet, terowongan yang ditengarai benteng peninggalan kolonial yang membentang dari kawasan Hotel Hartono hingga SMAN 2 Bandarlampung.
Bahkan, sebenarnya, kalau pemkot kreatif ,bisa membuat reflik Batuserampok yang ceritanya kini hanya abadi dalam cerita yang dikarang Motinggo Busye dan beberapa puisi yang ditulis penyair Lampung. Termasuk pula kapal yang terdamnpar di kawasan Sumurputri karena letusan Gunung Krakatau 1883 dan kini sudah tak berbekas lantaran rongsokannya dipereteli masyarakat, bisa dibuat reflik kembali.
Tentulah ini hanya sebuah harapan. Mungkin saja nantinya tak bisa dipenuhi wali kota/wakil wali kota yang baru. Tetapi kadung janji. Itu adalah utang. Maka, masyarakat seni laik menagih.
* Isbedy Stiawan Z.S., Seniman Lampung
Sumber: Radar Lampung, Selasa, 29 Juni 2010
June 28, 2010
Pemkab Lamteng Gagas Perda Bahasa Lampung
GUNUNGSUGIH, KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah (Lamteng) menggagas peraturan daerah yang mewajibkan penggunaan bahasa Lampung di lingkungan pemda setiap seminggu sekali. Ini bertujuan memasyarakatkan penggunaan bahasa Lampung yang perlahan kini mulai tersisihkan.
"Kami tengah berkonsultasi dengan tokoh-tokoh adat untuk memperjuangkan ini menjadi perda. Idenya, setiap hari Jumat, di kantor-kantor, diwajibkan memakai bahasa Lampung untuk percakapan," ungkap Bupati Lamteng, Mudiyanto Thoyib di sela-sela Gelar Budaya Lampung di Rumah Adat Nuwo Balak Gunung Sugih, Lamteng, Senin (28/6/2010).
Ide mewajibkan penggunaan bahasa Lampung ini didasari kenyataan pahit bahwa Bahasa Lampung lambat laun tidak lagi dipergunakan sebagai bahasa percakapan sehari-hari. Kalau pun ada, itu pun fungsinya hanya sapaan. Kondisi ini jauh berbeda dengan daerah lainnya misalnya Sumatera Selatan atau Jawa di mana bahasa daerah masih aktif dipergunakan.
"Di Palembang misalnya, berkunjung deh dua hari saja misalnya, meskipun bukan orang asli sana, mesti logatnya sudah terbawa. Di sini kan tidak, orang Jawa ya pakai bahasa Jawa, orang Batak pakai bahasa Batak. Semestinya, bahasa daerah tetap lestari," ujar pria keturunan Jawa yang baru saja dianugerahi gelar Sutan Abdi Negara Megasakti di dalam acara merwatin (angkat sudara) ini.
Ia menjelaskan, upaya pelestarian bahasa Lampung sudah dirintis melalui kebijakan Gubernur Lampung yang memasukkan bahasa dan aksara Lampung ke dalam muatan lokal di sekolah. Namun, itu dirasakan tidak cukup. Sebab, penuturnya sendiri enggan mempraktikkan bahasa Lampung dalam kehidupan sehari-hari.
Ia pun menampik tudingan yang mengatakan bahwa Lampung miskin dengan budaya. Lampung itu bukannya tidak ada acara (budaya). Bahkan, kebudayaan di Lampung punya peranan yang srategis untuk menjaga keharmonisan, ucapnya memberi contoh prosesi angkat saudara atau memberikan gelar kepada warga luar Lampung yang menunjukkan keterbukaan masyarakat Lampung.
Dalam acara ini, Direktur Jenderal Pemasaran Kementrian Budaya dan Pariwisata RI Sapta Nirwandar menyambut baik ide pembuatan perda tentang pemakaian bahasa daerah. Menurut dia, Lampung sebetulnya memiliki potensi budaya yang sangat besar. Sayangnya, itu belum dioptimalkan dan dipublikasi luas oleh media.
"Lampung adalah salah satu dari sedikit daerah yang punya aksaranya sendiri. Jadi, nenek moyang orang Lampung sebetulnya telah memiliki visi luas di zamannya. Jadi, di Lampung bukannya tidak ada budaya. Hanya saja, itu belum diperkenalkan secara utuh," tutur pria kelahiran Lampung ini.
Sumber: Kompas.com, Senin, 28 Juni 2010
"Kami tengah berkonsultasi dengan tokoh-tokoh adat untuk memperjuangkan ini menjadi perda. Idenya, setiap hari Jumat, di kantor-kantor, diwajibkan memakai bahasa Lampung untuk percakapan," ungkap Bupati Lamteng, Mudiyanto Thoyib di sela-sela Gelar Budaya Lampung di Rumah Adat Nuwo Balak Gunung Sugih, Lamteng, Senin (28/6/2010).
Ide mewajibkan penggunaan bahasa Lampung ini didasari kenyataan pahit bahwa Bahasa Lampung lambat laun tidak lagi dipergunakan sebagai bahasa percakapan sehari-hari. Kalau pun ada, itu pun fungsinya hanya sapaan. Kondisi ini jauh berbeda dengan daerah lainnya misalnya Sumatera Selatan atau Jawa di mana bahasa daerah masih aktif dipergunakan.
"Di Palembang misalnya, berkunjung deh dua hari saja misalnya, meskipun bukan orang asli sana, mesti logatnya sudah terbawa. Di sini kan tidak, orang Jawa ya pakai bahasa Jawa, orang Batak pakai bahasa Batak. Semestinya, bahasa daerah tetap lestari," ujar pria keturunan Jawa yang baru saja dianugerahi gelar Sutan Abdi Negara Megasakti di dalam acara merwatin (angkat sudara) ini.
Ia menjelaskan, upaya pelestarian bahasa Lampung sudah dirintis melalui kebijakan Gubernur Lampung yang memasukkan bahasa dan aksara Lampung ke dalam muatan lokal di sekolah. Namun, itu dirasakan tidak cukup. Sebab, penuturnya sendiri enggan mempraktikkan bahasa Lampung dalam kehidupan sehari-hari.
Ia pun menampik tudingan yang mengatakan bahwa Lampung miskin dengan budaya. Lampung itu bukannya tidak ada acara (budaya). Bahkan, kebudayaan di Lampung punya peranan yang srategis untuk menjaga keharmonisan, ucapnya memberi contoh prosesi angkat saudara atau memberikan gelar kepada warga luar Lampung yang menunjukkan keterbukaan masyarakat Lampung.
Dalam acara ini, Direktur Jenderal Pemasaran Kementrian Budaya dan Pariwisata RI Sapta Nirwandar menyambut baik ide pembuatan perda tentang pemakaian bahasa daerah. Menurut dia, Lampung sebetulnya memiliki potensi budaya yang sangat besar. Sayangnya, itu belum dioptimalkan dan dipublikasi luas oleh media.
"Lampung adalah salah satu dari sedikit daerah yang punya aksaranya sendiri. Jadi, nenek moyang orang Lampung sebetulnya telah memiliki visi luas di zamannya. Jadi, di Lampung bukannya tidak ada budaya. Hanya saja, itu belum diperkenalkan secara utuh," tutur pria kelahiran Lampung ini.
Sumber: Kompas.com, Senin, 28 Juni 2010
June 27, 2010
Buku: Biografi Z.A. Pagaralam Diluncurkan
BANDAR LAMPUNG (Lampost): Buku Jejak Perjalanan Gubernur Lampung Periode 1966-1972 Zainal Abidin Pagaralam diluncurkan di Ballroom Hotel Sheraton, pada Jumat (25-6) malam.
Penyerahan Buku Jejak Perjalanan Gubernur Lampung Periode 1966-1972 Zainal Abidin Pagaralam dari tim penulis kepada keluarga.
Peluncuran buku biografi tokoh Lampung yang namanya diabadikan sebagai nama jalan di Bandar Lampung tersebut dihadiri keluarga besar Z.A. Pagaralam, Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P., Rektor Universitas Lampung Sugeng P. Harianto, bupati se-Lampung serta jajaran Muspida Provinsi Lampung.
Sebelum meluncurkan buku setebal 248 halaman tersebut, tim penulis menyerahkan buku ZAP kepada keluarga yang diwakili oleh Syafariah Widianti.
Kemudian secara simbolis buku biografi tersebut diluncurkan dengan menghitung maju tahun-tahun masa pemerintahan Z.A. Pagaralam, mulai dari 1966 sampai 1972.
Lalu buku itu secara simbolis diberikan kepada Kapolda Lampung Sulistyo Ishak, Komandan Korem Garuda Hitam 043 Kolonel Ibnu Darmawan, Rektor Unila Sugeng P. Harianto, Ketua Majelis Ulama Indonesia Lampung K.H. Mawardi A.S., dan kepada Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P. sebagai perwakilan dari keluarga besar Z.A. Pagaralam.
Menurut Anshori Djausal, salah satu tim penulis, buku yang ditulis selama enam bulan bersama Hermansyah dan Diza Noviandi tersebut merupakan biografi dari sosok pendidik yang peduli akan pendidikan di Bumi Sai Ruwa Jurai.
Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P. mengatakan sebagai anak, banyak yang dapat ia ambil dari sifat dan perilaku ayahnya itu, terutama mengenai kedisiplinan. "Juga pesan, 'jangan sombong karena masih banyak yang lebih kaya dan lebih pintar'," kata Sjachroedin.
Di akhir acara peluncuran buku, tim penulis mengembalikan naskah-naskah serta dokumen-dokumen berupa tulisan tangan asli kepada pihak keluarga serta sebuah lukisan Z.A. Pagaralam karya Bambang Suroboyo. n MG13/L-1
Sumber: Lampung Post, Minggu, 27 Juni 2010
Penyerahan Buku Jejak Perjalanan Gubernur Lampung Periode 1966-1972 Zainal Abidin Pagaralam dari tim penulis kepada keluarga.
Peluncuran buku biografi tokoh Lampung yang namanya diabadikan sebagai nama jalan di Bandar Lampung tersebut dihadiri keluarga besar Z.A. Pagaralam, Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P., Rektor Universitas Lampung Sugeng P. Harianto, bupati se-Lampung serta jajaran Muspida Provinsi Lampung.
Sebelum meluncurkan buku setebal 248 halaman tersebut, tim penulis menyerahkan buku ZAP kepada keluarga yang diwakili oleh Syafariah Widianti.
Kemudian secara simbolis buku biografi tersebut diluncurkan dengan menghitung maju tahun-tahun masa pemerintahan Z.A. Pagaralam, mulai dari 1966 sampai 1972.
Lalu buku itu secara simbolis diberikan kepada Kapolda Lampung Sulistyo Ishak, Komandan Korem Garuda Hitam 043 Kolonel Ibnu Darmawan, Rektor Unila Sugeng P. Harianto, Ketua Majelis Ulama Indonesia Lampung K.H. Mawardi A.S., dan kepada Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P. sebagai perwakilan dari keluarga besar Z.A. Pagaralam.
Menurut Anshori Djausal, salah satu tim penulis, buku yang ditulis selama enam bulan bersama Hermansyah dan Diza Noviandi tersebut merupakan biografi dari sosok pendidik yang peduli akan pendidikan di Bumi Sai Ruwa Jurai.
Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P. mengatakan sebagai anak, banyak yang dapat ia ambil dari sifat dan perilaku ayahnya itu, terutama mengenai kedisiplinan. "Juga pesan, 'jangan sombong karena masih banyak yang lebih kaya dan lebih pintar'," kata Sjachroedin.
Di akhir acara peluncuran buku, tim penulis mengembalikan naskah-naskah serta dokumen-dokumen berupa tulisan tangan asli kepada pihak keluarga serta sebuah lukisan Z.A. Pagaralam karya Bambang Suroboyo. n MG13/L-1
Sumber: Lampung Post, Minggu, 27 Juni 2010
June 26, 2010
Bukit Camang di Bandarlampung Terus Dirusak
Bandarlampung, 26/6 (ANTARA)- Bukit Camang di Bandarlampung yang merupakan daerah konservasi, terus dirusak dengan dibiarkannya penambangan tanah dan bebatuan di bukit tersebut.
Berdasarkan pantauan dalam sepekan terakhir, terlihat aksi perusakan di bukit tersebut makin meluas, padahal pemerintah setempat telah menegaskan penambangan itu ilegal, demikian ANTARA melaporkan dari Bandarlampung, Sabtu.
Puluhan warga tetap menggali tanah tanpa menghiraukan keselamatan, sementara truk tanah selalu hilir mudik mengangkut material hasil penambangan, terutama tanah dan batu cadas.
Tidak tegasnya Pemkot Bandarlampung menghentikan penambangan ilegal itu, mengakibatkan bukit yang merupakan kawasan konservasi terus dirusak, meski telah disorot banyak pihak, seperti aktivis lingkungan dan DPRD setempat.
Saat hujan turun, material dari bukit itu kerap longsor memenuhi badan jalan, sehingga mengancam keselamatan berlalu lintas.
Sementara itu, truk yang mengangkut tanah dan bebatuan juga telah mengakibatkan jalan raya di daerah itu bertambah rusak parah.
Sejumlah warga mengeluhkan kondisi jalan yang makin rusak parah, seperti berlubang dalam hingga sulit dilalui kendaraan pribadi.
"Mobil pasti sering kena lubang kalau tidak paham kondisi jalan menuju Bukit Camang. Kondisinya sangat parah," kata Duan, salah satu warga yang kerap melewati jalan lintas itu menuju kantornya di kawasan Telukbetung, Bandarlampung.
Berbagai kalangan, seperti Walhi Lampung, telah berulangkali meminta pemkot menghentikan penambangan ilegal di Bukit Camang.
Selain itu, penambangan liar di Bukit Sukamenanti, Bukit Hata, Bukit Kunyit dan satu bukit di Jl Sisingamangaraja Gedung Air, juga diminta segera dihentikan.
Sumber: Antara, Sabtu, 26 Juni 2010
Berdasarkan pantauan dalam sepekan terakhir, terlihat aksi perusakan di bukit tersebut makin meluas, padahal pemerintah setempat telah menegaskan penambangan itu ilegal, demikian ANTARA melaporkan dari Bandarlampung, Sabtu.
Puluhan warga tetap menggali tanah tanpa menghiraukan keselamatan, sementara truk tanah selalu hilir mudik mengangkut material hasil penambangan, terutama tanah dan batu cadas.
Tidak tegasnya Pemkot Bandarlampung menghentikan penambangan ilegal itu, mengakibatkan bukit yang merupakan kawasan konservasi terus dirusak, meski telah disorot banyak pihak, seperti aktivis lingkungan dan DPRD setempat.
Saat hujan turun, material dari bukit itu kerap longsor memenuhi badan jalan, sehingga mengancam keselamatan berlalu lintas.
Sementara itu, truk yang mengangkut tanah dan bebatuan juga telah mengakibatkan jalan raya di daerah itu bertambah rusak parah.
Sejumlah warga mengeluhkan kondisi jalan yang makin rusak parah, seperti berlubang dalam hingga sulit dilalui kendaraan pribadi.
"Mobil pasti sering kena lubang kalau tidak paham kondisi jalan menuju Bukit Camang. Kondisinya sangat parah," kata Duan, salah satu warga yang kerap melewati jalan lintas itu menuju kantornya di kawasan Telukbetung, Bandarlampung.
Berbagai kalangan, seperti Walhi Lampung, telah berulangkali meminta pemkot menghentikan penambangan ilegal di Bukit Camang.
Selain itu, penambangan liar di Bukit Sukamenanti, Bukit Hata, Bukit Kunyit dan satu bukit di Jl Sisingamangaraja Gedung Air, juga diminta segera dihentikan.
Sumber: Antara, Sabtu, 26 Juni 2010
Kerusakan Gunung Kunyit Parah
BANDAR LAMPUNG (Lampost): Kerusakan Gunung Kunyit di Jalan Ikan Terbang, Kampung Skip, Kelurahan Bumiwaras, Telukbetung Selatan, makin parah. Penambang liar di sana mengeksploitasi batu dan sabes (batu gunung remahan) sekitar 1.000-an kubik per hari.
Penyusuran Lampung Post di Gunung Kunyit, eksploitasi liar itu tepat berada di balik bukit yang dapat dilihat dari Jalan Yos Sudarso itu dikelola warga setempat bernama Santoso.
�Koordinator pengerukan itu mah Pak Santoso, Mas. Ada apa? Mau beli batu ya, Mas," kata buruh pemecah batu di Gunung Kunyit, Rabu (23-6).
Dua ekskavator setiap hari beroperasi mengeruk batu dan sabes. Proyek ilegal itu, menurut warga, beroperasi sejak 2005 dan tanpa izin dari Dinas Pertambangan Lampung. Batu dan sabes ribuan kubik per hari itu diangkut menggunakan puluhan truk untuk dijual ke penampung. Mayoritas untuk lokasi perumahan real estate di Bandar Lampung.
Aktivis Aliansi Gerakan Reformasi Agraria (AGRA) Oki Hajiansyah Wahab mengatakan jika benar terjadi penambangan liar dan tanpa izin BPPLH, ada indikasi negara dirugikan miliaran rupiah. Sebab, para pengusaha diindikasi tidak membayar pajak, iuran tetap, iuran produksi, dan royalti ke Pemkot Bandar Lampung sejak 2005.
Menurut Oki, koordinator atau pelakunya bisa dikategorikan melanggar UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. Pasal 18B menyatakan setiap orang melakukan usaha pertambangan tanpa izin usaha pertambangan IUP eksplorasi dan IUPK operasi, dipidana paling lama 10 tahun dengan denda Rp10 miliar.
Sementara itu, koordinator pengerukan bukit, Santoso, enggan memberikan keterangan terkait dengan dugaan eksploitasi bukit tanpa izin itu. Namun, Santoso membantah jika kegiatan yang mereka lakukan itu tidak memiliki izin. "Besok saja, Pak, kita bertemu. Biar saya jelaskan semua. Berita itu semua tidak benar. Dan biar tidak ada kesalahpahaman," kata Santoso.
Sebelumnya, Komisi C DPRD Kota Bandar Lampung meminta Pemerintah Kota Bandar Lampung segera mengambil langkah dan menutup kegiatan penambangan liar di Kota Bandar Lampung. Ironisnya BPPLH Bandar Lampung yang menganggap hal itu ilegal, tapi tidak dapat melakukan eksekusi, sementara Pemkot mengatakan tidak dapat berbuat banyak. Alasan Pemkot, mengurangi angka pengangguran.
