LOMBA cipta puisi-prosaik Krakatau Award 2009 tidak menghasilkan juara pertama. Dewan Juri yang terdiri dari Isbedy Stiawan ZS, Iswadi Pratama, dan Ari Pahala Hutabarat menyatakan mayoritas naskah yang masuk belum memenuhi kriteria penilaian dan cenderung lepas dari acuan tema.
"Sejumlah puisi terbebani oleh kosakata kelampungan sehingga harus member catatan kaki. Setting, kalau pun ada, hanya yang digunakan tempat-tempat yang sudah umum dan dikenal oleh banyak orang. Seperti Bakauheni, Krakatau, Tanggamus, gunung Rajabasa, Danau Ranau, dan lain-lain ditempelkan begitu saja. Sehingga puisi tidak memiliki getaran, hanya bentuk pakansi saja," kata Isbedy, kepada Kompas di Jakarta, Senin (14/12/2009).
Karena tak ada juara pertama, dewan juri akhirnya menobatkan puisi-prosaik berjudul Tanjungkarang karya Agit Yogi Subandi (Lampung) sebagai juara II, kemudian Perempuan yang Dihamili oleh Angin karya Benny Arnas (Lubuklinggau) sebagai juara III, dan Sajak Seorang Pejoang yang Dikhianati Senapannya karya Febrie Hastiyanto (Jawa Tengah) sebagai juara IV. Ketiga pemenang akan menerima hadiah uang tunai masing-masing sebesar 1,5 juta, 1 juta, dan 500 ribu rupiah.
Selain itu, jelas Isbedy, Dewan Juri juga menetapkan 6 nominasi non-ranking sebagai berikut: Penyair Cantik yang Datang ke Lampung pada Tepian Sore (Endri Y, Lampung), Pulang ke Rumah Lokan (Endang Supriadi, Jakarta), Tentang Seorang Istri dan Suaminya (Moch. May Rhamdan, Bandung), Manusia Api (Oky Sanjaya, Lampung), Melintasi Krakatau (Wayan Sunarta, Bali), dan Dikawinkan Kesumat (M. Harya Ramdhoni, Lampung).
Menurut Ari Pahala Hutabarat, juri lainnya, sejumlah puisi masih terjebak pada ihwal global-lokal masih sebatas tempelan. Sehingga, kalau pun persoalan lokalitas itu tidak dihadirkan sebagai pesanan dari panitia, maka puisi tersebut mejadi umum saja. "Saya menangkap beberapa puisi hanya menghadirkan ke-Lampung hanya menempel, seperti muli, meghanai, piil pesinggiri, atau nama-nama tempat di Lampung," katanya.
Lomba cipta puisi-prosaik Krakatau Award 2009 yang bertema Lampung: Lokal-Global diikuti 114 peserta dari seluruh Indonesia. Menurut Ketua Umum Dewan Kesenian Lampung (DKL), Syafariah Widianti, Krakatau Award yang berlangsung sejak tahun 2002 adalah bentuk kepedulian DKL terhadap kesinambungan sastra di Lampung dan Indonesia. Beliau juga menambahkan, agenda kegiatan macam ini layak dipertahankan dan akan menjadi salah satu identitas seni budaya Lampung. (NAL)
Sumber: Kompas, Selasa, 15 Desember 2009
No comments:
Post a Comment