BANDAR LAMPUNG (Lampost): Intensitas dialog budaya antaretnik yang ada di Indonesia adalah salah satu upaya mengentaskan persoalan disintegrasi yang saat ini menjadi isu utama pluralisme bangsa. Sebab, dengan dialog, akan mudah terjadi transformasi dan akulturasi kebudayaan yang bisa menjadi pemersatu.
Hal tersebut dikemukakan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sultan Hamengkubuwono XI usai menghadiri perayaan HUT ke-18 Paguyuban Putra Jawa Kelahiran Sumatera (Puja Kesuma) serta pelantikan kepenguruan 11 DPD kabupaten dan kota se-Provinsi Lampung, di lapangan Parkir Saburai, Minggu (9-12).
"Saat ini diharapkan masyarakat jangan lagi berpikiran tersentralistis satu etnis semata-mata. Akan tetapi saat ini sudah mengedepankan pluralisme bangsa," kata Sultan.
Dia mengharapkan kepada masyarakat Lampung asal Jawa agar tidak mengedepankan lagi ke-Jawa-annya. "Jangan lagi mengedepankan asal sukunya, tetapi yang mesti dikembangkan adalah bagaimana kontribusi yang telah diberikan kepada masyarakat dan Pemprov Lampung itu sendiri."
Sultan mengaku sangat kagum dengan pluralitas kebudayaan yang ada di Provinsi Lampung. "Pujian untuk masyarakat Lampung yang masih bisa melakukan berbagai aktivitas seni budaya yang tidak berbeda dengan yang ada di daerah asalnya seperti di Pulau Jawa," ujarnya.
Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P. mengatakan pluralisme merupakan satu sinergi kebudayaan yang harus dipertahankan. Ini merupakan kekayaan dan variasi budaya yang ada di Indonesia yang memang patut dipertahankan sebagai identitas bangsa.
Sjachroedin mengaku sangat mendukung perkembangan seni budaya daerah untuk bisa terus berkembang. Makanya Pemprov akan terus mengupayakan dan membantu pelestarian dan pengembangan nilai-nilai budaya yang ada di Lampung. Sehingga diharapkan seni budaya asal ini tidak dilupakan. Contohnya saja, kata Gubernur, seni budaya reog Ponorogo yang diklaim berasal dari Malaysia. Meski akhirnya pihak Malaysia meminta maaf atas kekhilafan tersebut dan mengakui asal reog dari Indonesia, ini memperlihatkan bahwa reog merupakan budaya yang sangat menarik sekali sehingga diakui bangsa lain.
Sedangkan Ketua DPW Puja Kesuma Provinsi Lampung Nuryono mengatakan bahwa pembentukan Puja Kesuma sendiri tidak untuk mengotak-ngotakkan suku yang ada di Lampung.
Pembentukannya dilandasi dengan tujuan untuk mempererat tali silaturahmi di Provinsi Lampung. Selain tentunya juga tujuannya adalah untuk melestarikan seni budaya yang ada di Provinsi Lampung.
Pada kesempatan tersebut, HUT ke-18 Puja Kesuma dimeriahkan dengan Festival Kuda Lumping dan Reog Ponorogo yang diikutyi sekitar 80 grup kuda lumping serta 20 grup reog Ponorogo asal seluruh Provinsi Lampung yang kesemuanya berjumlah sekitar 7.000 orang. n TYO/K-2
Sumber: Lampung Post, Senin, 10 Desember 2007
No comments:
Post a Comment