Sedangkan DPRD Kota Bandar Lampung secara institusional belum mengeluarkan rekomendasi penutupan penambangan liar pada sejumlah bukit di wilayah Bandar Lampung meskipun pernyataan tersebut telah dikeluarkan oleh Komisi C. Penambangan liar yang diindikasikan sebagai kejahatan lingkungan itu terjadi di Bukit Camang, Bukit Sukamenanti, Bukit Hata, Bukit Kunyit, dan sebuah bukit di Jalan Sisingamangaraja.
Kepada wartawan beberapa waktu lalu, Ketua DPRD Bandar Lampung Budiman A.S. mengatakan masih mempertimbangkan sejumlah aspek di luar aspek lingkungan untuk mengeluarkan rekomendasi penutupan itu.
"Kami masih mempertimbangkan sejumlah aspek lain, seperti aspek hukum dan aspek sosial. Namun, saya berjanji rekomendasi tersebut keluar pada pekan ini juga," kata Budiman. (JUN/K-2)
Sumber: Lampung Post, Sabtu, 26 Juni 2010
Penyusuran Lampung Post di Gunung Kunyit, eksploitasi liar itu tepat berada di balik bukit yang dapat dilihat dari Jalan Yos Sudarso itu dikelola warga setempat bernama Santoso.
�Koordinator pengerukan itu mah Pak Santoso, Mas. Ada apa? Mau beli batu ya, Mas," kata buruh pemecah batu di Gunung Kunyit, Rabu (23-6).
Dua ekskavator setiap hari beroperasi mengeruk batu dan sabes. Proyek ilegal itu, menurut warga, beroperasi sejak 2005 dan tanpa izin dari Dinas Pertambangan Lampung. Batu dan sabes ribuan kubik per hari itu diangkut menggunakan puluhan truk untuk dijual ke penampung. Mayoritas untuk lokasi perumahan real estate di Bandar Lampung.
Aktivis Aliansi Gerakan Reformasi Agraria (AGRA) Oki Hajiansyah Wahab mengatakan jika benar terjadi penambangan liar dan tanpa izin BPPLH, ada indikasi negara dirugikan miliaran rupiah. Sebab, para pengusaha diindikasi tidak membayar pajak, iuran tetap, iuran produksi, dan royalti ke Pemkot Bandar Lampung sejak 2005.
Menurut Oki, koordinator atau pelakunya bisa dikategorikan melanggar UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. Pasal 18B menyatakan setiap orang melakukan usaha pertambangan tanpa izin usaha pertambangan IUP eksplorasi dan IUPK operasi, dipidana paling lama 10 tahun dengan denda Rp10 miliar.
Sementara itu, koordinator pengerukan bukit, Santoso, enggan memberikan keterangan terkait dengan dugaan eksploitasi bukit tanpa izin itu. Namun, Santoso membantah jika kegiatan yang mereka lakukan itu tidak memiliki izin. "Besok saja, Pak, kita bertemu. Biar saya jelaskan semua. Berita itu semua tidak benar. Dan biar tidak ada kesalahpahaman," kata Santoso.
Sebelumnya, Komisi C DPRD Kota Bandar Lampung meminta Pemerintah Kota Bandar Lampung segera mengambil langkah dan menutup kegiatan penambangan liar di Kota Bandar Lampung. Ironisnya BPPLH Bandar Lampung yang menganggap hal itu ilegal, tapi tidak dapat melakukan eksekusi, sementara Pemkot mengatakan tidak dapat berbuat banyak. Alasan Pemkot, mengurangi angka pengangguran.
Sedangkan DPRD Kota Bandar Lampung secara institusional belum mengeluarkan rekomendasi penutupan penambangan liar pada sejumlah bukit di wilayah Bandar Lampung meskipun pernyataan tersebut telah dikeluarkan oleh Komisi C. Penambangan liar yang diindikasikan sebagai kejahatan lingkungan itu terjadi di Bukit Camang, Bukit Sukamenanti, Bukit Hata, Bukit Kunyit, dan sebuah bukit di Jalan Sisingamangaraja.
Kepada wartawan beberapa waktu lalu, Ketua DPRD Bandar Lampung Budiman A.S. mengatakan masih mempertimbangkan sejumlah aspek di luar aspek lingkungan untuk mengeluarkan rekomendasi penutupan itu.
"Kami masih mempertimbangkan sejumlah aspek lain, seperti aspek hukum dan aspek sosial. Namun, saya berjanji rekomendasi tersebut keluar pada pekan ini juga," kata Budiman. (JUN/K-2)
Sumber: Lampung Post, Sabtu, 26 Juni 2010
June 25, 2010
TNBBS Habitat Kerbau Liar
KAWASAN hutan konservasi Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) menjadi habitat kawanan kerbau liar (Bubalus bubalis).
KERBAU LIAR DI TNBBS. Kawanan kerbau liar masih banyak dijumpai di kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) di Kabupaten Tanggamus dan Lampung Barat. Kerbau ini biasanya berkumpul di sejumlah sungai dan danau seperti Danau Menjukut di Pekon Tampang ini. (LAMPUNG POST/SAYUTI)
Populasi hewan ini masih cukup banyak dan bisa dijumpai di padang sabana di kawasan Tampang, Kecamatan Pematangsawa, Tanggamus, dan Belimbing, Lampung Barat.
Lampung Post yang berkesempatan melihat langsung populsi kerbau liar ini menemukan jumlah hewan liar yang biasa hidup berkelompok antara 20 sampai 30 ekor itu berkeliaran dengan bebas di padang sabana. Di antaranya di Danau Menjukut, Sekawat, dan Belimbing, dan sejumlah tempat lainnya di kawasan TNBBS.
Kawanan kerbau liar ini bisa dijumpai sedang minum di Danau Menjukut dan sejumlah sungai, atau berkubang secara bergerombol. Di mana, seekor kerbau jantan dewasa bertindak sebagai pemimpin mengawasi sekeliling.
Bila dirasakan ada ancaman yang mengintai, kerbau jantan dewasa ini mengeluarkan suara melenguh cukup keras. Berbarengan dengan itu, kawanan kerbau liar itu akan membentuk lingkaran menjadi satu, dengan kerbau betina dan anak-anak berada di lingkaran dalam.
Di kalangan penduduk Enggano, keberadaan kerbau liar tersebut nyata adanya. Hanya, kerbau itu sulit didekati dan memiliki penciuman tajam yang membuat warga enggan melakukan perburuan.
Apalagi sejak kawasan Tampang Belimbing masuk dalam zona kawasan konservasi. "Dulu sebelum dilarang, setiap ada hajatan atau mau Lebaran, warga biasanya berburu kerbau liar ini. Tapi sekarng dilarang," kata Prayit (50), warga Pekon Tampang, Kecamatan Pematangsawa, Tanggamus.
Kerbau liar ini biasa mencari makan dengan kawanan rusa, kijang, tapir, dan sebagainya yang juga hidup dengan bebasnya di belantara TNBBS.
Pada malam hari kawanan kerbau liar ini tidur bergerombol bersama kawanan rusa dan kijang. "Sebelum dilarang, kerbau liar ini ditangkap warga untuk dijinakkan. Tapi sekarang dilarang," kata Saleh (60), warga Tampang lainnya.
Kawasan Tampang Belimbing
Kawasan Tampang Belimbing terdiri dari ekosistem hutan pantai sampai hutan hujan dataran rendah yang masih asli. Kawasan ini merupakan habitat penting bagi berbagai jenis flora penyusun hutan pantai dan hutan hujan dataran rendah. Jenis-jenis satwa liar langka seperti rusa (Cervus unicolor), kerbau liar (Bubalus bubalis), dan mentok rimba (Caerina sp.).
Sementara itu, di Muara Way Sleman terdapat pulau endapan yang didominasi jenis Nypa fruticans dan merupakan habitat bagi populasi kalong yang jumlahnya ribuan ekor. Selain itu, dapat dijumpai pantai pasir yang panjang dan indah, seperti Pantai Karang Sawang Bajau, Sabana Kobakan Bandeng, Way Sleman, Way Blambangan, Danau Menjukut.
Kawasan itu dipisahkan pasir pantai selebar puluhan meter dengan laut. Di sana terdapat mercusuar setinggi 70 m.
Di kawasan ini dapat dilakukan berbagai kegiatan olahraga air (berenang, surfing, snorkeling, diving), foto hunting, penjelajahan hutan dan pantai, susur sungai, pengamatan flora fauna, memancing, dan safari malam. (UTI/D-3)
Sumber: Lampung Post, Jumat, 25 Juni 2010
KERBAU LIAR DI TNBBS. Kawanan kerbau liar masih banyak dijumpai di kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) di Kabupaten Tanggamus dan Lampung Barat. Kerbau ini biasanya berkumpul di sejumlah sungai dan danau seperti Danau Menjukut di Pekon Tampang ini. (LAMPUNG POST/SAYUTI)
Populasi hewan ini masih cukup banyak dan bisa dijumpai di padang sabana di kawasan Tampang, Kecamatan Pematangsawa, Tanggamus, dan Belimbing, Lampung Barat.
Lampung Post yang berkesempatan melihat langsung populsi kerbau liar ini menemukan jumlah hewan liar yang biasa hidup berkelompok antara 20 sampai 30 ekor itu berkeliaran dengan bebas di padang sabana. Di antaranya di Danau Menjukut, Sekawat, dan Belimbing, dan sejumlah tempat lainnya di kawasan TNBBS.
Kawanan kerbau liar ini bisa dijumpai sedang minum di Danau Menjukut dan sejumlah sungai, atau berkubang secara bergerombol. Di mana, seekor kerbau jantan dewasa bertindak sebagai pemimpin mengawasi sekeliling.
Bila dirasakan ada ancaman yang mengintai, kerbau jantan dewasa ini mengeluarkan suara melenguh cukup keras. Berbarengan dengan itu, kawanan kerbau liar itu akan membentuk lingkaran menjadi satu, dengan kerbau betina dan anak-anak berada di lingkaran dalam.
Di kalangan penduduk Enggano, keberadaan kerbau liar tersebut nyata adanya. Hanya, kerbau itu sulit didekati dan memiliki penciuman tajam yang membuat warga enggan melakukan perburuan.
Apalagi sejak kawasan Tampang Belimbing masuk dalam zona kawasan konservasi. "Dulu sebelum dilarang, setiap ada hajatan atau mau Lebaran, warga biasanya berburu kerbau liar ini. Tapi sekarng dilarang," kata Prayit (50), warga Pekon Tampang, Kecamatan Pematangsawa, Tanggamus.
Kerbau liar ini biasa mencari makan dengan kawanan rusa, kijang, tapir, dan sebagainya yang juga hidup dengan bebasnya di belantara TNBBS.
Pada malam hari kawanan kerbau liar ini tidur bergerombol bersama kawanan rusa dan kijang. "Sebelum dilarang, kerbau liar ini ditangkap warga untuk dijinakkan. Tapi sekarang dilarang," kata Saleh (60), warga Tampang lainnya.
Kawasan Tampang Belimbing
Kawasan Tampang Belimbing terdiri dari ekosistem hutan pantai sampai hutan hujan dataran rendah yang masih asli. Kawasan ini merupakan habitat penting bagi berbagai jenis flora penyusun hutan pantai dan hutan hujan dataran rendah. Jenis-jenis satwa liar langka seperti rusa (Cervus unicolor), kerbau liar (Bubalus bubalis), dan mentok rimba (Caerina sp.).
Sementara itu, di Muara Way Sleman terdapat pulau endapan yang didominasi jenis Nypa fruticans dan merupakan habitat bagi populasi kalong yang jumlahnya ribuan ekor. Selain itu, dapat dijumpai pantai pasir yang panjang dan indah, seperti Pantai Karang Sawang Bajau, Sabana Kobakan Bandeng, Way Sleman, Way Blambangan, Danau Menjukut.
Kawasan itu dipisahkan pasir pantai selebar puluhan meter dengan laut. Di sana terdapat mercusuar setinggi 70 m.
Di kawasan ini dapat dilakukan berbagai kegiatan olahraga air (berenang, surfing, snorkeling, diving), foto hunting, penjelajahan hutan dan pantai, susur sungai, pengamatan flora fauna, memancing, dan safari malam. (UTI/D-3)
Sumber: Lampung Post, Jumat, 25 Juni 2010
June 24, 2010
Festival Krakatau Diharapkan Bisa Lebih Meriah
BANDAR LAMPUNG (Lampost): Festival Krakatau diharapkan memberikan efek ganda bagi peningkatan perekonomian masyarakat Lampung, kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Lampung Gatot Hudi Utomo, Selasa (23-6).
Menurut Gatot, ajang budaya yang berlangsung selama festival akan berimbas pada datangnya pemodal untuk berinvestasi di Lampung.
Geliat wisata Lampung, kata Gatot, bisa dilihat dari banyaknya tamu yang datang menginap di hotel dan jumlah penerbangan yang meningkat menjadi sembilan kali penerbangan dalam sehari.
Sebagai ajang tertinggi puncak kreativitas seniman Lampung, Festival Krakatau ke-20 ini akan diisi dengan kegiatan lomba tari kreasi yang akan berlangsung Sabtu (26-6) di Taman Budaya Lampung. Kegiatan akan dilanjutkan dengan pemilihan muli-mekhanai. Hingga saat ini tercatat 44 orang yang siap mengikuti pemilihan muli-mekhanai Lampung 2010.
Festival Kratakatau yang menelan biaya Rp700 juta ini juga diisi dengan penampilan budaya dari 14 kabupaten kota dan penampilan spesial dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
"Penampilan yang dikemas dalam kemilau Sai Bumi Ruwa Jurai ini merupakan penampilan spesial dan pertama kali dalam event Festival Krakatau," kata Gatot.
Selain itu, ada arakan budaya yang diikuti 22 paguyuban masyarakat di Lampung.
Sedangkan puncak Festival Krakatau akan digelar pada 24 Juli di lapangan parkir GOR Saburai Bandar Lampung. Pada 25 Juli dilangsungkan tur Krakatau.
"Kami mencoba pergelaran festival kali ini lebih meriah, lebih bisa dinikmati warga Lampung secara luas, dan lebih banyak menarik wisatawan untuk berkunjung ke Lampung," kata Gatot. (CR-1/L-1)
Sumber: Lampung Post, Kamis, 24 Juni 2010
Menurut Gatot, ajang budaya yang berlangsung selama festival akan berimbas pada datangnya pemodal untuk berinvestasi di Lampung.
Geliat wisata Lampung, kata Gatot, bisa dilihat dari banyaknya tamu yang datang menginap di hotel dan jumlah penerbangan yang meningkat menjadi sembilan kali penerbangan dalam sehari.
Sebagai ajang tertinggi puncak kreativitas seniman Lampung, Festival Krakatau ke-20 ini akan diisi dengan kegiatan lomba tari kreasi yang akan berlangsung Sabtu (26-6) di Taman Budaya Lampung. Kegiatan akan dilanjutkan dengan pemilihan muli-mekhanai. Hingga saat ini tercatat 44 orang yang siap mengikuti pemilihan muli-mekhanai Lampung 2010.
Festival Kratakatau yang menelan biaya Rp700 juta ini juga diisi dengan penampilan budaya dari 14 kabupaten kota dan penampilan spesial dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
"Penampilan yang dikemas dalam kemilau Sai Bumi Ruwa Jurai ini merupakan penampilan spesial dan pertama kali dalam event Festival Krakatau," kata Gatot.
Selain itu, ada arakan budaya yang diikuti 22 paguyuban masyarakat di Lampung.
Sedangkan puncak Festival Krakatau akan digelar pada 24 Juli di lapangan parkir GOR Saburai Bandar Lampung. Pada 25 Juli dilangsungkan tur Krakatau.
"Kami mencoba pergelaran festival kali ini lebih meriah, lebih bisa dinikmati warga Lampung secara luas, dan lebih banyak menarik wisatawan untuk berkunjung ke Lampung," kata Gatot. (CR-1/L-1)
Sumber: Lampung Post, Kamis, 24 Juni 2010
Kopi Sulit Bersaing, Sebagian Biji Kopi Sumsel Diekspor Melalui Lampung
Palembang, Kompas - Kopi produksi Sumatera Selatan sulit bersaing di pasar ekspor karena belum memenuhi standar kualitas dan kebersihan. Padahal, dengan produksi 670.000 ton per tahun, provinsi itu sanggup memenuhi permintaan ekspor.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumsel Eppy Mirza di Palembang, Rabu (23/6), mengungkapkan, negara yang berminat mengimpor kopi dari Sumsel adalah Amerika Serikat, Belanda, dan Arab Saudi. Pembeli dari tiga negara itu berminat mengimpor kopi dari Sumsel setelah melihat contoh produk yang dipamerkan dalam pameran Sriwijaya Expo di Jakabaring, Palembang, Sumsel, 16-23 Juni 2010.
Menurut Eppy, dalam satu tahun Arab Saudi ingin mengimpor 50.000 ton kopi, Belanda 100.000 ton, dan AS 150.000. ”Persoalannya, para pembeli itu tahu kualitas kopi Sumsel masih di grade III dan IV. Padahal, mereka menginginkan kopi kualitas grade II atau sekurangnya kualitas grade III, tetapi yang terbaik,” katanya.
Eppy mengutarakan, kualitas kopi grade II berasal dari biji kopi yang utuh, tidak pecah, dan ukurannya sama. Kualitas biji kopi dari Sumsel belum dapat memenuhi kualitas grade II. Kopi dari Sumsel harus bersaing dengan kopi dari Vietnam, Thailand, dan Malaysia.
Eppy menambahkan, pengolahan biji kopi pascapanen di Sumsel belum memerhatikan faktor kebersihan. Sebagian petani menjemur biji kopi di jalan, lalu dibiarkan digilas kendaraan supaya bijinya cepat pecah.
”Kesulitan yang kami hadapi adalah peningkatan kualitas biji kopi. Para pembeli dari luar negeri itu akan melakukan transaksi kalau kualitas kopi Sumsel sudah baik. Kami sanggup meningkatkan kualitas kopi Sumsel,” ujarnya.
Melalui Lampung
Dimyati Rais, pedagang kopi di Pagar Alam, salah satu sentra perkebunan kopi di Sumsel, mengatakan, biji kopi dari daerahnya belum menembus pasar ekspor karena kualitasnya belum memenuhi.
”Biji kopi dari Sumsel dijual ke eksportir di Lampung. Eksportir itu lalu menyeleksi kualitas biji kopi dari Sumsel dan berbagai daerah lain untuk diekspor dan untuk konsumsi dalam negeri.
”Pasar ekspor kopi di AS dan London saat ini sedang mencapai puncak karena para eksportir sedang mengeluarkan kopinya ke pasaran,” tuturnya.
Dimyati menyebutkan, harga 1 kilogram biji kopi kering di Pagar Alam sekarang Rp 10.500. Di Lampung, harganya menjadi Rp 11.200-Rp 11.700. Harga biji kopi kualitas ekspor di Lampung Rp 13.000.
