OBJEK wisata bahari di Lampung tersebar mulai dari Kabupaten Lampung Selatan, Kota Bandar Lampung, Tanggamus, hingga ke Kabupaten Lampung Barat.
Salah satu objek wisata yang kini sangat digandrungi oleh wisatawan mancanegara adalah Pantai Tanjung Setia yang terletak di Pekon (Desa) Bumi Agung, Kecamatan Biha Kabupaten, Lampung Barat. Lokasi itu berjarak sekitar 273 km dari Kota Bandar Lampung. Pantai Tanjung Setia sangat diminati turis asing, terutama bagi mereka yang memiliki hobi berselancar. Biasanya pada Mei hingga Agustus ketinggian ombaknya bisa mencapai 7 meter.
Karena melihat begitu banyaknya turis asing yang datang, Pemkab Lampung Barat kini sudah membangun sarana jalan yang dilapisi batu koral sehingga memudahkan pengunjung mendatangi lokasi. Terdapat pula tempat penginapan dan sudah berdiri dua guest house di Karangimbor.
Sebagian besar turis asing yang datang berasal dari Australia dan Amerika Serikat. Karena ombaknya tinggi dan panjang, wisatawan betah berlama-lama tinggal di sini. Rata-rata mereka tinggal satu hingga dua minggu.
Berdasarkan data yang ada, pada 2005, sebanyak 250 wisatawan asing berkunjung ke Tanjung Setia. Mereka berasal dari Australia dan Amerika Serikat. Ada juga yang berasal dari Prancis, Italia, dan negara Eropa lainnya.
Guntur, salah seorang pemandu wisata, mengatakan para turis tersebut mengagumi ombak Pantai Tanjung Setia yang begitu menantang dan mengasyikkan untuk berselancar jika dibandingkan dengan ombak di Pantai Nias. Tapi, Tanjung Setia belum begitu dikenal sehingga jika bosan ke Bali, wisatawan masih memilih Nias.
Oleh karena itu, dia berharap Pemkab Lampung Barat meningkatkan promosi Tanjung Setia, termasuk melengkapi sarana dan prasarananya.
''Selama ini kami tahu mengenai Tanjung Setia lebih banyak dari mulut ke mulut,'' ujarnya.
Pantai Tembakak
Bagi pengunjung yang tidak ingin berselancar di Lampung Barat, terdapat pantai dengan hamparan pasir putih dan bentangan laut membiru yakni Pantai Tembakak di Kecamatan Karya Punggawa. Ombak besar tidak henti menyisir pasir-pasir di pantai itu, seperti tidak sabar mengajak pengunjung bermain-main.
Pantai putih dengan laut biru yang terlihat dari pinggir jalan sungguh menarik. Sementara itu, di kejauhan terlihat Pulau Pisang nan hijau yang terlihat begitu kecil. Di sini juga terdapat sebuah pantai dengan batu-batu hitam berukuran besar.
Di Pantai Tembakak, warga setempat juga mengumpulkan batu hitam yang biasa digunakan untuk hiasan taman ataupun bangunan. Pantai Tembakak adalah satu-satunya pantai yang memiliki batu hitam di Indonesia.
Lampung Post/Zukri Fahmi
Selain panorama pantai, ternyata alam di Kabupaten Lampung Barat sangat mengasyikkan dijadikan arena untuk olahraga paralayang.
Menurut Anwar Soerya, penerbang yang memiliki sertifikasi internasional, Lampung Barat sangat layak dan potensial jika dikembangkan kegiatan paralayang sebagai pendukung pariwisata. Apalagi dengan karakteristik wilayah dan topografi tanah yang didominasi perbukitan dan view yang sangat indah, seperti Danau Ranau di Pekon Lumbok dan daerah pesisir. ''Pantai Lampung Barat ini sangat fantastik sekali jika parayalang terus dikembangkan,'' ujarnya.
Ketua Klub Paralayang Lampung Barat Abdul Rosyid mengatakan saat ini pihaknya akan berupaya semaksimal mungkin untuk mengembangkan paralayang. Salah satu upayanya adalah pembentukan Klub Paralayang Lampung Barat dan menurut rencana dideklarasikan pada kegiatan Gebyar Pesona Lumbok Ranau sekitar Agustus mendatang.
Selain itu, sesuai dengan potensi pariwisata yang cukup besar di Lampung Barat, diharapkan, paralayang akan berkembang untuk mendukung pemerintah dalam memasarkan dan mengemas pariwisata.
Pulau Sebesi
Sementara itu, di Kabupaten Lampung Selatan beberapa objek wisata bahari yang sudah cukup dikenal dan banyak diminati, di antaranya Pulau Sebesi. Pulau yang memiliki luas sekitar 1600 hektare ini dikenal karena letaknya sangat berdekatan dengan Anak Gunung Krakatau dan tidak kurang dari 700 kepala keluarga tinggal di pulau ini.
