Oleh Rudiansyah
SABTU (1/2) malam, gedung kemahasiswaan Unila riuh. Lantai satu gedung itu disulap menjadi tempat pertunjukan beraksen minimalis. Puluhan penonton antusias menunggu aksi pementasan. Mereka duduk lesehan sembari menikmati suguhan kopi panas.
Pementasan Panggung Sastrawan Lampung Jilid II pun dimulai. Edy Samudra Kertagama, salah satu sastrawan senior, membuka acara malam itu dengan membacakan karya berjudul Sajak Negeri Kampret. Di setiap akahir sajaknya, seluruh penonton diajak untuk ikut meneriakan, “Kampret!”.
SABTU (1/2) malam, gedung kemahasiswaan Unila riuh. Lantai satu gedung itu disulap menjadi tempat pertunjukan beraksen minimalis. Puluhan penonton antusias menunggu aksi pementasan. Mereka duduk lesehan sembari menikmati suguhan kopi panas.
Para sastrawan yang membacakan karya pada Silarurahmi dan Panggung Sastrawan Lampung II di Gedung Kemahasiswaan Universitas Lampung, Sabtu (1/2) malam. (IST) |
Pementasan malam itu semakin semarak ketika Panji Utama membacakan karyanya dengan posisi tiduran di lantai. Banyak penonton yang berusaha mengabadikan. Tak hanya itu, Datok Sastra Lampung Asaroedin Malik Zulqornain turut membacakan sajaknya berjudul Semanda. Meski kini sudah berusia 57 tahun, Asaroedin masih tampak powerfull dan membuat penonton bertepuk tangan keras.
Ditemui usai membacakan karya sastranya, Asaroedin mengaku senang dengan pergelaran Panggung Sastrawan Lampung tersebut. Selain dapat bersilaturahmi sesama sastrawan, rindunya akan pertunjukan sastra juga terobati.
Asaroedin berharap acara serupa terus diselenggarakan secara rutin guna menghidupkan seni sastra di Bumi Ruai Jurai. Asaroedin berharap akan banyak sastrawan hebat yang muncul karena terinspirasi atas pementasan pementasan serupa.
Usai pementasan, digelar diskusi sastra. Malam itu Ahmad Yulden Erwin dan Ari Pahala Hutabarat memandunya. Dalam diskusi, Ahmad Yulden Erwin mengungkapkan saat ini Lampung adalah salah satu daerah yang cukup diperhitungkan sastrawanya di kancah nasional.
Banyak karya sastrawan Lampung yang kini ditunggu penikmat sastra. Hal ini, menurut Erwin, adalah hasil dari apa yang telah diusahakan sastrawan yang tak kenal lelah untuk terus belajar dan berkarya.
Erwin menggambarkan untuk sebuah karyanya dapat diterima secara nasional seperti saat ini, dia membutuhkan waktu yang tak sebentar. Puluhan tahun dirinya jalani dengan proses belajar. Belajar dari membaca karangan sastra orang lain, baik indonesia maupun mancanegara.
Kini Erwin yang juga menjadi kritikus sastra optimistis seluruh sastrawan Lampung dapat serius dan tak berhenti belajar untuk menghasilkan karya sastra terbaik. Panggung Sastrawan Lampung akan semakin diperhitungkan oleh dunia sastra nasional bahkan internasional. (S3)
Sumber: Lampung Post, Senin, 3 Februari 2014
No comments:
Post a Comment