”Harga kopi di Pagar Alam sedang bagus. Awal Juni masih Rp 9.000 sampai Rp 9.500 per kilogram,” ujar Dimyati. (WAD)
Sumber: Kompas, Kamis, 24 Juni 2010
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumsel Eppy Mirza di Palembang, Rabu (23/6), mengungkapkan, negara yang berminat mengimpor kopi dari Sumsel adalah Amerika Serikat, Belanda, dan Arab Saudi. Pembeli dari tiga negara itu berminat mengimpor kopi dari Sumsel setelah melihat contoh produk yang dipamerkan dalam pameran Sriwijaya Expo di Jakabaring, Palembang, Sumsel, 16-23 Juni 2010.
Menurut Eppy, dalam satu tahun Arab Saudi ingin mengimpor 50.000 ton kopi, Belanda 100.000 ton, dan AS 150.000. ”Persoalannya, para pembeli itu tahu kualitas kopi Sumsel masih di grade III dan IV. Padahal, mereka menginginkan kopi kualitas grade II atau sekurangnya kualitas grade III, tetapi yang terbaik,” katanya.
Eppy mengutarakan, kualitas kopi grade II berasal dari biji kopi yang utuh, tidak pecah, dan ukurannya sama. Kualitas biji kopi dari Sumsel belum dapat memenuhi kualitas grade II. Kopi dari Sumsel harus bersaing dengan kopi dari Vietnam, Thailand, dan Malaysia.
Eppy menambahkan, pengolahan biji kopi pascapanen di Sumsel belum memerhatikan faktor kebersihan. Sebagian petani menjemur biji kopi di jalan, lalu dibiarkan digilas kendaraan supaya bijinya cepat pecah.
”Kesulitan yang kami hadapi adalah peningkatan kualitas biji kopi. Para pembeli dari luar negeri itu akan melakukan transaksi kalau kualitas kopi Sumsel sudah baik. Kami sanggup meningkatkan kualitas kopi Sumsel,” ujarnya.
Melalui Lampung
Dimyati Rais, pedagang kopi di Pagar Alam, salah satu sentra perkebunan kopi di Sumsel, mengatakan, biji kopi dari daerahnya belum menembus pasar ekspor karena kualitasnya belum memenuhi.
”Biji kopi dari Sumsel dijual ke eksportir di Lampung. Eksportir itu lalu menyeleksi kualitas biji kopi dari Sumsel dan berbagai daerah lain untuk diekspor dan untuk konsumsi dalam negeri.
”Pasar ekspor kopi di AS dan London saat ini sedang mencapai puncak karena para eksportir sedang mengeluarkan kopinya ke pasaran,” tuturnya.
Dimyati menyebutkan, harga 1 kilogram biji kopi kering di Pagar Alam sekarang Rp 10.500. Di Lampung, harganya menjadi Rp 11.200-Rp 11.700. Harga biji kopi kualitas ekspor di Lampung Rp 13.000.
”Harga kopi di Pagar Alam sedang bagus. Awal Juni masih Rp 9.000 sampai Rp 9.500 per kilogram,” ujar Dimyati. (WAD)
Sumber: Kompas, Kamis, 24 Juni 2010
Mengabadikan Kisah Hidup ZA Pagaralam
LEMBARAN kisah asal mula Provinsi Lampung mungkin tidak akan lengkap tanpa membicarakan sosok Zainal Abidin Pagaralam. Ia termasuk orang yang melobi berdirinya pemerintahan di Sang Bumi Ruwa Jurai.
Gubernur Lampung (1966-1972) Zainal Abidin Pagaralam (IST)
Meski termasuk tokoh penting, tetapi hingga kini belum ada referensi yang merinci secara detail perjalanan hidup gubernur Lampung pertama ini.
Terusik keinginan untuk mengabadikan kisah hidup ZA Pagaralam, sejumlah kalangan bekerjasama menerbitkan buku 'Jejak Perjalanan Gubernur Lampung Periode 1966- 1972 Zainal Abidin Pagar Alam'.
Mereka masing-masing seniman Anshori Djausal, penulis Hermansyah, serta akademisi Fakultas Teknik Universitas Lampung yang juga cucu Zainal Abidin Pagaralam, Diza Noviandi.
Buku tersebut rencananya diluncurkan di Hotel Sheraton, Jumat (25/6) malam.
Anshori, dalam silaturahmi ke redaksi Tribun, Rabu (23/6) malam, menuturkan, kehadiran buku kisah hidup ZA Pagaralam sangat penting, terutama bagi generasi muda, di tengah pengaruh modernisasi.
"Buku ini menjadi pengingat histori bagi generasi sekarang, bagaimana seluruh Bandar Lampung terbangun di setiap sudutnya," ujar Anshori. "Seperti asal kata Enggal, Pasir Gintung, Tanjungkarang, dan lainnya."
Anshori menceritakan, upaya merajut kembali riwayat ZA Pagaralam seperti mengumpulkan kepingan puzle yang tercecer. Meski sudah mengetahui secara garis besar, tetapi pihaknya mesti berusaha melengkapi kisah tersebut.
Status Diza selaku cucu ZA Pagaralam, menurut Anshori, merupakan kunci utama dalam penyusunan buku semi biografi ini. Selain itu, sambung akademisi Unila ini, catatan-catatan pribadi, baik tulisan tangan maupun hasil ketikan, juga menjadi pedoman ketiga untuk mencari data penguat selanjutnya.
Ada hal paling ironis bagi Hermansyah saat mengumpulkan catatan pribadi ayah kandung Gubernur Lampung Sjachroedin ZP itu. Catatan tersebut, tutur dia, tergeletak dan terbengkalai begitu saja pada sebuah tumpukan di gudang, bahkan hampir saja terbuang. "Untung masih sempat kami selamatkan. Mungkin lewat setahun saja sudah terbuang," ungkapnya.
Padahal, ujar Herman, dalam catatan itulah semua kegiatan ZA Pagaralam, seperti aktivitas birokrasi hingga lobi-lobi mendirikan Provinsi Lampung, tertuang dengan lengkap.
Dalam catatan tersebut, sambung Herman, perjalanan hidup ZA Pagaralam terungkap, mulai saat ia menempuh pendidikan, semangat dalam membangun Lampung, hingga konfliknya dengan tokoh Lampung lain, Mr Gele Harun.
Tak hanya catatan pribadi yang terbengkalai. Piala dan piagam, kata Herman, bernasib serupa. Kesibukan kerabat, imbuh dia, membuat kenang-kenangan itu tak terurus.
Sisi human interest juga hadir dalam buku itu. Para penulis mewawancarai empat anak kandung ZA Pagaralam, masing-masing Syafariah Widianti, Sjachroedin, Sjahrazad, dan Khaidir Anwar, serta tiga cucunya, yaitu Zenobi Devi Thamrin, Rycko Menoza, dan Diza Noviandi.
Cerita dari kerabat, H Kamarus Zaman dan Sutan Syahrir Oelangan, serta sejumlah kolega, seperti Subki E Harun dan Arief Mahya, juga diharapkan mampu membuat sosok ZA Pagaralam 'hidup' kembali.
Sumber: Tribun Lampung, Kamis, 24 Juni 2010
Gubernur Lampung (1966-1972) Zainal Abidin Pagaralam (IST)
Meski termasuk tokoh penting, tetapi hingga kini belum ada referensi yang merinci secara detail perjalanan hidup gubernur Lampung pertama ini.
Terusik keinginan untuk mengabadikan kisah hidup ZA Pagaralam, sejumlah kalangan bekerjasama menerbitkan buku 'Jejak Perjalanan Gubernur Lampung Periode 1966- 1972 Zainal Abidin Pagar Alam'.
Mereka masing-masing seniman Anshori Djausal, penulis Hermansyah, serta akademisi Fakultas Teknik Universitas Lampung yang juga cucu Zainal Abidin Pagaralam, Diza Noviandi.
Buku tersebut rencananya diluncurkan di Hotel Sheraton, Jumat (25/6) malam.
Anshori, dalam silaturahmi ke redaksi Tribun, Rabu (23/6) malam, menuturkan, kehadiran buku kisah hidup ZA Pagaralam sangat penting, terutama bagi generasi muda, di tengah pengaruh modernisasi.
"Buku ini menjadi pengingat histori bagi generasi sekarang, bagaimana seluruh Bandar Lampung terbangun di setiap sudutnya," ujar Anshori. "Seperti asal kata Enggal, Pasir Gintung, Tanjungkarang, dan lainnya."
Anshori menceritakan, upaya merajut kembali riwayat ZA Pagaralam seperti mengumpulkan kepingan puzle yang tercecer. Meski sudah mengetahui secara garis besar, tetapi pihaknya mesti berusaha melengkapi kisah tersebut.
Status Diza selaku cucu ZA Pagaralam, menurut Anshori, merupakan kunci utama dalam penyusunan buku semi biografi ini. Selain itu, sambung akademisi Unila ini, catatan-catatan pribadi, baik tulisan tangan maupun hasil ketikan, juga menjadi pedoman ketiga untuk mencari data penguat selanjutnya.
Ada hal paling ironis bagi Hermansyah saat mengumpulkan catatan pribadi ayah kandung Gubernur Lampung Sjachroedin ZP itu. Catatan tersebut, tutur dia, tergeletak dan terbengkalai begitu saja pada sebuah tumpukan di gudang, bahkan hampir saja terbuang. "Untung masih sempat kami selamatkan. Mungkin lewat setahun saja sudah terbuang," ungkapnya.
Padahal, ujar Herman, dalam catatan itulah semua kegiatan ZA Pagaralam, seperti aktivitas birokrasi hingga lobi-lobi mendirikan Provinsi Lampung, tertuang dengan lengkap.
Dalam catatan tersebut, sambung Herman, perjalanan hidup ZA Pagaralam terungkap, mulai saat ia menempuh pendidikan, semangat dalam membangun Lampung, hingga konfliknya dengan tokoh Lampung lain, Mr Gele Harun.
Tak hanya catatan pribadi yang terbengkalai. Piala dan piagam, kata Herman, bernasib serupa. Kesibukan kerabat, imbuh dia, membuat kenang-kenangan itu tak terurus.
Sisi human interest juga hadir dalam buku itu. Para penulis mewawancarai empat anak kandung ZA Pagaralam, masing-masing Syafariah Widianti, Sjachroedin, Sjahrazad, dan Khaidir Anwar, serta tiga cucunya, yaitu Zenobi Devi Thamrin, Rycko Menoza, dan Diza Noviandi.
Cerita dari kerabat, H Kamarus Zaman dan Sutan Syahrir Oelangan, serta sejumlah kolega, seperti Subki E Harun dan Arief Mahya, juga diharapkan mampu membuat sosok ZA Pagaralam 'hidup' kembali.
Sumber: Tribun Lampung, Kamis, 24 Juni 2010
June 23, 2010
Panitia Krakatau Award Perpanjang Waktu Penerimaan Karya
Bandarlampung, 23/6 (ANTARA) - Panitia Krakatau Award 2010 memperpanjang waktu penerimaan naskah cerita pendek, guna memberikan kesempatan peserta lain untuk mendaftarkan karyanya sehingga memperbanyak karya cerpen yang masuk.
"Perpanjangan waktu penerimaan guna memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya kepada penulis cerpen lain untuk mengikuti lomba ini," kata Koordinator Krakatau Award 2010, Isbedy Stiawan ZS, mendampingi Ketua Harian Dewan Kesenian Lampung (DKL), Syaiful Irba Tanpaka, di Bandarlampung, Rabu.
Alasan lainnya, lanjut dia, pemenang pertama direncanakan diundang pada Lampung Art Festival (LAF) pada 21-24 Oktober mendatang, yang akan diikuti seluruh Dewan Kesenian se-Indonesia yang diisi dengan seminar dan pergelaran seni.
"Sepuluh cerpen pemenang dan nominasi kami rencanakan diterbitkan ke dalam buku dan diluncurkan saat LAF," jelasnya.
Syaiful menjelaskan, perpanjangan waktu Lomba Penulisan Cerpen memperebutkan Krakatau Award tersebut setelah menemui Ketua Umum DKL Syafariah Widianti.
"Atu Ayi, panggilan akrab Syafariah, menginginkan Krakatau Award 2010 dibarengi dengan LAF, sehingga pemenangnya dimungkinkan bisa diundang. DKL juga berencana menerbitkan naskah pemenang dan nominasi," imbuh dia.
Isbedy Stiawan ZS menjelaskan, hingga kini yang sudah masuk sedikitinya 50 naskah cerpen dan yang sudah terdaftar kali ini lebih banyak dibanding tahun lalu.
"Kalau waktu pelaksanaan diperpanjang dua bulan lagi, kemungkinan naskah yang masuk bisa mencapai 70 naskah lebih," kata Isbedy.
Krakatau Award 2010 akan memberi penghargaan bagi empat cerpen pemenang berupa uang tunai masing-masing Rp2 juta, Rp1,5 juta, Rp1 juta, dan Rp500 ribu.
Selain itu, sebuah piagam dari DKL, dan dewan juri juga akan memilih enam cerpen nominasi nonranking untuk sama-sama dimasukkan ke dalam antologi cerpen pemenang Krakatau Award 2010.
Lomba penulisan cerpen Krakatau Award 2010 bertema "Lampung: Lokal-Global", yaitu cerpen bersandar kepada nilai-nilai adat, seni budaya atau dunia wisata di Lampung. Bagaimana peran lokalitas dalam berhadapan dengan globalisasi yang tak bisa dihindari.
Panjang cerpen maksimal 10 halaman kwarto, diketik 1,5 spasi, font Times New Roman 12. Peserta berusia minimal 17 tahun, dapat mengirimkan maksimal 3 naskah cerpen dan masing-masing naskah rangkap 4.
Naskah dikirim ke Panitia Krakatau Award 2010, Sekretariat Dewan Kesenian Lampung Jalan Gedung Sumpah Pemuda Kompleks PKOR Wayhalim, Bandar Lampung.
"Pengumuman pemenang akan disampaikan minggu kedua September 2010," tambah Isbedy.
Sumber: Antara, Rabu, 23 Juni 2010
"Perpanjangan waktu penerimaan guna memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya kepada penulis cerpen lain untuk mengikuti lomba ini," kata Koordinator Krakatau Award 2010, Isbedy Stiawan ZS, mendampingi Ketua Harian Dewan Kesenian Lampung (DKL), Syaiful Irba Tanpaka, di Bandarlampung, Rabu.
Alasan lainnya, lanjut dia, pemenang pertama direncanakan diundang pada Lampung Art Festival (LAF) pada 21-24 Oktober mendatang, yang akan diikuti seluruh Dewan Kesenian se-Indonesia yang diisi dengan seminar dan pergelaran seni.
"Sepuluh cerpen pemenang dan nominasi kami rencanakan diterbitkan ke dalam buku dan diluncurkan saat LAF," jelasnya.
Syaiful menjelaskan, perpanjangan waktu Lomba Penulisan Cerpen memperebutkan Krakatau Award tersebut setelah menemui Ketua Umum DKL Syafariah Widianti.
"Atu Ayi, panggilan akrab Syafariah, menginginkan Krakatau Award 2010 dibarengi dengan LAF, sehingga pemenangnya dimungkinkan bisa diundang. DKL juga berencana menerbitkan naskah pemenang dan nominasi," imbuh dia.
Isbedy Stiawan ZS menjelaskan, hingga kini yang sudah masuk sedikitinya 50 naskah cerpen dan yang sudah terdaftar kali ini lebih banyak dibanding tahun lalu.
"Kalau waktu pelaksanaan diperpanjang dua bulan lagi, kemungkinan naskah yang masuk bisa mencapai 70 naskah lebih," kata Isbedy.
Krakatau Award 2010 akan memberi penghargaan bagi empat cerpen pemenang berupa uang tunai masing-masing Rp2 juta, Rp1,5 juta, Rp1 juta, dan Rp500 ribu.
Selain itu, sebuah piagam dari DKL, dan dewan juri juga akan memilih enam cerpen nominasi nonranking untuk sama-sama dimasukkan ke dalam antologi cerpen pemenang Krakatau Award 2010.
Lomba penulisan cerpen Krakatau Award 2010 bertema "Lampung: Lokal-Global", yaitu cerpen bersandar kepada nilai-nilai adat, seni budaya atau dunia wisata di Lampung. Bagaimana peran lokalitas dalam berhadapan dengan globalisasi yang tak bisa dihindari.
Panjang cerpen maksimal 10 halaman kwarto, diketik 1,5 spasi, font Times New Roman 12. Peserta berusia minimal 17 tahun, dapat mengirimkan maksimal 3 naskah cerpen dan masing-masing naskah rangkap 4.
Naskah dikirim ke Panitia Krakatau Award 2010, Sekretariat Dewan Kesenian Lampung Jalan Gedung Sumpah Pemuda Kompleks PKOR Wayhalim, Bandar Lampung.
"Pengumuman pemenang akan disampaikan minggu kedua September 2010," tambah Isbedy.
Sumber: Antara, Rabu, 23 Juni 2010
Teater: DKL akan Gelar Workshop Bercerita
BANDAR LAMPUNG (Lampost): Dewan Kesenian Lampung (DKL) akan mengadakan workshop bercerita bagi guru-guru kesenian se-Lampung.
Ketua Komite Sastra dan Teater DKL Ahmad Zilalin mengatakan , workshop yang rencananya akan diadakan Juli mendatang tersebut bertujuan untuk memberikan pengetahuan mengenai konsep berteater yang baik.
Selama ini, tambah Ahmad, sebagian besar guru-guru kesenian yang bukan penggiat teater atau seni, dianggap masih kurang memiliki pengetahuan dalam memahami konsep seni peran.
"Di luar guru kesenian yang basic-nya penggiat seni, masih banyak yang salah menafsirkan. Apa itu monolog, story telling, teater, dan lain sebagainya," papar Ahmad Selasa (22-6).
Kesalahpenafsiran mengenai seni peran seperti teater, monolog, ataupun story telling tersebut, kata Ahmad, terlihat dari beberapa lomba atau festival teater tingkat SMA yang pernah diadakan oleh DKL beberapa waktu kebelakang.
Berdasarkan hal itu, urai Ahmad, dalam workshop yang rencananya akan diadakan selama dua hari tersebut, praktek akan mendapatkan porsi yang besar dalam pembelajaran, yakni 90 persen. Sisanya bedah naskah.
Rencananya pemateri-pemateri dalam workshop bercerita tersebut, tambah Ahmad, akan diisi oleh penggiat-penggiat seni peran di Lampung yang mempunyai nama di kancah seni teater nasional dan internasional seperti Iswadi Pratama (Teater 1 Lampung), Ari Pahala Hutabarat (Komunitas Teater Berkat Yakin) serta beberapa seniman lainnya dari komuntas-komunitas teater yang ada di Lampung. n (MG13/K-1).
