Oleh Arman AZ
BARON
Sloet van de Beele menjabat Gubernur Jenderal di Hindia Belanda tahun 1861
sampai 1866. Pada era itu, dia mengoleksi sejumlah naskah beraksara Lampung.
Naskah yang ditulis di kulit kayu, kulit hewan, rotan, tanduk, dan kertas itu
berasal dari beberapa tempat, seperti Krui dan Menggala. Oleh Baron, sekitar 40
naskah itu diserahkan kepada Van der Tuuk untuk
diteliti dan ditransliterasi ke bahasa Prancis. Hasil telaah Van der
Tuuk atas permintaan Baron itu kemudian menjadi manuskrip berjudul Les Manuscrits Lampongs.
Dalam
buku Khazanah Naskah, Panduan Koleksi
Naskah-naskah Indonesia Sedunia, karya Henri Chambert-Loir dan Oman
Fathurahman, terbitan YOI-Ecole Francaise d’Extreme-Orient (1999) diterakan bahwa
”Sampai sekarang ini, buku tesebut
merupakan sumber utama tentang tulisan Lampung”. Istilah “sumber utama” ini
nampaknya terburu-buru, jika tidak ingin
disebut keliru, karena dari penelusuran data, sampai saat ini belum ditemukan
hasil kajian atau hasil penelitian mengenai isi Les Manuscrits Lampongs.