BANDAR LAMPUNG (LampostOnline): Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandar Lampung sedang menggalang dana untuk biaya sewa kantor. Ketua AJI Bandar Lampung Wakos Reza Gautama siang ini mengatakan AJI butuh Rp20 juta untuk biaya kantor selama dua tahun. Ikhtiar yang dilakukan organisasi profesi pers yang tegas dalam aturan soal suap ini ialah menjual buku Mamak Kenut: Orang Lampung Punya Celoteh karya Udo Z Karzi.
Udo Z Karzi, kata Wakos, adalah anggota AJI yang bekerja sebagai jurnalis di Lampung Post. Buku yang dicetak Indepth Publishing--unit penerbitan AJI--ini berjumlah 500 eksemplar dan menjualnya per buah Rp50 ribu. "Alhamdulillah dalam sehari terjual hampir 200 eksemplar. Kami berharap semua anggota bisa berkontribusi menjualkan," ujar Wakos yang bekerja di Tribun Lampung ini.
Usaha ini, tambah Wakos, juga cerminan kemandirian AJI dalam berusaha. Wakos menegaskan, AJI Bandar Lampung ingin menjadi pelopor untuk kota lain agar mandiri dalam mengupayakan sewa kantor dan seabrek aktivitasnya. "Ini juga wujud independensi kami dari pemberian pihak lain yang bakal mengikat organisasi sehingga berpengaruh pada kemerdekaan jurnalis dalam bekerja."
Sementara Oki Hajiansyah Wahab, pengurus AJI yang juga Manajer Pemasaran Indepth Publishing, menambahkan buku Mamak Kenut memang dicetak dengan dana AJI dan dijual untuk pembiayaan sewa sekretariat. Buku dicetak sebanyak 500 eksemplar dan dipasarkan kepada khalayak ramai. Hingga kini, ujar aktivis Yabima itu, Indepth telah menerbitkan delapan buku. Oki menjelaskan gebyar penggalangan dana ini juga banyak dibantu para senior organisasi pers yang berdiri pada 7 Agustus 1994 itu.
Sementara itu, anggota Majelis Etik AJI yang juga Direktur Pelaksana PKBI Lampung, Herdi Mansyah, beberapa waktu lalu mengusulkan agar AJI mengusahakan kantor permanen. Sebab, dengan begitu, persoalan sewa kantor saban tahun bisa diselesaikan.
"Memang butuh banyak dana. Tapi saya yakin, dengan integritas AJI dan penggiatnya selama ini, insya Allah banyak yang mau membantu. Ya tidak setahun dua tahun. Mungkin lima sampai sepuluh tahun. Kalau tidak dimulai, memang berat. Tapi kalau sudah dimulakan, akan ringan," ujar Herdi Mansyah. (ASP/L-1)
Sumber: Lampung Post, Senin, 27 Agustus 2012
Udo Z Karzi, kata Wakos, adalah anggota AJI yang bekerja sebagai jurnalis di Lampung Post. Buku yang dicetak Indepth Publishing--unit penerbitan AJI--ini berjumlah 500 eksemplar dan menjualnya per buah Rp50 ribu. "Alhamdulillah dalam sehari terjual hampir 200 eksemplar. Kami berharap semua anggota bisa berkontribusi menjualkan," ujar Wakos yang bekerja di Tribun Lampung ini.
Usaha ini, tambah Wakos, juga cerminan kemandirian AJI dalam berusaha. Wakos menegaskan, AJI Bandar Lampung ingin menjadi pelopor untuk kota lain agar mandiri dalam mengupayakan sewa kantor dan seabrek aktivitasnya. "Ini juga wujud independensi kami dari pemberian pihak lain yang bakal mengikat organisasi sehingga berpengaruh pada kemerdekaan jurnalis dalam bekerja."
Sementara Oki Hajiansyah Wahab, pengurus AJI yang juga Manajer Pemasaran Indepth Publishing, menambahkan buku Mamak Kenut memang dicetak dengan dana AJI dan dijual untuk pembiayaan sewa sekretariat. Buku dicetak sebanyak 500 eksemplar dan dipasarkan kepada khalayak ramai. Hingga kini, ujar aktivis Yabima itu, Indepth telah menerbitkan delapan buku. Oki menjelaskan gebyar penggalangan dana ini juga banyak dibantu para senior organisasi pers yang berdiri pada 7 Agustus 1994 itu.
Sementara itu, anggota Majelis Etik AJI yang juga Direktur Pelaksana PKBI Lampung, Herdi Mansyah, beberapa waktu lalu mengusulkan agar AJI mengusahakan kantor permanen. Sebab, dengan begitu, persoalan sewa kantor saban tahun bisa diselesaikan.
"Memang butuh banyak dana. Tapi saya yakin, dengan integritas AJI dan penggiatnya selama ini, insya Allah banyak yang mau membantu. Ya tidak setahun dua tahun. Mungkin lima sampai sepuluh tahun. Kalau tidak dimulai, memang berat. Tapi kalau sudah dimulakan, akan ringan," ujar Herdi Mansyah. (ASP/L-1)
Sumber: Lampung Post, Senin, 27 Agustus 2012