Sumber: Lampung Post, Rabu, 23 Juni 2010
Ketua Komite Sastra dan Teater DKL Ahmad Zilalin mengatakan , workshop yang rencananya akan diadakan Juli mendatang tersebut bertujuan untuk memberikan pengetahuan mengenai konsep berteater yang baik.
Selama ini, tambah Ahmad, sebagian besar guru-guru kesenian yang bukan penggiat teater atau seni, dianggap masih kurang memiliki pengetahuan dalam memahami konsep seni peran.
"Di luar guru kesenian yang basic-nya penggiat seni, masih banyak yang salah menafsirkan. Apa itu monolog, story telling, teater, dan lain sebagainya," papar Ahmad Selasa (22-6).
Kesalahpenafsiran mengenai seni peran seperti teater, monolog, ataupun story telling tersebut, kata Ahmad, terlihat dari beberapa lomba atau festival teater tingkat SMA yang pernah diadakan oleh DKL beberapa waktu kebelakang.
Berdasarkan hal itu, urai Ahmad, dalam workshop yang rencananya akan diadakan selama dua hari tersebut, praktek akan mendapatkan porsi yang besar dalam pembelajaran, yakni 90 persen. Sisanya bedah naskah.
Rencananya pemateri-pemateri dalam workshop bercerita tersebut, tambah Ahmad, akan diisi oleh penggiat-penggiat seni peran di Lampung yang mempunyai nama di kancah seni teater nasional dan internasional seperti Iswadi Pratama (Teater 1 Lampung), Ari Pahala Hutabarat (Komunitas Teater Berkat Yakin) serta beberapa seniman lainnya dari komuntas-komunitas teater yang ada di Lampung. n (MG13/K-1).
Sumber: Lampung Post, Rabu, 23 Juni 2010
Objek Wisata Perlu Ditata
BANDAR LAMPUNG (Lampost): Penataan dan penertiban objek wisata di Lampung harus dilakukan terus-menerus.
Hal ini penting dilakukan agar objek wisata di Provinsi Lampung memiliki daya tarik menggaet wisatawan Nusantara maupun mancanegara. Sehingga mampu menambah devisa bagi Provinsi Lampung.
Demikian diungkapkan Gubernur Lampung saat pelantikan ketua Badan Pimpinan Wilayah (BPD)Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi Lampung, periode 2010--2015, Handitya Narapati S.Z. Handitya terpilih melalui musda yang digelar PHRI, di gedung Pusiban, Senin (21-6). Pelantikan jajaran pengurus PHRI yang digelar di Sheraton Lampung, selain dihadiri Gubernur Lampung Sjacroedin Z.P., juga dihadiri Ketua BPP PHRI Wiryanti Sukamdani.
Untuk mendukung hal tersebut, Gubernur Lampung meminta Dinas Kebudayan dan Pariwisata secara intensif bekerja sama dengan PHRI dan pengusaha objek wisata untuk mengakomodasi seluruh kepentingan yang berhubungan dengan kepariwisataan di Lampung.
Sedangkan untuk menyejajarkan diri dengan daerah lain dalam hal penyediaan infrastruktur pendukung, Gubernur mengatakan Pemerintah Provinsi Lampung telah melaksanakan pembangunan, yang meliputi pembangunan jembatan Selat Sunda (JSS), pengembangan terminal agrobisnis, pengembangan Bandara Radin Inten II sebagai bandara internasional, pembangunan jalan kereta api komputer di dalam provinsi, pengembangan kota baru Natar, dan pembangunan jalan tol sepanjang 156 km dari Babatan, Tegineneng, hingga perbatasan Sumatera Selatan.
"Ke depan diperlukan sinergisitas antara Pemerintah Provinsi Lampung dengan PHRI untuk memajukan pariwista di Lampung," kata Sjachroedin.
Agenda PHRI
Sementara itu, Ketua PHRI terpilih Handitya mengungkapkan banyaknya agenda wisata pada Juli 2010, menjadi salah satu perhatian penting kepengurusan PHRI yang baru ini. Agenda yang berlangsung pada Juli, yakni Sumatera Summit dan Festival Krakatau merupakan momen penting PHRI untuk secara aktif mengambil bagian pada kegiatan tersebut.
Peran PHRI dalam dua agenda besar pada Juli tersebut, diharapkan mampu meningkatkan kemajuan pariwisata dan budaya di Provinsi Lampung. "PHRI siap mendukung dan bekerja sama untuk menyukseskan kegiatan tersebut," kata Handitya.
Sementara itu, Ketua BPP PHRI Wiryanti Sukamdani mengatakan PHRI melalui program promosi terpadu dan terarah, diharapkan mampu memenuhi target pemerintah melalui Departemen Kebudayaan Pariwisata tahun 2010 sebesar 7 juta wisatawan mancanegara dan 235 juta perjalanan wisatawan Nusantara di Indonesia. Sedangkan kontribusi PHRI mendatangkan wisatawan mancanegara pada 2009 sebanyak 6,4 juta dan wisatawan Nusantara sebanyak 223 juta perjalanan.
"Dengan adanya dukungan Pemerintah Provinsi Lampung, anggota PHRI dapat berperan serta menyumbang PAD Lampung," kata Wiryanti. (CR-1/E-1)
Sumber: Lampung Post, Rabu, 23 Juni 2010
Hal ini penting dilakukan agar objek wisata di Provinsi Lampung memiliki daya tarik menggaet wisatawan Nusantara maupun mancanegara. Sehingga mampu menambah devisa bagi Provinsi Lampung.
Demikian diungkapkan Gubernur Lampung saat pelantikan ketua Badan Pimpinan Wilayah (BPD)Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi Lampung, periode 2010--2015, Handitya Narapati S.Z. Handitya terpilih melalui musda yang digelar PHRI, di gedung Pusiban, Senin (21-6). Pelantikan jajaran pengurus PHRI yang digelar di Sheraton Lampung, selain dihadiri Gubernur Lampung Sjacroedin Z.P., juga dihadiri Ketua BPP PHRI Wiryanti Sukamdani.
Untuk mendukung hal tersebut, Gubernur Lampung meminta Dinas Kebudayan dan Pariwisata secara intensif bekerja sama dengan PHRI dan pengusaha objek wisata untuk mengakomodasi seluruh kepentingan yang berhubungan dengan kepariwisataan di Lampung.
Sedangkan untuk menyejajarkan diri dengan daerah lain dalam hal penyediaan infrastruktur pendukung, Gubernur mengatakan Pemerintah Provinsi Lampung telah melaksanakan pembangunan, yang meliputi pembangunan jembatan Selat Sunda (JSS), pengembangan terminal agrobisnis, pengembangan Bandara Radin Inten II sebagai bandara internasional, pembangunan jalan kereta api komputer di dalam provinsi, pengembangan kota baru Natar, dan pembangunan jalan tol sepanjang 156 km dari Babatan, Tegineneng, hingga perbatasan Sumatera Selatan.
"Ke depan diperlukan sinergisitas antara Pemerintah Provinsi Lampung dengan PHRI untuk memajukan pariwista di Lampung," kata Sjachroedin.
Agenda PHRI
Sementara itu, Ketua PHRI terpilih Handitya mengungkapkan banyaknya agenda wisata pada Juli 2010, menjadi salah satu perhatian penting kepengurusan PHRI yang baru ini. Agenda yang berlangsung pada Juli, yakni Sumatera Summit dan Festival Krakatau merupakan momen penting PHRI untuk secara aktif mengambil bagian pada kegiatan tersebut.
Peran PHRI dalam dua agenda besar pada Juli tersebut, diharapkan mampu meningkatkan kemajuan pariwisata dan budaya di Provinsi Lampung. "PHRI siap mendukung dan bekerja sama untuk menyukseskan kegiatan tersebut," kata Handitya.
Sementara itu, Ketua BPP PHRI Wiryanti Sukamdani mengatakan PHRI melalui program promosi terpadu dan terarah, diharapkan mampu memenuhi target pemerintah melalui Departemen Kebudayaan Pariwisata tahun 2010 sebesar 7 juta wisatawan mancanegara dan 235 juta perjalanan wisatawan Nusantara di Indonesia. Sedangkan kontribusi PHRI mendatangkan wisatawan mancanegara pada 2009 sebanyak 6,4 juta dan wisatawan Nusantara sebanyak 223 juta perjalanan.
"Dengan adanya dukungan Pemerintah Provinsi Lampung, anggota PHRI dapat berperan serta menyumbang PAD Lampung," kata Wiryanti. (CR-1/E-1)
Sumber: Lampung Post, Rabu, 23 Juni 2010
June 22, 2010
Libur Sekolah: Objek Wisata Lambar Dipadati Wisatawan
LIWA (Lampost): Memasuki libur sekolah, tempat wisata di Lampung Barat dipadati pengunjung. Pelancong bukan hanya datang dari daerah setempat, melainkan datang dari luar Lambar.
Danau Ranau dan Pekon Lumbok, Lampung Barat (LAMPUNG POST/ZAINUDDIN)
Lokasi wisata yang mulai dipadati pengunjung sejak dimulainya libur sekolah Jumat (18-6) lalu, di antaranya Pantai Pesisir Krui dan Wisata Danau Ranau, di Pekon Lombok, Kecamatan Sukau. Dua lokasi wisata itu memang merupakan objek wisata favorit bagi pelancong lokal dan luar Lambar. Apalagi saat musim libur sekolah.
Budi, warga Pekon Labuhanjukung, Pesisir Tengah, yang juga pemilik penginapan di lokasi objek wisata itu, mengaku sejak libur sekolah, tingkat hunian penginapannya meningkat. "Sejak Sabtu lalu, jumlah pengunjung sudah mengalami peningkatan. Saat ini, kamar yang saya sewakan hampir habis, hanya tersisa beberapa kamar," kata Budi.
Budi juga mengatakan peningkatan wisatawan memang terjadi saat musim libur sekolah, seperti saat ini.
Dia menambahkan tahun sebelumnya pengunjung yang datang mengalami kenaikan. "Terlebih, sejak sering keluar di medis massa soal keindahan Pesisir Krui, jumlah wisatawan terus mengalami peningkatan," kata dia.
Pantai Tanjung Setia, Lampung Barat (LAMPUNG POST/M. REZA)
Budi berharap Pemkab Lambar serius mempromosikan daerah Krui. Dia yakin pengunjung akan makin meningkat karena daerah ini memang memiliki keindahan pantai yang masih alami.
Selain di daerah Pesisir Pantai Krui, daerah wisata lain di Lambar yang dipadati pengunjung sejak musim libur sekolah adalah Danau Ranau. Sejak beberapa hari lalu, pengunjung yang datang terus melonjak.
"Pengunjung masih kebanyakan memang berasal dari Lambar. Biasanya beberapa hari ke depan pengunjung dari luar kota baru akan berdatangan," kata Indra, warga setempat. (CK-7/D-3)
Sumber: Lampung Post, Selasa, 22 Juni 2010
Danau Ranau dan Pekon Lumbok, Lampung Barat (LAMPUNG POST/ZAINUDDIN)
Lokasi wisata yang mulai dipadati pengunjung sejak dimulainya libur sekolah Jumat (18-6) lalu, di antaranya Pantai Pesisir Krui dan Wisata Danau Ranau, di Pekon Lombok, Kecamatan Sukau. Dua lokasi wisata itu memang merupakan objek wisata favorit bagi pelancong lokal dan luar Lambar. Apalagi saat musim libur sekolah.
Budi, warga Pekon Labuhanjukung, Pesisir Tengah, yang juga pemilik penginapan di lokasi objek wisata itu, mengaku sejak libur sekolah, tingkat hunian penginapannya meningkat. "Sejak Sabtu lalu, jumlah pengunjung sudah mengalami peningkatan. Saat ini, kamar yang saya sewakan hampir habis, hanya tersisa beberapa kamar," kata Budi.
Budi juga mengatakan peningkatan wisatawan memang terjadi saat musim libur sekolah, seperti saat ini.
Dia menambahkan tahun sebelumnya pengunjung yang datang mengalami kenaikan. "Terlebih, sejak sering keluar di medis massa soal keindahan Pesisir Krui, jumlah wisatawan terus mengalami peningkatan," kata dia.
Pantai Tanjung Setia, Lampung Barat (LAMPUNG POST/M. REZA)
Budi berharap Pemkab Lambar serius mempromosikan daerah Krui. Dia yakin pengunjung akan makin meningkat karena daerah ini memang memiliki keindahan pantai yang masih alami.
Selain di daerah Pesisir Pantai Krui, daerah wisata lain di Lambar yang dipadati pengunjung sejak musim libur sekolah adalah Danau Ranau. Sejak beberapa hari lalu, pengunjung yang datang terus melonjak.
"Pengunjung masih kebanyakan memang berasal dari Lambar. Biasanya beberapa hari ke depan pengunjung dari luar kota baru akan berdatangan," kata Indra, warga setempat. (CK-7/D-3)
Sumber: Lampung Post, Selasa, 22 Juni 2010
Pulau Tegal Menarik Bagi Penyelam
Pesawaran, 22/6 (ANTARA) - Pulau Tegal di Desa Gebang, Kabupaten Pesawaran, tetap menjadi tempat favorit bagi penggemar wisata pantai, terutama penyelam, karena eksistensi pasir putihnya tetap terjaga, begitu juga taman dasar laut pulau itu.
Pantai dan taman bawah laut di Pulau Tegal masih terawat baik, bahkan ada group selam dari Unila yang merawatnya, kata pengelola pantai Pulau Tegal, Erwin, di Pesawaran, Selasa.
"Apabila kita menyelam maka akan tampak berbagai ikan laut beraneka warna dari balik karang laut yang juga berwarna-warni," katanya
Sering ikan yang tampak membentuk kerumunan berenang melintas, begitu pula sekumpulan ikan badut bergaris kuning-putih berkumpul di sekitar anemon laut berwarna hijau itu.
"Itu rumahnya Nemo (ikan badut dalam film Finding Nemo). Ikan itu juga dapat juga dipegang," katanya.
Keindahan Pulau Tegal tak hanya terlihat dari pantainya saja, melainkan di kedalaman sekitar dua meter hingga tiga meter masih dapat disaksikan indahnya terumbu karang yang mulai tumbuh, dan di antara terumbu karang hidup beraneka ragam jenis ikan laut yang indah seperti clown fish, betok biru, dan kuda laut, ujarnya.
Selain itu wilayah pesisir Pulau Tegal tersebut juga dapat dijadikan sebagai kawasan wisata pantai untuk berenang dengan faktor pembatas berupa permukiman penduduk.
Juga kawasan wisata pantai untuk berenang dengan faktor pembatas berupa semak belukar rendah yang tumbuh di sepanjang bibir pantai, sedikit vegetasi bakau.
Secara administratif, Pulau Tegal merupakan salah satu pulau kecil yang berada di perairan Teluk Lampung dan masuk ke dalam Desa Gebang, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran. Pulau Tegal mempunyai luas sekitar 98 ha dengan jumlah penduduk 400 jiwa.
Untuk mencapai pantai Pulau Tegal, para pengunjung dapat menggunakan jasa penyeberangan dari dermaga pelelangan ikan Ujung Bom, Bandar Lampung, atau dari dermaga di kawasan Gudang Lelang Bandar Lampung.
Para pengunjung juga dapat menyeberang melalui Pantai Ringgung Desa Sidodadi di Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, Lampung.
Berdasarkan data Pemerintah Kabupaten Pesawaran, daerah tersebut memiliki pulau-pulau kecil yang sangat potensial untuk dijadikan kawasan wisata. Karena pulau-pulau kecil itu memiliki sumber daya alam kelautan (marine attractions), aspek lingkungan, budaya yang khas, serta panorama alam yang indah yang dapat menjadi daya tarik wisata.
Sumber: Antara, Selasa, 22 Juni 2010
Pantai dan taman bawah laut di Pulau Tegal masih terawat baik, bahkan ada group selam dari Unila yang merawatnya, kata pengelola pantai Pulau Tegal, Erwin, di Pesawaran, Selasa.
"Apabila kita menyelam maka akan tampak berbagai ikan laut beraneka warna dari balik karang laut yang juga berwarna-warni," katanya
Sering ikan yang tampak membentuk kerumunan berenang melintas, begitu pula sekumpulan ikan badut bergaris kuning-putih berkumpul di sekitar anemon laut berwarna hijau itu.
"Itu rumahnya Nemo (ikan badut dalam film Finding Nemo). Ikan itu juga dapat juga dipegang," katanya.
Keindahan Pulau Tegal tak hanya terlihat dari pantainya saja, melainkan di kedalaman sekitar dua meter hingga tiga meter masih dapat disaksikan indahnya terumbu karang yang mulai tumbuh, dan di antara terumbu karang hidup beraneka ragam jenis ikan laut yang indah seperti clown fish, betok biru, dan kuda laut, ujarnya.
Selain itu wilayah pesisir Pulau Tegal tersebut juga dapat dijadikan sebagai kawasan wisata pantai untuk berenang dengan faktor pembatas berupa permukiman penduduk.
Juga kawasan wisata pantai untuk berenang dengan faktor pembatas berupa semak belukar rendah yang tumbuh di sepanjang bibir pantai, sedikit vegetasi bakau.
Secara administratif, Pulau Tegal merupakan salah satu pulau kecil yang berada di perairan Teluk Lampung dan masuk ke dalam Desa Gebang, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran. Pulau Tegal mempunyai luas sekitar 98 ha dengan jumlah penduduk 400 jiwa.
Untuk mencapai pantai Pulau Tegal, para pengunjung dapat menggunakan jasa penyeberangan dari dermaga pelelangan ikan Ujung Bom, Bandar Lampung, atau dari dermaga di kawasan Gudang Lelang Bandar Lampung.
Para pengunjung juga dapat menyeberang melalui Pantai Ringgung Desa Sidodadi di Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, Lampung.
Berdasarkan data Pemerintah Kabupaten Pesawaran, daerah tersebut memiliki pulau-pulau kecil yang sangat potensial untuk dijadikan kawasan wisata. Karena pulau-pulau kecil itu memiliki sumber daya alam kelautan (marine attractions), aspek lingkungan, budaya yang khas, serta panorama alam yang indah yang dapat menjadi daya tarik wisata.
Sumber: Antara, Selasa, 22 Juni 2010
PPN Undang Isbedy ke Brunei
Bandarlampung, 22/6 (ANTARA) - Pertemuan Penyair Nusantara (PPN) IV yang diselenggarakan di Brunei Darussalam, 16-18 Juli 2010, juga mengundang penyair Lampung Isbedy Stiawan ZS.
