MENIKMATI keindahan alam sekaligus melatih telapak kaki melakukan refleksi menjadi perpaduan yang menguntungkan. Pikiran fresh, tubuh sehat.
Jutaan akar dari tetumbuhan lestari di puncak Gunung Betung, Pesawaran, meneteskan bulir air bening secara perlahan. Sumber kehidupan itu meresap ke tanah, bersatu dengan air dari akar lain, lalu meleleh tertarik gravitasi mengikuti kontur tanah. Alur-alur terbentuk, kemudian membesar dan menjadi sungai.
Tanpa lelah, menempuh perjalanan puluhan kilometer membawa kerikil dan zat mineral lainnya, air jernih itu sampai ke Kali Ciarum, Desa Cipadang, Gedongtataan, Pesawaran. Alirannya membelah kebun karet milik PTP Nusantara 7 Unit Usaha Way Lima dan terus turun hingga Gedongtataan.
Tak jauh di belakang kompleks perkantoran perusahaan BUMN itu, air tergelar datar cukup jembar. Batu-batu kerikil berbentuk bulat, lonjong, tumpul berdiameter paling kecil hingga belasan sentimeter membentuk tanah lapang. Beberapa lokasi sudah ditumbuhi serut aneka gulma yang terus membulak. Namun, alur-alur sungai yang berkelit dari tetumbuhan itu tak henti mengantarkan perjalanan setitik air hingga hilir.
Kejernihan air yang menggenang luas memeluk batu-batu kecil itu membentuk gulutan-gulutan kecil dinamis mengikuti anatomi bebatuan. Beningnya air membuat batu-batu yang mengampar terlihat jelas dari atas.
Setiap akhir pekan atau hari Minggu, kali yang tak jauh di atasnya dipakai sebagai bumi perkemahan pramuka itu ramai dikunjungi warga. Selain muda-mudi warga sekitar Gedongtataan, Kedondong, Gadingrejo, Pringsewu, dan sekitarnya, pengunjung dari Bandar Lampung juga banyak.
“Di sini enak, adem. Cuacanya sejuk, pemandangannya juga alami, walaupun di bawah kebun karet. Kalinya aman untuk mandi dan bermain anak-anak. Kalau orang tua main ke sini sambil bermain bisa sambil refleksi. Jalan aja di sini selama satu jam, tubuh kita akan terasa lebih segar,” kata Yati, warga Bandar Lampung, pekan lalu.
Lokasi ini memang dalam penguasaan PTP Nusantara 7. Sebutan Sungai Ciarum karena lokasinya berdekatan dengan salah satu dusun di Desa Cipadang, Kecamatan Gedongtataan.
Untuk menuju tempat santai yang belum dikelola alias masih gratis ini, dari arah Gedongtataan harus melaju sekitar 5 kilometer ke arah Kedondong. Setelah melewati calon kantor Bupati Pesawaran, Anda akan bertemu dengan Desa Pampangan. Di persimpangan desa tersebut terdapat penunjuk arah menuju lokasi perkebunan PTPN 7 Unit Usaha Way Lima.
Masuk ke jalan tersebut, perjalanan sekitar 2 kilometer akan bertemu dengan kompleks perkantoran perusahaan negara yang mengusahakan karet itu.
Lokasi “taman refleksi” Ciarum ini berada di balik kompleks perkantoran PTPN 7. Oleh karena itu, untuk mengaksesnya, Anda boleh melewati pintu gerbang kompleks perkantoran perusahaan dan melewati pos penjagaan. Cukup mengangguk kepada satpam, orang boleh lewat dan segera mendapati pemandangan kali yang dipayungi pohon-pohon ambon besar-besar.
Meliuk sedikit, kompleks bumi perkemahan pramuka menyambut dengan gapura bambu sederhana. Di lapangan itu, tilas-tilas kegiatan pramuka dan pencinta alam masih terlihat. Ada tanda-tanda bekas acara penanaman pohon serentak dengan tajur-tajur yang menunggu aneka tanaman yang baru dibenamkan.
Terus masuk, tanah lapang yang secara alamiah dimanfaatkan untuk tempat parkir kendaraan sudah menunggu. Jika akhir pekan, kantong parkir itu banyak kendaraan. Ada warung gubuk sederhana yang tampaknya hanya dipakai untuk jualan siang hari ditunggu pedagang.
Jika musim buah, ada penjaja durian, duku, rambutan, alpukat, dugan, dan lainnya. “Durian di sini jatuhan, bukan peraman,” kata salah seorang pedagang.
Untuk lebih dekat dengan objeknya, mobil bisa bablas melewati jembatan besi yang dibangun dengan konstruksi besi rel yang dijajar rapi. Selepas itu, Anda akan dipayungi rimbunnya kebun karet hingga bisa parkir di bawahnya.
Tinggal turun, dengan telanjang kaki, kesegaran air jernih dan tonjolan-tonjolan batu-batu bulat akan memberi sensasi “panas-dingin” ke telapak kaki Anda. Anda bisa menyusuri alur sungai sampai ke atas, seolah akan menjemput mata air yang berasal dari pelukan gumuk besar Gunung Pesawaran yang dikonservasi. (SUDARMONO)
Sumber: Lampung Post, Minggu, 26 Februari 2012
No comments:
Post a Comment