Kapanlagi.com - Lahirnya karya sastra berkualitas yang memiliki keterkaitan dengan nilai-nilai budaya suatu daerah, semestinya didahului sebuah riset oleh pembuat karya tersebut, kata sejumlah sastrawan di Lampung.
Menurut Zulkarnain Zubairi, sastrawan muda yang mengkhususkan pula pada penciptaan, penerjemahan dan pembacaan puisi berbahasa daerah Lampung di Bandar Lampung, Selasa, tanpa didahului riset atau pengetahuan dan pendalaman yang baik tentang objek budaya yang hendak ditulis, akan sulit menghasilkan karya sastra dengan akar budaya kuat.
Ia mengakui, budaya Lampung hanya mengenal tradisi sastra lisan, sehingga sulit mendapatkan peninggalan karya sastra yang dalam bentuk tertulis.
"Akibatnya, hanya sedikit karya yang terkait dengan akar budaya di daerahnya sendiri yang dihasilkan para sastrawan Lampung," katanya.
Padahal para seniman dan satrawan Lampung mulai dikenal dengan karya-karyanya diakui secara nasional, bahkan mancanegara.
Namun sejumlah dokumen lama dan kuno masih bisa ditemukan, baik yang masih dalam bentuk naskah dengan bahasa daerah maupun naskah terjemahan bahasa Indonesia.
Peneliti kebudayaan Lampung, Fauzi Nurdin malah menyebutkan adanya sejumlah dokumen ilmiah tentang adat dan tradisi Lampung yang ditulis oleh orang asing dan diterbitkan di negara lain.
Kendati begitu, menurut dia, berbagai literatur yang ada berkaitan adat, tradisi dan kebudayaan Lampung tetap diperlukan sebagai rujukan bagi seniman atau sastrawan yang hendak mendalami untuk memberi warna pada karya sastra yang dihasilkannya.
Sastrawan kondang asal Lampung, Isbedy Stiawan ZS mengingatkan, adanya beberapa kasus sastrawan di Lampung yang nyaris menjadi korban.
"Ketika para sastrawan menghasilkan karya yang kemudian dipublikasikan namun di belakang hari kemudian dinilai oleh kalangan adat di daerahnya sebagai tidak memahami dan menghargai adat tradisi yang ada," katanya.
Cerpenis muda, Dyah Indra Mertawirana mengaku, kendati termasuk pendatang dari luar Lampung, dia dikenal eksis sebagai sastrawan setelah berada di Lampung namun hingga kini belum satupun karya sastra yang memiliki akar budaya di daerah itu pernah dihasilkannya.
"Saya tengah melakukan riset untuk mengumpulkan bahan-bahan yang mengangkat tema akar budaya Lampung, tapi hingga saat ini belum rampung sehingga belum ada karya yang dapat dihasilkan," katanya. (*/erl)
Sumber: Kapanlagi.com, Selasa, 24 Mei 2005
No comments:
Post a Comment