Isbedy, di Bandarlampung, Selasa mengatakan, ia mendapat undangan sebagai pembicara pada perhelatan penyair yang berasal dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei, dan Thailand tersebut.
Dia akan membentangkan kertas kerja bertema "Kepenyairan Media Baru" bersama penyair dan pengamat media asal Brunei Darussalam (Zefri Ariff), Mohamad Saleeh Rahamad (Malaysia), dan pengamat media/akademi dari Singapura.
"Namun sampai kini saya belum menyiapkan makalah, karena saya masih mencari dana untuk keberangkatan," ujarnya.
Ia mengakui, program-program kesenian, terutama sastra, di luar kota kerap terganjal masalah anggaran, dan berharap pemerintah provinsi perlu lebih memperhatikan terhadap kesenian yang berlangsung di luar daerah.
"Perlu ada regulasi kesenian di pemerintah," sarannya.
Isbedy pun menjelaskan, dengan keberangkatan para seniman (sastrawan) ke luar daerah/negara akan menambah wawasan seniman, sekaligus sebagai duta daerah dan akan memajukan dunia kesenian di daerah bersangkutan.
"Sayangnya, selama ini kegiatan kesenian yang cenderung temporal dan massal yang sering dibantu, sedangkan yang perseorangan luput dari perhatian apalagi bantuan," katanya.
Karena itu, ia pun pemerintah daerah ikut memperhatikan perkembangan dan kemajuan kesenian, karena merupakan bagian pembangunan kebudayaan.
Sementara itu, pada undangan yang diterima Isbedy, PPN IV di Brunei akan dibuka oleh Yang Berhormat Pehin Datu Seri Maharaja Dato Paduka Seri Setia Ustad Dr Haji Awang Abdul Azis bin Juned di Dewan Bankuet, Bangunan Majlis Mesyuarat Negara.
Perhelatan PPN IV pertama kali digagas di Medan, kali ini akan membincangkan ihwal Penyair Pembina Masyarakat; Kepenyairan; Akreditasi dan Kredibiliti; Rangsangan Lonjakan Industri Kreatif Menerusi Dunia Perpuisian; dan Kepenyairan Media Baru.
Selain diskusi, PPN IV akan diisi dengan pembacaan puisi oleh para penyair peserta bertajuk "Merakyat Puisi" di Bangunan Yayasan Sultan Haji Hassanal Bolkiah.
Selain Isbedy, dari Lampung yang juga diundang adalah Oyos Saroso HN, Ari Pahala Hutabarat, Syaiful Irba Tanpaka, dan Arman AZ sebagai wakil Komite Sastra Dewan Kesenian Lampung.
Sumber: Antara, Selasa, 22 Juni 2010
Isbedy, di Bandarlampung, Selasa mengatakan, ia mendapat undangan sebagai pembicara pada perhelatan penyair yang berasal dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei, dan Thailand tersebut.
Dia akan membentangkan kertas kerja bertema "Kepenyairan Media Baru" bersama penyair dan pengamat media asal Brunei Darussalam (Zefri Ariff), Mohamad Saleeh Rahamad (Malaysia), dan pengamat media/akademi dari Singapura.
"Namun sampai kini saya belum menyiapkan makalah, karena saya masih mencari dana untuk keberangkatan," ujarnya.
Ia mengakui, program-program kesenian, terutama sastra, di luar kota kerap terganjal masalah anggaran, dan berharap pemerintah provinsi perlu lebih memperhatikan terhadap kesenian yang berlangsung di luar daerah.
"Perlu ada regulasi kesenian di pemerintah," sarannya.
Isbedy pun menjelaskan, dengan keberangkatan para seniman (sastrawan) ke luar daerah/negara akan menambah wawasan seniman, sekaligus sebagai duta daerah dan akan memajukan dunia kesenian di daerah bersangkutan.
"Sayangnya, selama ini kegiatan kesenian yang cenderung temporal dan massal yang sering dibantu, sedangkan yang perseorangan luput dari perhatian apalagi bantuan," katanya.
Karena itu, ia pun pemerintah daerah ikut memperhatikan perkembangan dan kemajuan kesenian, karena merupakan bagian pembangunan kebudayaan.
Sementara itu, pada undangan yang diterima Isbedy, PPN IV di Brunei akan dibuka oleh Yang Berhormat Pehin Datu Seri Maharaja Dato Paduka Seri Setia Ustad Dr Haji Awang Abdul Azis bin Juned di Dewan Bankuet, Bangunan Majlis Mesyuarat Negara.
Perhelatan PPN IV pertama kali digagas di Medan, kali ini akan membincangkan ihwal Penyair Pembina Masyarakat; Kepenyairan; Akreditasi dan Kredibiliti; Rangsangan Lonjakan Industri Kreatif Menerusi Dunia Perpuisian; dan Kepenyairan Media Baru.
Selain diskusi, PPN IV akan diisi dengan pembacaan puisi oleh para penyair peserta bertajuk "Merakyat Puisi" di Bangunan Yayasan Sultan Haji Hassanal Bolkiah.
Selain Isbedy, dari Lampung yang juga diundang adalah Oyos Saroso HN, Ari Pahala Hutabarat, Syaiful Irba Tanpaka, dan Arman AZ sebagai wakil Komite Sastra Dewan Kesenian Lampung.
Sumber: Antara, Selasa, 22 Juni 2010
June 21, 2010
DKL Terbitkan Buku Panduan Menulis Cerpen
BANDARLAMPUNG – Komite Sastra Dewan Kesenian Lampung (DKL) menerbitkan buku Panduan Menulis Cerpen. Buku setebal 76 halaman yang ditulis dengan bahasa sederhana sehingga mudah dicerna ini disusun oleh cerpenis Arman A.Z.. Selain itu, tengah disiapkan Panduan Menulis Puisi yang disusun penyair Ari Pahala Hutabarat.
Ketua Umum DKL Syafariah Widianti dalam pengantar buku ini menjelaskan, disusunnya buku Panduan Menulis Cerpen ini adalah bentuk kepedulian DKL sebagai fasilitator, dinamisator, serta katalisator bagi kemajuan kesenian dan kebudayaan di Lampung.
Diakui Atu Ayi –panggilan akrabnya, buku panduan menulis cerpen memang cukup banyak di Indonesia. Namun, belum ada buku panduan menulis kreatif –dalam hal ini cerpen– yang dikhususkan untuk pelajar dan masyarakat Lampung.
’’Karena itu, kami berharap kehadiran buku ini dapat meluaskan wawasan dan menjadi motivasi bagi calon penulis cerpen di Lampung. Sehingga tradisi penulisan cerpen di daerah ini dapat terjaga dan berkesinambungan,” kata Atu Ayi dalam rilis yang diterima Radar Lampung kemarin.
Menurutnya, jika diamati, mayoritas media massa menyediakan rubrik cerpen. Bahkan, majalah-majalah remaja bisa memuat dua cerpen atau lebih di setiap edisinya. Ini membuktikan cerpen masih menjadi pilihan sebagai bahan bacaan.
’’Sekaligus juga sebagai ladang bagi kalangan remaja untuk mendapatkan penghasilan,” imbuh dia.
Itulah sebabnya ia sangat mendukung penerbitkan buku Panduan Menulis Cerpen yang disusun Arman A.Z. ini. Mengingat buku sejenis masih sangat langka. Bahkan sepertinya kurang mendapat perhatian baik oleh kalangan akademik maupun sastrawan.
Padahal, lanjut dia, minat dan kegiatan penulisan cerpen di kalangan pelajar dan masyarakat menunjukkan grafik menggembirakan. Setiap tahun ada saja instansi pemerintah, lembaga independen, atau komunitas seni budaya yang menyelenggarakan lomba penulisan cerpen.
’’Hasilnya baik secara kuantitas maupun kualitas sangat menggembirakan,” jelas Atu Ayi.
Meski begitu, diakuinya juga, masih banyak kalangan pelajar yang belum memahami tingkatan untuk melahirkan sebuah cerpen. Oleh karena itu, di buku ini dijelaskan dengan rinci tentang penulisan cerpen. ’’Seperti apa itu ide, tokoh, alur, latar, gaya, dan seterusnya. Bahkan dijelaskan pula oleh penyusun buku ini ihwal outline (garis besar) sebuah bangunan cerpen,” kata Syafariah lagi.
Sementara itu, Ketua Bidang I (Sastra dan Teater) Isbedy Stiawan Z.S. mendampingi Ketua Harian Syaiful Irba Tanpaka mengatakan, hadirnya buku Panduan Menulis Cerpen karya Arman A.Z. ini bisa menjadi bahan ajar dan apresiasi di sekolah-sekolah. Sebab, penulisan buku yang sederhana ini memang arahnya atau sasarannya adalah pelajar atau penulis cerpen pemula.
’’Selama ini kita hanya tahu cerpen setelah terbit di media, tetapi sering abai tentang bangunan dari sebuah cerpen itu. Di buku ini dijelaskan apa itu tokoh, paragraf pembuka, sudut pandang, dan kalimat efektif. Pada penutup buku dilampirkan alamat redaksi koran atau majalah, berikut alamat elektronik (e-mail),” kata Isbedy.
Ketua Komite Sastra DKL Ari Pahala Hutabarat menjelaskan, buku Panduan Menulis Cerpen ini akan disebar ke SMA se-Lampung. Sehingga diharapkan dapat dijadikan bahan ajar penulisan karya sastra di kalangan pelajar.
Sumber: Radar Lampung, Senin, 21 Juni 2010
Ketua Umum DKL Syafariah Widianti dalam pengantar buku ini menjelaskan, disusunnya buku Panduan Menulis Cerpen ini adalah bentuk kepedulian DKL sebagai fasilitator, dinamisator, serta katalisator bagi kemajuan kesenian dan kebudayaan di Lampung.
Diakui Atu Ayi –panggilan akrabnya, buku panduan menulis cerpen memang cukup banyak di Indonesia. Namun, belum ada buku panduan menulis kreatif –dalam hal ini cerpen– yang dikhususkan untuk pelajar dan masyarakat Lampung.
’’Karena itu, kami berharap kehadiran buku ini dapat meluaskan wawasan dan menjadi motivasi bagi calon penulis cerpen di Lampung. Sehingga tradisi penulisan cerpen di daerah ini dapat terjaga dan berkesinambungan,” kata Atu Ayi dalam rilis yang diterima Radar Lampung kemarin.
Menurutnya, jika diamati, mayoritas media massa menyediakan rubrik cerpen. Bahkan, majalah-majalah remaja bisa memuat dua cerpen atau lebih di setiap edisinya. Ini membuktikan cerpen masih menjadi pilihan sebagai bahan bacaan.
’’Sekaligus juga sebagai ladang bagi kalangan remaja untuk mendapatkan penghasilan,” imbuh dia.
Itulah sebabnya ia sangat mendukung penerbitkan buku Panduan Menulis Cerpen yang disusun Arman A.Z. ini. Mengingat buku sejenis masih sangat langka. Bahkan sepertinya kurang mendapat perhatian baik oleh kalangan akademik maupun sastrawan.
Padahal, lanjut dia, minat dan kegiatan penulisan cerpen di kalangan pelajar dan masyarakat menunjukkan grafik menggembirakan. Setiap tahun ada saja instansi pemerintah, lembaga independen, atau komunitas seni budaya yang menyelenggarakan lomba penulisan cerpen.
’’Hasilnya baik secara kuantitas maupun kualitas sangat menggembirakan,” jelas Atu Ayi.
Meski begitu, diakuinya juga, masih banyak kalangan pelajar yang belum memahami tingkatan untuk melahirkan sebuah cerpen. Oleh karena itu, di buku ini dijelaskan dengan rinci tentang penulisan cerpen. ’’Seperti apa itu ide, tokoh, alur, latar, gaya, dan seterusnya. Bahkan dijelaskan pula oleh penyusun buku ini ihwal outline (garis besar) sebuah bangunan cerpen,” kata Syafariah lagi.
Sementara itu, Ketua Bidang I (Sastra dan Teater) Isbedy Stiawan Z.S. mendampingi Ketua Harian Syaiful Irba Tanpaka mengatakan, hadirnya buku Panduan Menulis Cerpen karya Arman A.Z. ini bisa menjadi bahan ajar dan apresiasi di sekolah-sekolah. Sebab, penulisan buku yang sederhana ini memang arahnya atau sasarannya adalah pelajar atau penulis cerpen pemula.
’’Selama ini kita hanya tahu cerpen setelah terbit di media, tetapi sering abai tentang bangunan dari sebuah cerpen itu. Di buku ini dijelaskan apa itu tokoh, paragraf pembuka, sudut pandang, dan kalimat efektif. Pada penutup buku dilampirkan alamat redaksi koran atau majalah, berikut alamat elektronik (e-mail),” kata Isbedy.
Ketua Komite Sastra DKL Ari Pahala Hutabarat menjelaskan, buku Panduan Menulis Cerpen ini akan disebar ke SMA se-Lampung. Sehingga diharapkan dapat dijadikan bahan ajar penulisan karya sastra di kalangan pelajar.
Sumber: Radar Lampung, Senin, 21 Juni 2010
June 20, 2010
Warga Isi Liburan ke Pantai
Bandarlampung, 20/6 (ANTARA) - Sebagian warga mengunjungi tempat wisata pantai di Lampung pada hari pertama liburan sekolah.
"Saya sengaja mengantar anak ke laut karena mereka minta dalam mengisi liburan sekolahnya," kata Sugeng Irianto, warga Natar, Lampung Selatan, di Pantai Mutun, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, Minggu.
Ia mengatakan, janji tersebut harus ditepati karena harapannya yakni dua anaknya lulus dari SD dan satunya lagi naik ke kelas tiga SMP.
"Selain janji, juga karena bersyukur anak-anak mampu mengikuti pelajaran di sekolah, bahkan nilainya pun memuaskan," kata dia.
Warga lainnya, Ningsih, yang tinggal di Kota Metro, mengaku berlibur ke laut merupakan rutinitas ketika libur sekolah.
"Di Kota Metro kan tidak ada laut, sedangkan laut yang dekat dan masih bagus ada di Pesawaran ini, makanya meski hujan kami tetap berangkat," ujar dia.
Sementara pantauan di lokasi, hampir semua pantai di Kabupaten Pesawaran yang dikelola untuk tempat rekreasi terjadi peningkatan jumlah pengunjung.
Seorang petugas di Pantai Mutun, mengaku ada kenaikan pengunjung cukup tinggi dibandingkan hari libur biasa, karena saat ini bersamaan dengan liburan sekolah.
Para pengunjung datang ke lokasi wisata selain menaiki kendaraan pribadi, seperti sepeda motor dan mobil, juga ada yang menyewa angkutan umum.
Sementara itu, hujan sejak pagi tidak membuat sebagian warga mengurungkan niatnya untuk berlibur ke pantai.
"Justru ketika hujan enak mandi di laut, airnya jadi hangat," kata Agung, siswa kelas dua salah satu SMA di Lampung Tengah yang berlibur ke Pantai Mutun.
Pihak pengelola pun menempatkan sejumlah petugas secara khusus di persimpangan jalan masuk ke lokasi guna mengatur arus lalu-lintas.
Selain itu, polisi pun berada di beberapa titik rawan macet guna mengatur arus kendaraan dari dua arah.
Sumber: Antara, Minggu, 20 Juni 2010
"Saya sengaja mengantar anak ke laut karena mereka minta dalam mengisi liburan sekolahnya," kata Sugeng Irianto, warga Natar, Lampung Selatan, di Pantai Mutun, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, Minggu.
Ia mengatakan, janji tersebut harus ditepati karena harapannya yakni dua anaknya lulus dari SD dan satunya lagi naik ke kelas tiga SMP.
"Selain janji, juga karena bersyukur anak-anak mampu mengikuti pelajaran di sekolah, bahkan nilainya pun memuaskan," kata dia.
Warga lainnya, Ningsih, yang tinggal di Kota Metro, mengaku berlibur ke laut merupakan rutinitas ketika libur sekolah.
"Di Kota Metro kan tidak ada laut, sedangkan laut yang dekat dan masih bagus ada di Pesawaran ini, makanya meski hujan kami tetap berangkat," ujar dia.
Sementara pantauan di lokasi, hampir semua pantai di Kabupaten Pesawaran yang dikelola untuk tempat rekreasi terjadi peningkatan jumlah pengunjung.
Seorang petugas di Pantai Mutun, mengaku ada kenaikan pengunjung cukup tinggi dibandingkan hari libur biasa, karena saat ini bersamaan dengan liburan sekolah.
Para pengunjung datang ke lokasi wisata selain menaiki kendaraan pribadi, seperti sepeda motor dan mobil, juga ada yang menyewa angkutan umum.
Sementara itu, hujan sejak pagi tidak membuat sebagian warga mengurungkan niatnya untuk berlibur ke pantai.
"Justru ketika hujan enak mandi di laut, airnya jadi hangat," kata Agung, siswa kelas dua salah satu SMA di Lampung Tengah yang berlibur ke Pantai Mutun.
Pihak pengelola pun menempatkan sejumlah petugas secara khusus di persimpangan jalan masuk ke lokasi guna mengatur arus lalu-lintas.
Selain itu, polisi pun berada di beberapa titik rawan macet guna mengatur arus kendaraan dari dua arah.
Sumber: Antara, Minggu, 20 Juni 2010
[Perjalanan] Bertualang ke Rhino Camp TNBBS
MUSIM libur panjang tiba. Jika ingin berpetualang di alam bebas, cobalah persiapkan diri dan keluarga atau teman Anda ke Rhino Camp di Km 50 Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.
Rhino Camp/Km 50 terletak di perbatasan Kabupaten Tanggamus dengan Lampung Barat. Berjarak 140 km dari Bandar Lampung atau 40 km dari Kotaagung, ibu kota Kabupaten Tanggamus. Jika ditempuh kendaraan roda empat, memakan waktu sekitar tiga jam dari Bandar Lampung, atau satu jam dari Kotaagung.
Kondisi jalan berupa aspal hotmix yang masih bagus. Tidak ada kendaraan umum yang langsung menuju lokasi dari arah Kotaagung. Rhino Camp/Km 50 terletak di ketinggian sekitar 600 m dpl, dengan topografi berbukit, merupakan perbatasan antara perkebunan masyarakat dengan hutan TNBBS.
Dengan lokasinya yang terletak di ketinggian, akan terlihat laut Teluk Semaka, Kotaagung, dan areal perkebunan masyarakat. Cuaca di sekitar lokasi cukup sejuk dan sering turun kabut pada sore hingga malam hari. Suhu udara terasa dingin pada malam hingga pagi hari.
Fasilitas di Rhino Camp/Km 50 hanya terdapat satu unit pondokan, terdiri dari satu kamar untuk dua orang, satu shelter serta satu bangunan untuk staf Rhino Camp. Penginapan terdekat yang cukup layak berada di Gisting yang berjarak 20 km sebelum Kotaagung atau 60 km dari camp 50 dengan jarak tempuh sekitar 80 menit. Terdapat tiga unit hotel yang lokasinya bersebelahan, dengan fasilitas hotel bintang I. Terdapat kolam renang dan restoran. Kapasitas kamar di satu hotel sekitar 50 kamar, dengan rate sekitar Rp150 ribu--Rp250 ribu.
Kuliner
Kotaagung merupakan pelabuhan laut dengan banyak hasil tangkapan berupa bermacam jenis ikan laut, kepiting, udang, dan beragan jenis makanan lokal. Terdapat dua buah rumah makan yang menyediakan menu makanan laut, atau dengan menu pesanan khusus. Terdapat juga kopi luwak atau kopi organik dengan rasa khas.
FOTO-FOTO: LAMPUNG POST/SAYUTI
Rhino Camp/Km 50 memiliki potensi keanekaragaman hayati, antara lain: jenis flora; Raflesia, Amorpophalus (bunga tertinggi di dunia), beragam jenis pohon besar, jamur liana, dll. Jenis primata; tarsius, siamang, owa Sumatera, monyet, dan lutung Sumatera. Jenis mamalia; kelompok gajah, harimau, badak, beruang (beranak dekat camp), rusa, kijang, kancil, landak, dan bermacam tupai. Terdapat satwa kelinci sumatera yang dinyatakan punah tahun 1960-an, dan masih ditemukan di sekitar Rhino Camp/Km 50. Juga jenis burung; terdapat beragam jenis burung mulai beragam jenis rangkong, burung berkicau, dan lainnya. Juga ada beberapa jenis burung yang sulit ditemukan di daerah lain, termasuk burung langka.
Semua satwa tersebut dapat ditemukan di sekitar Rhino Camp/Km 50 dengan kemungkinan pertemuan 30-- 80%. Terdapat dua jalur tracking, satu jalur digunakan untuk siang hari dan jalur lain untuk malam hari.
Lokasi wisata lain; terdapat demplot anggrek berlokasi di Liwa yang berjarak 3 jam dari Rhino Camp/Km 50. Lokasi surfing dan wisata pantai, berjarak sekitar 1,5 jam perjalanan dari Km 50. Lokasi ini banyak didatangi turis mancanegara dengan jumlah pengunjung minimal 200 orang per bulan. Di lokasi tersebut juga terdapat beberapa homestay dan penginapan yang biasa digunakan para turis, dengan rate antara Rp100 ribu--Rp250 ribu.
Daerah Pemerihan merupakan pos jaga Polhut TNBBS dan terdapat empat ekor gajah yang dapat digunakan untuk bersafari. Berjarak sekitar 20 menit perjalanan dari Rhino Camp/Km 50. Konservasi penyu berjarak satu jam perjalanan dari Rhino Camp/Km 50. Diving, belum dikelola khusus. Terdapat di lokasi sekolah perikanan, berjarak sekitar 20 menit dari Kotaagung.
Wisata Khusus Observasi Harimau
Terdapat tiga lokasi yang memungkinkan; Tampang, berjarak empat jam perjalanan dengan kapal laut, dan 30 menit dengan kendaraan roda dua dari Kotaagung. Berada di sekitar batas kawasan TNBBS dan desa. Merupakan daerah konflik satwa dan sudah lebih dari 15 ekor kambing yang dimangsa harimau tersebut.
Talang 11, merupakan daerah perkebunan masyarakat dan masih jauh ke kawasan hutan. Berjarak sekitar dua jam perjalanan dari Km 50. Daerah ini yang paling mungkin untuk dijadikan tempat observasi. Panji Wayang, merupakan daerah hutan produksi terbatas yang berjarak tempuh sekitar dua jam dari Km 50.
Untuk mengobservasi harimau secara langsung, diperlukan proses dan fasilitas yang cukup demi keamanan pengunjung. Diperlukan areal khusus yang di land clearing agar lebih terbuka dan ditumbuhi rumput sehingga satwa mangsa akan datang. Dengan menggunakan umpan kambing untuk memancing harimau datang. Juga diperlukan pondok atau menara pengintai bagi pengunjung untuk melihat secara aman. SAYUTI
Sumber: Lampung Post, Minggu, 20 Juni 2010
Rhino Camp/Km 50 terletak di perbatasan Kabupaten Tanggamus dengan Lampung Barat. Berjarak 140 km dari Bandar Lampung atau 40 km dari Kotaagung, ibu kota Kabupaten Tanggamus. Jika ditempuh kendaraan roda empat, memakan waktu sekitar tiga jam dari Bandar Lampung, atau satu jam dari Kotaagung.
Kondisi jalan berupa aspal hotmix yang masih bagus. Tidak ada kendaraan umum yang langsung menuju lokasi dari arah Kotaagung. Rhino Camp/Km 50 terletak di ketinggian sekitar 600 m dpl, dengan topografi berbukit, merupakan perbatasan antara perkebunan masyarakat dengan hutan TNBBS.
Dengan lokasinya yang terletak di ketinggian, akan terlihat laut Teluk Semaka, Kotaagung, dan areal perkebunan masyarakat. Cuaca di sekitar lokasi cukup sejuk dan sering turun kabut pada sore hingga malam hari. Suhu udara terasa dingin pada malam hingga pagi hari.
Fasilitas di Rhino Camp/Km 50 hanya terdapat satu unit pondokan, terdiri dari satu kamar untuk dua orang, satu shelter serta satu bangunan untuk staf Rhino Camp. Penginapan terdekat yang cukup layak berada di Gisting yang berjarak 20 km sebelum Kotaagung atau 60 km dari camp 50 dengan jarak tempuh sekitar 80 menit. Terdapat tiga unit hotel yang lokasinya bersebelahan, dengan fasilitas hotel bintang I. Terdapat kolam renang dan restoran. Kapasitas kamar di satu hotel sekitar 50 kamar, dengan rate sekitar Rp150 ribu--Rp250 ribu.
Kuliner
Kotaagung merupakan pelabuhan laut dengan banyak hasil tangkapan berupa bermacam jenis ikan laut, kepiting, udang, dan beragan jenis makanan lokal. Terdapat dua buah rumah makan yang menyediakan menu makanan laut, atau dengan menu pesanan khusus. Terdapat juga kopi luwak atau kopi organik dengan rasa khas.
FOTO-FOTO: LAMPUNG POST/SAYUTI
Rhino Camp/Km 50 memiliki potensi keanekaragaman hayati, antara lain: jenis flora; Raflesia, Amorpophalus (bunga tertinggi di dunia), beragam jenis pohon besar, jamur liana, dll. Jenis primata; tarsius, siamang, owa Sumatera, monyet, dan lutung Sumatera. Jenis mamalia; kelompok gajah, harimau, badak, beruang (beranak dekat camp), rusa, kijang, kancil, landak, dan bermacam tupai. Terdapat satwa kelinci sumatera yang dinyatakan punah tahun 1960-an, dan masih ditemukan di sekitar Rhino Camp/Km 50. Juga jenis burung; terdapat beragam jenis burung mulai beragam jenis rangkong, burung berkicau, dan lainnya. Juga ada beberapa jenis burung yang sulit ditemukan di daerah lain, termasuk burung langka.
Semua satwa tersebut dapat ditemukan di sekitar Rhino Camp/Km 50 dengan kemungkinan pertemuan 30-- 80%. Terdapat dua jalur tracking, satu jalur digunakan untuk siang hari dan jalur lain untuk malam hari.
Lokasi wisata lain; terdapat demplot anggrek berlokasi di Liwa yang berjarak 3 jam dari Rhino Camp/Km 50. Lokasi surfing dan wisata pantai, berjarak sekitar 1,5 jam perjalanan dari Km 50. Lokasi ini banyak didatangi turis mancanegara dengan jumlah pengunjung minimal 200 orang per bulan. Di lokasi tersebut juga terdapat beberapa homestay dan penginapan yang biasa digunakan para turis, dengan rate antara Rp100 ribu--Rp250 ribu.
Daerah Pemerihan merupakan pos jaga Polhut TNBBS dan terdapat empat ekor gajah yang dapat digunakan untuk bersafari. Berjarak sekitar 20 menit perjalanan dari Rhino Camp/Km 50. Konservasi penyu berjarak satu jam perjalanan dari Rhino Camp/Km 50. Diving, belum dikelola khusus. Terdapat di lokasi sekolah perikanan, berjarak sekitar 20 menit dari Kotaagung.
Wisata Khusus Observasi Harimau
Terdapat tiga lokasi yang memungkinkan; Tampang, berjarak empat jam perjalanan dengan kapal laut, dan 30 menit dengan kendaraan roda dua dari Kotaagung. Berada di sekitar batas kawasan TNBBS dan desa. Merupakan daerah konflik satwa dan sudah lebih dari 15 ekor kambing yang dimangsa harimau tersebut.
Talang 11, merupakan daerah perkebunan masyarakat dan masih jauh ke kawasan hutan. Berjarak sekitar dua jam perjalanan dari Km 50. Daerah ini yang paling mungkin untuk dijadikan tempat observasi. Panji Wayang, merupakan daerah hutan produksi terbatas yang berjarak tempuh sekitar dua jam dari Km 50.
Untuk mengobservasi harimau secara langsung, diperlukan proses dan fasilitas yang cukup demi keamanan pengunjung. Diperlukan areal khusus yang di land clearing agar lebih terbuka dan ditumbuhi rumput sehingga satwa mangsa akan datang. Dengan menggunakan umpan kambing untuk memancing harimau datang. Juga diperlukan pondok atau menara pengintai bagi pengunjung untuk melihat secara aman. SAYUTI
Sumber: Lampung Post, Minggu, 20 Juni 2010
June 18, 2010
[Liburan] Mandi Air Panas di Pantai Wartawan...
GULUNGAN ombak saling berkejaran menuju Pantai Wartawan di kawasan pesirir Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, Kamis (16-6). Embusan angin yang digelayuti mendung itu membawa ombak satu per satu memecah hamparan batu karang dan pasir pantai yang ada di lereng Gunung Rajabasa sembari meninggalkan buih putih. Bagaikan menerima belaian sang ibunda, gulungan ombak itu kembali bermain ke tengah laut biru nan alami tersebut.
Pantai Wartawan terkenal dengan lima sumber air panas dengan diameter kolam rata-rata satu meter. "Air laut dan pantainya juga bersih. Yang lebih mengagumkan, di Pantai Wartawan ada sumber air panasnya," kata Franky, salah seorang pengunjung yang ditemui di Pantai Wartawan, Kamis (16-6).
Pantai Wartawan (LAMPUNG POST/AAN KRIDOLAKSANA)
Pecahan bebatuan, seperti karang kecil-kecil dan benda-benda laut, terlihat menambah kealamian hamparan pasir pantai saat air laut surut sehingga menambah ketenangan jiwa pengunjung. "Pantainya masih alami, landai di antara bebatuan dan pasir serta relatif aman," kata Franky memuji.
Pengunjung dapat berjalan menyusuri pantai, menikmati semilir angin dan pemandangan indah. Suasana pantai pun tampak sepi dan nyaman untuk bernostalgia.
Pantai di Desa Way Muli ini dibuka pada awal 2000-an. Sejak itu, menurut dia, banyak masyarakat sekitar dan dari kabupaten lain yang menikmati sumber air panas dan pecahan ombak yang menabrak gunungan batu karang di ujung kelokan pantai. "Ini tempat yang sangat mengesankan bagi saya. Saksinya sumber air panas itu. Kalo kemari, semuanya bagus dan serba alami," kata dia.
Pantai Wartawan hanya berjarak 10 km dari Kalianda. Pengunjung dari Bandar Lampung cukup melalui jalinsum Masjid Agung Kalianda, masuk Kota Kalianda, lalu melalui jalan raya pesisir Rajabasa yang berliku dan sempit. Gunung Rajabasa yang hijau akan menghiasi perjalanan Anda menuju Pantai Wartawan.
Air Panas
Mengunjungi Pantai Wartawan, jangan lupa mengintip keunikan lima sumur air panas yang ada di sela batu karang pantai itu. Kendalanya, kalau air laut pasang, sumber air panas ini tak kelihatan. Padahal sumber air panas tersebut bisa digunakan untuk memasak mi dan telur.
Selain air panas, Pantai Wartawan memiliki gundukan menyerupai bukit. Untuk mengelilingi tempat itu, hanya dibutuhkan waktu lebih kurang sepuluh menit. "Oorang yang ke sini biasanya pengin memasak mi instan dan merebus telur di sumber air panas. Cuma, kalau air laut lagi pasang, sumber air panas tidak kelihatan," kata Virgo, penjaga Pantai Wartawan, Jumat (16-6).
Pengunjung hanya dikenakan biaya masuk untuk kendaraan sepeda motor Rp5.000--Rp7.500/unit sepeda motor dan Rp25 ribu/mobil. Di pantai ini aman jika ingin mandi karena ombaknya tidak terlalu besar.
Erlan Murdiyanto, Kadis Pariwisata, Seni, dan Budaya Pemkab Lamsel, mengatakan kunjungan ke pantai ini setahun terakhir meningkat. Pihaknya terus berupaya membina pemangku kepentingan yang ada.
Secara bertahap, objek wisata yang sudah menjadi langganan kunjungan wisatawan harus disertai dengan menampilkan budaya lokal. Namun, seluruh rencana itu terkendala dengan minimnya anggaran. "Perkembangan objek wisata juga harus didukung infrastruktur berupa jalan yang lebar. Untuk itu, diperlukan dukungan semua pihak," kata Erlan.
Ia menyebutkan pada 2009 lalu wisatawan domestik maupun mancanegara yang berkunjung ke sejumlah objek wisata di Lampung Selatan mencapai 400 ribu orang. Tahun ini diharapkan jumlah tersebut meningkat menjadi 425 ribu pengunjung. AAN KRIDOLAKSONO/D-2
Sumber: Lampung Post, Jumat, 18 Juni 2010
Pantai Wartawan terkenal dengan lima sumber air panas dengan diameter kolam rata-rata satu meter. "Air laut dan pantainya juga bersih. Yang lebih mengagumkan, di Pantai Wartawan ada sumber air panasnya," kata Franky, salah seorang pengunjung yang ditemui di Pantai Wartawan, Kamis (16-6).
Pantai Wartawan (LAMPUNG POST/AAN KRIDOLAKSANA)
Pecahan bebatuan, seperti karang kecil-kecil dan benda-benda laut, terlihat menambah kealamian hamparan pasir pantai saat air laut surut sehingga menambah ketenangan jiwa pengunjung. "Pantainya masih alami, landai di antara bebatuan dan pasir serta relatif aman," kata Franky memuji.
Pengunjung dapat berjalan menyusuri pantai, menikmati semilir angin dan pemandangan indah. Suasana pantai pun tampak sepi dan nyaman untuk bernostalgia.
Pantai di Desa Way Muli ini dibuka pada awal 2000-an. Sejak itu, menurut dia, banyak masyarakat sekitar dan dari kabupaten lain yang menikmati sumber air panas dan pecahan ombak yang menabrak gunungan batu karang di ujung kelokan pantai. "Ini tempat yang sangat mengesankan bagi saya. Saksinya sumber air panas itu. Kalo kemari, semuanya bagus dan serba alami," kata dia.
Pantai Wartawan hanya berjarak 10 km dari Kalianda. Pengunjung dari Bandar Lampung cukup melalui jalinsum Masjid Agung Kalianda, masuk Kota Kalianda, lalu melalui jalan raya pesisir Rajabasa yang berliku dan sempit. Gunung Rajabasa yang hijau akan menghiasi perjalanan Anda menuju Pantai Wartawan.
Air Panas
Mengunjungi Pantai Wartawan, jangan lupa mengintip keunikan lima sumur air panas yang ada di sela batu karang pantai itu. Kendalanya, kalau air laut pasang, sumber air panas ini tak kelihatan. Padahal sumber air panas tersebut bisa digunakan untuk memasak mi dan telur.
Selain air panas, Pantai Wartawan memiliki gundukan menyerupai bukit. Untuk mengelilingi tempat itu, hanya dibutuhkan waktu lebih kurang sepuluh menit. "Oorang yang ke sini biasanya pengin memasak mi instan dan merebus telur di sumber air panas. Cuma, kalau air laut lagi pasang, sumber air panas tidak kelihatan," kata Virgo, penjaga Pantai Wartawan, Jumat (16-6).
Pengunjung hanya dikenakan biaya masuk untuk kendaraan sepeda motor Rp5.000--Rp7.500/unit sepeda motor dan Rp25 ribu/mobil. Di pantai ini aman jika ingin mandi karena ombaknya tidak terlalu besar.
Erlan Murdiyanto, Kadis Pariwisata, Seni, dan Budaya Pemkab Lamsel, mengatakan kunjungan ke pantai ini setahun terakhir meningkat. Pihaknya terus berupaya membina pemangku kepentingan yang ada.
Secara bertahap, objek wisata yang sudah menjadi langganan kunjungan wisatawan harus disertai dengan menampilkan budaya lokal. Namun, seluruh rencana itu terkendala dengan minimnya anggaran. "Perkembangan objek wisata juga harus didukung infrastruktur berupa jalan yang lebar. Untuk itu, diperlukan dukungan semua pihak," kata Erlan.
Ia menyebutkan pada 2009 lalu wisatawan domestik maupun mancanegara yang berkunjung ke sejumlah objek wisata di Lampung Selatan mencapai 400 ribu orang. Tahun ini diharapkan jumlah tersebut meningkat menjadi 425 ribu pengunjung. AAN KRIDOLAKSONO/D-2
Sumber: Lampung Post, Jumat, 18 Juni 2010
[Liburan] Liburan Penuh Kesan di Lembah Hijau
MENIKMATI waktu liburan di tempat yang memiliki fasilitas rekreasi lengkap, asri, dan sejuk tentu pilihan utama setiap orang karena hal pastinya dapat membuat masa liburan lebih berkesan dan memiliki kenangan indah.
Nah, untuk dapat menikmati liburan dengan merasakan berbagai fasilitas yang lengkap, Anda bisa berkunjung ke Taman Wisata Lembah Hijau. Di tempat wisata yang terletak di Jalan Raden Imba Kesuma Ratu, Sukadanaham, Tanjungkarang Barat, ini Anda bisa menikmati berbagai wahana menarik seperti flying fox, kolam berenang dengan fasilitas waterboom, taman satwa, airsoft gun, outbound, play ground, high ropes, dan wahana menarik lainnya.
"Bahkan, saat ini, pengunjung Lembah Hijau sudah bisa menikmati wahana baru yakni permainan sepeda air," kata M. Irwan Nasution, komisaris utama Lembah Hijau, didampingi Manager Marketing Dharma Andarini, Rabu (16-6).
Kehadiran wahana baru berupa sepeda air di atas kolam berukuran 35 x 25 meter tersebut sebagai bentuk pelayanan Lembah Hijau untuk memberikan yang terbaik bagi setiap pengunjungnya. Pengunjung diharapkan dapat benar-benar merasakan kepuasan dalam berlibur di Lembah Hijau.
Di sini juga musala, serta mandi cuci kakus (MCK) yang tersebar diberbagai lokasi.
Paket Edukasi
Hingga Juni 2010, pengunjung bisa memanfaatkan program edukasi berupa paket pelajar. Pengunjung hanya dikenakan biaya Rp20 ribu dengan minimal 30 orang dan berlaku Senin-Jumat kecuali hari besar. Harga sudah termasuk tiket masuk, tiket waterboom, playground, tour aquarium, gazebo, live music, free wifi, dan asuransi.
Untuk siswa PAUD, TK, dan SD, tambahan nonton film satwa dengan teater khusus dan pengenalan jenis-jenis satwa. "Lembah Hijau merupakan tempat wisata satu-satunya di Lampung yang memiliki akuarium dengan jenis ikan unik yang berasal dari berbagai belahan dunia, seperti dari Sungai Amazon. Jadi selain bisa berlibur dengan nyaman, pengunjung juga bisa sambil belajar," kata Irwan.
Selain itu, dengan biaya Rp35 ribu, pengunjung bisa menikmati paket pelajar dan paket makan siang. Wow, sudah murah serta tersedia berbagai fasilitas dan wahana hiburan? Sudah pasti seru dan asyik deh. (IYAR JARKASIH/D-2)
Sumber: Lampung Post, Jumat, 18 Juni 2010
Nah, untuk dapat menikmati liburan dengan merasakan berbagai fasilitas yang lengkap, Anda bisa berkunjung ke Taman Wisata Lembah Hijau. Di tempat wisata yang terletak di Jalan Raden Imba Kesuma Ratu, Sukadanaham, Tanjungkarang Barat, ini Anda bisa menikmati berbagai wahana menarik seperti flying fox, kolam berenang dengan fasilitas waterboom, taman satwa, airsoft gun, outbound, play ground, high ropes, dan wahana menarik lainnya.
"Bahkan, saat ini, pengunjung Lembah Hijau sudah bisa menikmati wahana baru yakni permainan sepeda air," kata M. Irwan Nasution, komisaris utama Lembah Hijau, didampingi Manager Marketing Dharma Andarini, Rabu (16-6).
Kehadiran wahana baru berupa sepeda air di atas kolam berukuran 35 x 25 meter tersebut sebagai bentuk pelayanan Lembah Hijau untuk memberikan yang terbaik bagi setiap pengunjungnya. Pengunjung diharapkan dapat benar-benar merasakan kepuasan dalam berlibur di Lembah Hijau.
Di sini juga musala, serta mandi cuci kakus (MCK) yang tersebar diberbagai lokasi.
Paket Edukasi
Hingga Juni 2010, pengunjung bisa memanfaatkan program edukasi berupa paket pelajar. Pengunjung hanya dikenakan biaya Rp20 ribu dengan minimal 30 orang dan berlaku Senin-Jumat kecuali hari besar. Harga sudah termasuk tiket masuk, tiket waterboom, playground, tour aquarium, gazebo, live music, free wifi, dan asuransi.
Untuk siswa PAUD, TK, dan SD, tambahan nonton film satwa dengan teater khusus dan pengenalan jenis-jenis satwa. "Lembah Hijau merupakan tempat wisata satu-satunya di Lampung yang memiliki akuarium dengan jenis ikan unik yang berasal dari berbagai belahan dunia, seperti dari Sungai Amazon. Jadi selain bisa berlibur dengan nyaman, pengunjung juga bisa sambil belajar," kata Irwan.
Selain itu, dengan biaya Rp35 ribu, pengunjung bisa menikmati paket pelajar dan paket makan siang. Wow, sudah murah serta tersedia berbagai fasilitas dan wahana hiburan? Sudah pasti seru dan asyik deh. (IYAR JARKASIH/D-2)
Sumber: Lampung Post, Jumat, 18 Juni 2010
[Liburan] Liburan Sejuk di Hotel Bukit Randu
MEMASUKI masa liburan sekolah, berbagai agenda liburan tentu sudah Anda siapkan untuk bersama-sama menghabiskan waktu dengan keluarga. Nah, sebagai referensi mengisi liburan, terutama bagi Anda yang menginginkan nuansa pemandangan yang indah dengan udara yang sejuk serta menginginkan fasilitas yang lengkap, Bukit Randu Hotel dan Restoran bisa menjadi pilihan Anda.
Dengan nuansa sejuk, alami, dan pemandangan yang indah karena letaknya yang berada diatas bukit, menjadikan Bukit Randu yang terletak di Jalan Kamboja, Kebon Jeruk, Bandar Lampung, ini dirasa sangat memiliki kriteria yang baik dalam hal memenuhi keinginan Anda menghabiskan waktu liburan dengan penuh kesan dan kebahagiaan. Belum lagi, fasilitas lainnya yang ada di Bukit Randu tentu akan memanjakan Anda untuk dapat merasakan keistimewaan liburan di tempat ini, seperti ruang karaoke, restoran Jepang, kolam renang, dan kamar dengan berbagai tipe pilihan, di antaranya superior, superior king, superior business, vila superior, deluxe, deluxe business, suite, executive suite, dan president suite.
Selain itu, sebagai bentuk pelayanan dalam memberikan kemudahan dan sekaligus memanjakan konsumennya, dalam menyambut masa liburan ini, Bukit Randu sudah menyiapkan paket liburan menarik yang bisa dimanfaatkan pengunjung. "Mulai awal Juni 2010, kami menyediakan paket liburan dengan harga yang terjangkau tapi dengan fasilitas yang lengkap," kata Raban, sales and marketing manager Bukit Randu didampingi Agus Sriwendo selaku assistant manager food & bavarege (F&B).
Dengan Rp1 juta, pengunjung bisa mendapatkan berbagai fasilitas yang ada seperti menginap di kamar superior king selama 3 hari 2 malam, lalu makan pagi untuk 4 orang (2 dewasa dan 2 anak-anak), minuman selamat datang, oshibori, koran harian lokal, penjemputan dan pengantaran bandara-dalam kota, tiket masuk taman rekreasi, dan waterboom di Lembah Hijau.
Selain paket liburan, Bukit Randu juga menyiapkan paket khusus lainnya, berupa gratis karaoke. Pengunjung harus terlebih dahulu melakukan transaksi minimum sebesar Rp300 ribu dan nantinya bisa menikmati keceriaan dan bersantai sambil berkaraoke sepuasnya mulai dari pukul 12.00—pukul 17.00.
Bukit Randu juga menyediakan aneka menu pilihan yang tentunya dapat melengkapi nuansa liburan Anda. Rasanya lezat dengan harga relatif terjangkau seperti kepiting soka dengan harga Rp35 ribu, lalu udang selimut sutera Rp34.900, bafana squide Rp9500, dan gurame sauce rujak dengan harga Rp65 ribu.
Selain makanan, kata Agus, Bukit Randu juga menyediakan menu khusus, yakni siluet vaganza dan halimun organic, yang sudah tentu akan menghilangkan rasa dahaga Anda. (IYAR JARKASIH/D-2)
Sumber: Lampung Post, Jumat, 18 Juni 2010
Dengan nuansa sejuk, alami, dan pemandangan yang indah karena letaknya yang berada diatas bukit, menjadikan Bukit Randu yang terletak di Jalan Kamboja, Kebon Jeruk, Bandar Lampung, ini dirasa sangat memiliki kriteria yang baik dalam hal memenuhi keinginan Anda menghabiskan waktu liburan dengan penuh kesan dan kebahagiaan. Belum lagi, fasilitas lainnya yang ada di Bukit Randu tentu akan memanjakan Anda untuk dapat merasakan keistimewaan liburan di tempat ini, seperti ruang karaoke, restoran Jepang, kolam renang, dan kamar dengan berbagai tipe pilihan, di antaranya superior, superior king, superior business, vila superior, deluxe, deluxe business, suite, executive suite, dan president suite.
Selain itu, sebagai bentuk pelayanan dalam memberikan kemudahan dan sekaligus memanjakan konsumennya, dalam menyambut masa liburan ini, Bukit Randu sudah menyiapkan paket liburan menarik yang bisa dimanfaatkan pengunjung. "Mulai awal Juni 2010, kami menyediakan paket liburan dengan harga yang terjangkau tapi dengan fasilitas yang lengkap," kata Raban, sales and marketing manager Bukit Randu didampingi Agus Sriwendo selaku assistant manager food & bavarege (F&B).
Dengan Rp1 juta, pengunjung bisa mendapatkan berbagai fasilitas yang ada seperti menginap di kamar superior king selama 3 hari 2 malam, lalu makan pagi untuk 4 orang (2 dewasa dan 2 anak-anak), minuman selamat datang, oshibori, koran harian lokal, penjemputan dan pengantaran bandara-dalam kota, tiket masuk taman rekreasi, dan waterboom di Lembah Hijau.
Selain paket liburan, Bukit Randu juga menyiapkan paket khusus lainnya, berupa gratis karaoke. Pengunjung harus terlebih dahulu melakukan transaksi minimum sebesar Rp300 ribu dan nantinya bisa menikmati keceriaan dan bersantai sambil berkaraoke sepuasnya mulai dari pukul 12.00—pukul 17.00.
Bukit Randu juga menyediakan aneka menu pilihan yang tentunya dapat melengkapi nuansa liburan Anda. Rasanya lezat dengan harga relatif terjangkau seperti kepiting soka dengan harga Rp35 ribu, lalu udang selimut sutera Rp34.900, bafana squide Rp9500, dan gurame sauce rujak dengan harga Rp65 ribu.
Selain makanan, kata Agus, Bukit Randu juga menyediakan menu khusus, yakni siluet vaganza dan halimun organic, yang sudah tentu akan menghilangkan rasa dahaga Anda. (IYAR JARKASIH/D-2)
Sumber: Lampung Post, Jumat, 18 Juni 2010
[Liburan] Kurnia Perdana Beri Harga Spesial Liburan
MEMASUKI liburan sekolah, Hotel Kurnia Perdana dan Kurnia Dua memberikan beragam promosi untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat yang hendak menghabiskan waktu liburan bersama keluarga.
Menurut Lekat Rahman, Operation Manager Kurnia Perdana, paket bulanan hingga akhir tahun 2010 itu berupa harga spesial untuk seluruh tipe kamar, yakni tipe standar, superior, dan deluxe serta produk lainnya, seperti makanan dan minuman hingga sebesar 20%-30% dari tarif normal.
Kamar hotel melati dengan fasilitas hotel berbintang yang terletak di Jalan Raden Intan, Bandar Lampung, ini bisa dimanfaatkan masyarakat hanya dengan harga Rp150 ribu--Rp280 ribu/malam. Harga tersebut sudah termasuk sarapan pagi, koran lokal, dan minuman selamat datang. "Promo ini sebagai bentuk layanan kami untuk memberi kemudahan bagi masyarakat yang ingin berlibur," kata Lekat, Selasa (15-6).
Menurut Lekat, fasilitas yang bisa didapatkan pengunjung di Hotel Kurnia Perdana atau Kurnia II yakni tempat yang nyaman, restoran, ruang rapat, laundry, lif, kunci elektrik untuk semua kamar, ruang kamar full AC, lemari es, televisi, air panas dan air dingin, serta free Wifi di semua ruangan, mulai dari lobi hingga kamar. "Untuk semua fasilitas, kami menggunakan standar hotel berbintang," kata Lekat.
Kurnia Hotel juga memberikan layanan antar-jemput pengunjung yang hendak melakukan kunjungan, seperti ke tempat wisata. Kelebihan lainnya, kata Lekat, Hotel Kurnia Perdana dan Kurnia II berada di tengah-tengah kota sehingga memberi kemudahan bagi pengunjung untuk melakukan akses ke berbagai tempat.
Selain itu, dalam rangka musim Piala Dunia 2010, Kurnia Perdana juga memberikan fasilitas tambahan yang bisa dimanfaatkan pengunjung hotel untuk menyaksikan setiap pertandingan sepak bola sejagat tersebut dalam kemasan nonton bareng (nobar) Piala Dunia secara gratis.
"Acara ini sebagai dedikasi khusus yang kami berikan kepada setiap pengunjung hotel untuk menyaksikan pertandingan Piala Dunia beramai-ramai," kata Lekat.
Selain diberikan secara gratis, untuk acara nobar ini Hotel Kurnia Perdana menyiapkan layar lebar dengan LCD dan sound yang berkualitas sehingga, kata Lekat, pengunjung yang mengikuti nobar tersebut dapat benar-benar merasakan serunya atmosfer Piala Dunia. IYAR JARKASIH /D-2
Sumber: Lampung Post, Jumat, 18 Juni 2010
Menurut Lekat Rahman, Operation Manager Kurnia Perdana, paket bulanan hingga akhir tahun 2010 itu berupa harga spesial untuk seluruh tipe kamar, yakni tipe standar, superior, dan deluxe serta produk lainnya, seperti makanan dan minuman hingga sebesar 20%-30% dari tarif normal.
Kamar hotel melati dengan fasilitas hotel berbintang yang terletak di Jalan Raden Intan, Bandar Lampung, ini bisa dimanfaatkan masyarakat hanya dengan harga Rp150 ribu--Rp280 ribu/malam. Harga tersebut sudah termasuk sarapan pagi, koran lokal, dan minuman selamat datang. "Promo ini sebagai bentuk layanan kami untuk memberi kemudahan bagi masyarakat yang ingin berlibur," kata Lekat, Selasa (15-6).
Menurut Lekat, fasilitas yang bisa didapatkan pengunjung di Hotel Kurnia Perdana atau Kurnia II yakni tempat yang nyaman, restoran, ruang rapat, laundry, lif, kunci elektrik untuk semua kamar, ruang kamar full AC, lemari es, televisi, air panas dan air dingin, serta free Wifi di semua ruangan, mulai dari lobi hingga kamar. "Untuk semua fasilitas, kami menggunakan standar hotel berbintang," kata Lekat.
Kurnia Hotel juga memberikan layanan antar-jemput pengunjung yang hendak melakukan kunjungan, seperti ke tempat wisata. Kelebihan lainnya, kata Lekat, Hotel Kurnia Perdana dan Kurnia II berada di tengah-tengah kota sehingga memberi kemudahan bagi pengunjung untuk melakukan akses ke berbagai tempat.
Selain itu, dalam rangka musim Piala Dunia 2010, Kurnia Perdana juga memberikan fasilitas tambahan yang bisa dimanfaatkan pengunjung hotel untuk menyaksikan setiap pertandingan sepak bola sejagat tersebut dalam kemasan nonton bareng (nobar) Piala Dunia secara gratis.
"Acara ini sebagai dedikasi khusus yang kami berikan kepada setiap pengunjung hotel untuk menyaksikan pertandingan Piala Dunia beramai-ramai," kata Lekat.
Selain diberikan secara gratis, untuk acara nobar ini Hotel Kurnia Perdana menyiapkan layar lebar dengan LCD dan sound yang berkualitas sehingga, kata Lekat, pengunjung yang mengikuti nobar tersebut dapat benar-benar merasakan serunya atmosfer Piala Dunia. IYAR JARKASIH /D-2
Sumber: Lampung Post, Jumat, 18 Juni 2010
[Liburan] Nikmati Panorama Alam dari Menara Siger
SEBUAH tugu bernama Menara Siger yang menancap di puncak sebelah timur ujung Pulau Sumatera, tepatnya di Pelabuhan Bakauheni, Lamsel, perlahan-lahan menjadi alternatif, khususnya bagi warga sekitar Lamsel, untuk menikmati paronama alam. Untuk itu, tidak ada salahnya menjadikan tugu berornamen Lampung tersebut sebagai pilihan untuk berwisata pada libur panjang sekolah yang sebentar lagi tiba.
Selain berwisata, setiap Jumat dan Minggu ikon Lampung ini juga sering digunakan untuk kegiatan sosial ekonomi dan keagamaan.
Menuju menara dengan lebar bangunan 32 m, panjang 50 m, tinggi 32 meter, dan memiliki 6 lantai ini tak sulit. Lokasinya hanya 200 meter dari jalan lintas Sumatera, tepatnya di belakang Pasar Bakauheni. Begitu juga bagi pengunjung yang melalui jalan lintas pantai timur (jalinpantim), bisa langsung masuk ke dalam Menara Siger sebelum melewati Pasar Bakauheni.
Semilir angin laut di pergantian musim kering dan musim hujan menghadirkan dingin yang cukup ekstrem. Pada waktu tertentu, panas yang terik bagai memanggang tubuh. Tetapi sesaat kemudian, bisa jadi teduh mega memayungi wilayah Bakauheni dan mengundang hujan, menyulut cuaca hingga menembus tulang. Demikianlah jika musim pancaroba menerpa kawasan tersebut.
Kapal feri yang mengantar penumpang dari Merak, Banten, menuju Bakauheni, dan sebaliknya menarik perhatian ratusan pasang mata yang berada di atas Menara Siger. Sebaliknya, pandangan seluruh penumpang tertuju kepada seunit bangunan menjulang berwarna kuning bertanduk sembilan di atas bukit. Kemegahan terlihat karena bangunan itu seperti memahkotai seonggok bukit yang mengerucut di tengah belukar dan latar bukit-bukit lain.
Ada beberapa menara telekomunikasi, tugu pintu gerbang, dan baliho-baliho iklan produk perusahaan, tetapi menara itu mendominasi pemandangan.
Bangunan megah berbentuk mahkota wanita pakaian adat Lampung yang agung ini dirancang sebagai menara pandang di atas bangunan-bangunan serbaguna dan sekat-sekat khusus untuk berbagai keperluan acara, terutama yang bernuansa budaya Lampung. Kebesaran Lampung memang tidak sesempit bangunan kompleks Menara Siger yang hanya berada di atas bukit.
Selain bangunan utama yang luas, juga terdapat selasar dan halaman dengan berbagai pondok untuk berbagai fungsi. Tangga beton yang tinggi dan lebar terlihat dari arah laut, menata kemiringan bukit. Juga bangunan-bangunan pendukung lain yang dipandu taman hijau dan halaman ber-paving block, membuat kemegahan kompleks bangunan itu terlihat bersih dan berlatar lebar.
Masih dari lantai 6 Menara Siger, pandangan yang terlempar tidak hanya ke Pelabuhan Bakauheni. Di belakang menara itu, jalur jalan yang berkelok mendaki bukit-bukit ke arah Bandar Lampung juga tampak jelas. Kendaraan berbagai jenis seperti semut mengantre, menunggu giliran menuju tempat tujuan. Jika malam hari, sinar lampu-lampu kendaraan itu seperti barisan kunang-kunang menembus kegelapan malam. Sementara itu, rerimbunan berbagai pohon menghijaukan pandangan sekitarnya.
Mengalihkan pandangan ke sisi lain, pulau-pulau di seputar Bakauheni memang memiliki pesona cukup menarik hati. Di sebelah kanan, kecipak nelayan pancing dengan perahu katir dan dayung menunggu umpan disambar ikan. Gelombang yang relatif bersahabat membuat pantai di pulau-pulau itu terlihat utuh berpagar pohon-pohon bakau yang merimbun. AAN KRIDOLAKSONO/D-2
Sumber: Lampung Post, Jumat, 18 Juni 2010
Selain berwisata, setiap Jumat dan Minggu ikon Lampung ini juga sering digunakan untuk kegiatan sosial ekonomi dan keagamaan.
Menuju menara dengan lebar bangunan 32 m, panjang 50 m, tinggi 32 meter, dan memiliki 6 lantai ini tak sulit. Lokasinya hanya 200 meter dari jalan lintas Sumatera, tepatnya di belakang Pasar Bakauheni. Begitu juga bagi pengunjung yang melalui jalan lintas pantai timur (jalinpantim), bisa langsung masuk ke dalam Menara Siger sebelum melewati Pasar Bakauheni.
Semilir angin laut di pergantian musim kering dan musim hujan menghadirkan dingin yang cukup ekstrem. Pada waktu tertentu, panas yang terik bagai memanggang tubuh. Tetapi sesaat kemudian, bisa jadi teduh mega memayungi wilayah Bakauheni dan mengundang hujan, menyulut cuaca hingga menembus tulang. Demikianlah jika musim pancaroba menerpa kawasan tersebut.
Kapal feri yang mengantar penumpang dari Merak, Banten, menuju Bakauheni, dan sebaliknya menarik perhatian ratusan pasang mata yang berada di atas Menara Siger. Sebaliknya, pandangan seluruh penumpang tertuju kepada seunit bangunan menjulang berwarna kuning bertanduk sembilan di atas bukit. Kemegahan terlihat karena bangunan itu seperti memahkotai seonggok bukit yang mengerucut di tengah belukar dan latar bukit-bukit lain.
Ada beberapa menara telekomunikasi, tugu pintu gerbang, dan baliho-baliho iklan produk perusahaan, tetapi menara itu mendominasi pemandangan.
Bangunan megah berbentuk mahkota wanita pakaian adat Lampung yang agung ini dirancang sebagai menara pandang di atas bangunan-bangunan serbaguna dan sekat-sekat khusus untuk berbagai keperluan acara, terutama yang bernuansa budaya Lampung. Kebesaran Lampung memang tidak sesempit bangunan kompleks Menara Siger yang hanya berada di atas bukit.
Selain bangunan utama yang luas, juga terdapat selasar dan halaman dengan berbagai pondok untuk berbagai fungsi. Tangga beton yang tinggi dan lebar terlihat dari arah laut, menata kemiringan bukit. Juga bangunan-bangunan pendukung lain yang dipandu taman hijau dan halaman ber-paving block, membuat kemegahan kompleks bangunan itu terlihat bersih dan berlatar lebar.
Masih dari lantai 6 Menara Siger, pandangan yang terlempar tidak hanya ke Pelabuhan Bakauheni. Di belakang menara itu, jalur jalan yang berkelok mendaki bukit-bukit ke arah Bandar Lampung juga tampak jelas. Kendaraan berbagai jenis seperti semut mengantre, menunggu giliran menuju tempat tujuan. Jika malam hari, sinar lampu-lampu kendaraan itu seperti barisan kunang-kunang menembus kegelapan malam. Sementara itu, rerimbunan berbagai pohon menghijaukan pandangan sekitarnya.
Mengalihkan pandangan ke sisi lain, pulau-pulau di seputar Bakauheni memang memiliki pesona cukup menarik hati. Di sebelah kanan, kecipak nelayan pancing dengan perahu katir dan dayung menunggu umpan disambar ikan. Gelombang yang relatif bersahabat membuat pantai di pulau-pulau itu terlihat utuh berpagar pohon-pohon bakau yang merimbun. AAN KRIDOLAKSONO/D-2
Sumber: Lampung Post, Jumat, 18 Juni 2010
[Liburan] Wisata Budaya dan Alam ke Tulangbawang
MENGUNJUNGI objek wisata budaya dapat menjadi pilihan mengisi liburan. Selain waktu liburan bermanfaat, pengetahuan, dan mungkin cinta budaya sendiri juga kian bertambah.
Ada banyak pilihan, misalnya di Tulangbawang, Lampung Timur, dan Way Kanan.
Miniatur berbagai rumah adat rumah adat dan budaya di kawasan perbukitan Cakatraya, Tulangbawang, memang masih dalam proses pembangunan. Tapi, sebagian sudah dapat dinikmati, setidaknya, rumah adat Jawa, Bali, Padang, Batak, dan Candi Prambanan.
Ke depan di sini akan dibuat miniatur dunia fantasi yang berkiblat kepada Dunia Fantasi Jakarta. Pembangunannya bekerja sama dengan Dufan Jakarta.
Selain miniatur rumah adat, di Tulangbawang juga terdapat objek wisata lain, seperti:
1. Makam dari peninggalan Kerajaan Tulangbawang dan makan-makam yang diyakini penduduk setempat sangat keramat.
2. Way Tulangbawang.
Way Tulangbawang merupakan sungai terbesar di Lampung dengan lebar 200 meter. Sungai yang melintasi Kota Menggala ini akan dijadikan arena olahraga rutin tahunan, seperti lomba perahu hias, lomba dayung, dan lomba memancing. Ke depan di sini juga akan dibangun rumah terapung, pusat penjualan makanan khas, dan suvenir daerah Tulangbawang
3. Wisata Rawa Pitu
Rawa Pitu, Kecamatan Gedungaji, merupakan satu areal konservasi di Kabupaten Tulangbawang. Di sini terdapat berbagai macam tipe vegetasi tropis dan hewan tropis serta ratusan spesies burung yang berimigran antarbenua.
4. Danau Wirabangun
Danau ini terletak di Kecamatan Simpangpematang dan saat ini dimiliki Kabupaten Mesuji. Dari danau tersebut para wisatawan dapat melihat indahnya pemandangan danau serta banyak terdapat wisata kuliner khas Jawa, Lampung, dan Padang.
5. Danau Bawang Bambu
Danau Bawang Bambu, Kecamatan Pagardewa, Tulangbawang Barat, merupakan danau dengan pemandangan indah, biasa digunakan sebagai tempat mencari ikan para nelayan setempat.
6. Kuala Teladas.
Jika mengunjungi kawasan ini akan menyaksikan banyak perkampungan masyarakat air, seperti keramba untuk memelihara ikan baung, patin, mas serta ikan lainnya
7. Bujung Tenuk dan Bawang Latak
Keduanya terletak di tengah-tengah Kota Menggala, dan merupakan wisata musiman. Jika musim hujan tiba, tempat tersebut terlihat seperti danau yang sangat luas dan ditumbuhi pepohonan serta biota sungai dan biota darat lainnya.
8. Rawa Pacing.
Jika berkunjung ke Rawa pacing, sebaiknya saat musim hujan. Sebab, setiap musim hujan Rawa Pacing menjadi tempat transit ratusan macam burung langka, termasuk burung dari Australia yang hijrah cukup lama di kawasan ini.
9. Wisata Budaya Sesat Agung yang tempat tersebut adalah tempat atau terdapat rumah adat yang dibangun sesuai dengan marga yang berjumlah empat marga. (RIAN PRANATA/D-2)
Sumber: Lampung Post, Jumat, 18 Juni 2010
Ada banyak pilihan, misalnya di Tulangbawang, Lampung Timur, dan Way Kanan.
Miniatur berbagai rumah adat rumah adat dan budaya di kawasan perbukitan Cakatraya, Tulangbawang, memang masih dalam proses pembangunan. Tapi, sebagian sudah dapat dinikmati, setidaknya, rumah adat Jawa, Bali, Padang, Batak, dan Candi Prambanan.
Ke depan di sini akan dibuat miniatur dunia fantasi yang berkiblat kepada Dunia Fantasi Jakarta. Pembangunannya bekerja sama dengan Dufan Jakarta.
Selain miniatur rumah adat, di Tulangbawang juga terdapat objek wisata lain, seperti:
1. Makam dari peninggalan Kerajaan Tulangbawang dan makan-makam yang diyakini penduduk setempat sangat keramat.
2. Way Tulangbawang.
Way Tulangbawang merupakan sungai terbesar di Lampung dengan lebar 200 meter. Sungai yang melintasi Kota Menggala ini akan dijadikan arena olahraga rutin tahunan, seperti lomba perahu hias, lomba dayung, dan lomba memancing. Ke depan di sini juga akan dibangun rumah terapung, pusat penjualan makanan khas, dan suvenir daerah Tulangbawang
3. Wisata Rawa Pitu
Rawa Pitu, Kecamatan Gedungaji, merupakan satu areal konservasi di Kabupaten Tulangbawang. Di sini terdapat berbagai macam tipe vegetasi tropis dan hewan tropis serta ratusan spesies burung yang berimigran antarbenua.
4. Danau Wirabangun
Danau ini terletak di Kecamatan Simpangpematang dan saat ini dimiliki Kabupaten Mesuji. Dari danau tersebut para wisatawan dapat melihat indahnya pemandangan danau serta banyak terdapat wisata kuliner khas Jawa, Lampung, dan Padang.
5. Danau Bawang Bambu
Danau Bawang Bambu, Kecamatan Pagardewa, Tulangbawang Barat, merupakan danau dengan pemandangan indah, biasa digunakan sebagai tempat mencari ikan para nelayan setempat.
6. Kuala Teladas.
Jika mengunjungi kawasan ini akan menyaksikan banyak perkampungan masyarakat air, seperti keramba untuk memelihara ikan baung, patin, mas serta ikan lainnya
7. Bujung Tenuk dan Bawang Latak
Keduanya terletak di tengah-tengah Kota Menggala, dan merupakan wisata musiman. Jika musim hujan tiba, tempat tersebut terlihat seperti danau yang sangat luas dan ditumbuhi pepohonan serta biota sungai dan biota darat lainnya.
8. Rawa Pacing.
Jika berkunjung ke Rawa pacing, sebaiknya saat musim hujan. Sebab, setiap musim hujan Rawa Pacing menjadi tempat transit ratusan macam burung langka, termasuk burung dari Australia yang hijrah cukup lama di kawasan ini.
9. Wisata Budaya Sesat Agung yang tempat tersebut adalah tempat atau terdapat rumah adat yang dibangun sesuai dengan marga yang berjumlah empat marga. (RIAN PRANATA/D-2)
Sumber: Lampung Post, Jumat, 18 Juni 2010
[Liburan] Segarnya Mandi di Air Terjun
MANDI di air terjun? Wow....pasti segar banget. Berminat? Ini beberapa pilihan untuk Anda:
1. Air Terjun Way Lalaan
Air terjun Way Lalaan merupakan air terjun bertingkat dengan jarak satu sama lainnya sekitar 200 meter, berasal dari aliran Way Lalaan yang bermuara ke Teluk Semangka. Letaknya di di Gunung Tanggamus dengan jarak 2 km dari pusat pemerintahan Kabupaten Tanggamus atau 80 km dari Bandar Lampung.
Air terjun ini telah dikenal sejak 1937, yaitu pada zaman pemerintahan kolonial Belanda yang telah membuat tangga semen menuju lembah air terjun. Fasilitas yang tersedia yaitu selter, kamar ganti pakaian, musala, dan pelataran parkir.
Berkendaraan dengan kecepatan sedang, 15 menit dari Batu Keramat tiba di Pekon Way Lalaan. Masuk 100 m dari sisi kiri jalan objek wisata tirta air terjun Way Lalaan layak dikunjungi. Tumpahan air terjun dari ketinggian 11 m menciptakan bunyi gemuruh yang sayup-sayup mulai terdengar sejak anak tangga teratas jalan masuk menurun sepanjang 75 m.
2. Air Terjun Curup Gangsa
Terletak di kaki bukit Dusun Tanjungraya, Kampung Kutaway, Kecamatan Kasui, Way Kanan. Air terjun ini bersumber dari patahan Way Tangkas yang mengalir dari relung-relung punggung Bukit Punggur meliuk-liuk melalui Dusun Tanjungkurung, Lebak Peniangan, dengan ketinggian 50 m, diselimuti kabut serta belaian desir angin semilir beterbangan membawa embun yang sejuk menambah suasana semakin alami.
Pada saat tengah malam dalam suasana sepi sering terdengar suara gemerincing bagaikan suara seruling Gangsa. Konon dari suara inilah nama Curup Gangsa oleh masyarakat sekitar menjadi nama objek wisata, yang berjarak 50 km dari pusat ibu kota Kabupaten Way Kanan.
3. Air Terjun Putri Malu
Terletak di Kampung Jukubatu, Kecamatan Banjit, 46 km dari ibu kota Kabupaten Way Kanan, yakni Blambangan Umpu, dengan ketinggian 100 m. Air terjun jatuh ke bawah melengkung lembayung menyerupai punggung manusia yang sedang mandi. Hal inilah yang mendasari curup ini dinamakan Putri Malu yang asri berpadu indahnya panorama hijau pegunungan yang sambung menyambung diselimuti hutan alam tropis basah yang masih "perawan".
4. Air Terjun Sepapah Kiri dan Sepapah Kanan
Anda yang gemar melakukan kegiatan alam bebas, air terjun ini menjanjikan petualangan yang mengasyikkan. Dengan vegetasi hutan tropis yang rapat ditingkahi gemercik suara sungai, sungguh merupakan suatu keharmonisan yang indah. Air terjun ini berlokasi di Pekon Kubuperahu, Kecamatan Balikbukit (dari Liwa sekitar 20 menit ke arah Krui ditambah jalan kaki selama 3 jam menuju lokasi).
5. Air Terjun Tambakjaya
Air terjun ini berlokasi di Pekon Tambakjaya, Kecamatan Way Tenong (dari Liwa 49 km ke arah Tanjungkarang). Luas kawasan air terjun Tambakjaya ini memiliki luas wilayah 1 ha. Dengan suhu udara rata-rata 25-28 derajat Celsius dan memiliki konfigurasi berbukit, lembah, dan sungai merupakan pemandangan yang pas dan bagus untuk fotografi. Selain menikmati pemandangan air terjun, di sini kita bisa mandi-mandi, bermain air, berenang, dan menyelam.
(Dari Berbagai Sumber/D-2)
Sumber: Lampung Post, Jumat, 18 Juni 2010
1. Air Terjun Way Lalaan
Air terjun Way Lalaan merupakan air terjun bertingkat dengan jarak satu sama lainnya sekitar 200 meter, berasal dari aliran Way Lalaan yang bermuara ke Teluk Semangka. Letaknya di di Gunung Tanggamus dengan jarak 2 km dari pusat pemerintahan Kabupaten Tanggamus atau 80 km dari Bandar Lampung.
Air terjun ini telah dikenal sejak 1937, yaitu pada zaman pemerintahan kolonial Belanda yang telah membuat tangga semen menuju lembah air terjun. Fasilitas yang tersedia yaitu selter, kamar ganti pakaian, musala, dan pelataran parkir.
Berkendaraan dengan kecepatan sedang, 15 menit dari Batu Keramat tiba di Pekon Way Lalaan. Masuk 100 m dari sisi kiri jalan objek wisata tirta air terjun Way Lalaan layak dikunjungi. Tumpahan air terjun dari ketinggian 11 m menciptakan bunyi gemuruh yang sayup-sayup mulai terdengar sejak anak tangga teratas jalan masuk menurun sepanjang 75 m.
2. Air Terjun Curup Gangsa
Terletak di kaki bukit Dusun Tanjungraya, Kampung Kutaway, Kecamatan Kasui, Way Kanan. Air terjun ini bersumber dari patahan Way Tangkas yang mengalir dari relung-relung punggung Bukit Punggur meliuk-liuk melalui Dusun Tanjungkurung, Lebak Peniangan, dengan ketinggian 50 m, diselimuti kabut serta belaian desir angin semilir beterbangan membawa embun yang sejuk menambah suasana semakin alami.
Pada saat tengah malam dalam suasana sepi sering terdengar suara gemerincing bagaikan suara seruling Gangsa. Konon dari suara inilah nama Curup Gangsa oleh masyarakat sekitar menjadi nama objek wisata, yang berjarak 50 km dari pusat ibu kota Kabupaten Way Kanan.
3. Air Terjun Putri Malu
Terletak di Kampung Jukubatu, Kecamatan Banjit, 46 km dari ibu kota Kabupaten Way Kanan, yakni Blambangan Umpu, dengan ketinggian 100 m. Air terjun jatuh ke bawah melengkung lembayung menyerupai punggung manusia yang sedang mandi. Hal inilah yang mendasari curup ini dinamakan Putri Malu yang asri berpadu indahnya panorama hijau pegunungan yang sambung menyambung diselimuti hutan alam tropis basah yang masih "perawan".
4. Air Terjun Sepapah Kiri dan Sepapah Kanan
Anda yang gemar melakukan kegiatan alam bebas, air terjun ini menjanjikan petualangan yang mengasyikkan. Dengan vegetasi hutan tropis yang rapat ditingkahi gemercik suara sungai, sungguh merupakan suatu keharmonisan yang indah. Air terjun ini berlokasi di Pekon Kubuperahu, Kecamatan Balikbukit (dari Liwa sekitar 20 menit ke arah Krui ditambah jalan kaki selama 3 jam menuju lokasi).
5. Air Terjun Tambakjaya
Air terjun ini berlokasi di Pekon Tambakjaya, Kecamatan Way Tenong (dari Liwa 49 km ke arah Tanjungkarang). Luas kawasan air terjun Tambakjaya ini memiliki luas wilayah 1 ha. Dengan suhu udara rata-rata 25-28 derajat Celsius dan memiliki konfigurasi berbukit, lembah, dan sungai merupakan pemandangan yang pas dan bagus untuk fotografi. Selain menikmati pemandangan air terjun, di sini kita bisa mandi-mandi, bermain air, berenang, dan menyelam.
(Dari Berbagai Sumber/D-2)
Sumber: Lampung Post, Jumat, 18 Juni 2010