Dari Pulau Sebesi, pengunjung dapat mengamati aktivitas gunung berapi yang meletus pada 27 Agustus 1883. Saat itu, letusan Krakatau terdengar hingga 4.500 km dari titik letusan, antara lain Australia, Ceylon, dan negara-negara di Asia Tenggara.
Saat meletus, ketinggian ombak mencapai 40 meter yang menghancurkan sekitar 295 desa dan memakan korban lebih dari 39 ribu orang meninggal, khususnya mereka yang tinggal di sekitar daerah Selat Sunda hingga pantai Teluk Lampung.
Pulau Sebesi juga dikenal dengan daerah wisata buru. Bagi mereka yang memiliki hobi menyelam, bisa menyalurkan hobinya menyelam di Laut Teluk Lampung dengan kedalaman yang mencapai 10 sampai 30 meter. Wisatawan bisa menikmati keindahan pemandangan bawah laut dan mesranya bercumbu dengan berbagai jenis ikan serta biota laut lainnya.
Wisata di Pantai Pasir Putih, Lampung Selatan (Antara)
Pantai Pasir Putih
Masih di daerah Kabupaten Lampung Selatan, objek wisata yang sudah menjadi kunjungan rutin masyarakat Lampung terutama pada hari-hari libur adalah Pantai Pasir Putih. Pantai ini memiliki pemandangan laut yang indah. Kegiatan yang bisa dilakukan di pantai ini adalah bersantai, berenang, dan berperahu menuju Pulau Condong Sulah yang terkenal dengan kebeningan air lautnya.
Satu lagi objek wisata yang banyak dikunjungi adalah Pantai Wartawan dan sumber air panas. Sebenarnya lokasi pantai ini menempati areal sempit antara jalan lingkar Gunung Rajabasa, lereng gunung, dan laut.
Sebuah sumber air panas berada pada sisi pantai karang bukit gunung botak yang terus-menerus mengeluarkan uap panas (suhu air laut antara 80 sampai 100 derajat celsius). Pantai wartawan dan sekitarnya diharapkan berkembang dan menjadi desa wisata dengan pemandangan lepas ke arah Gunung Krakatau.
Wisata Batu Putu
Di Kota Bandar Lampung, sebagai ibu kota provinsi, banyak juga terdapat objek wisata, salah satunya adalah objek wisata Batu Putu. Di sini, pengunjung dapat menikmati wisata alam dengan keindahan air terjun dan gunung dengan kumandang suara satwa. Kawasan wisata Batu Putu
yang dikelola Pemerintah Kota Bandar Lampung dikelola Yayasan Wisata Alam (Yawisal) ini letaknya di pinggir kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rahman (Tahura WAR). Taman Wisata Batu Putu terletak di Kelurahan Batu Putu, Kecamatan Telukbetung Utara, Bandar Lampung. Lokasi wisata tersebut berjarak sekitar 10 km dari pusat Kota Bandar Lampung didukung dengan kondisi infrastruktur yang representatif.
Gerbang masuk taman wisata itu ditandai sepasang gapura bertuliskan, 'Selamat Datang' dan langsung ditemui sebuah portal masuk. Pengunjung wisata diminta membayar karcis tanda masuk senilai Rp3.000. Namun jika ingin bermalam atau berkemah di alam terbuka, pengunjung dikenai tambahan biaya Rp5.000/orang/malam. Pengelola tempat wisata tidak menyediakan alat kelengkapan kemah.
Di kawasan tersebut juga ditemui kandang kuda dengan enam kuda di setiap pintu kandang. Kuda-kuda tersebut merupakan bantuan Pemerintah Provinsi Lampung. Bahkan, seekor kuda telah melahirkan seekor kuda putih sekitar empat bulan lalu. Selain disediakan makan, kuda-kuda itu juga ditambatkan di areal taman wisata untuk mencari makan sendiri. Di tempat itu juga disediakan lokasi utama penyelenggaraan ajang tahunan Festival Batu Putu, mulai lomba makan durian, seminar, lokakarya, hingga diskusi.
Di arah utara, pengelola menyediakan hamparan luas yang menjadi tempat pemandangan ke kawasan Telukbetung. Yang juga terlihat sampai Pantai Teluk Lampung yakni Pelabuhan Panjang, Srengsem, dan laut lepas. Ke depan, lahan ini akan dijadikan agrowisata dengan ditanamnya beraneka ragam pohon dan buah-buahan.
Kemudian ke arah barat dari lahan parkir utama kendaraan, terdapat objek air terjun Way Pampangan. Dengan jarak sekitar 500 meter dari parkir utama, pengunjung dapat mencapainya melalui jalan setapak.
Jalan menurun tersebut menjadi akses jalan kaki satu-satunya bagi pengujung untuk mencapai air terjun dengan waktu sekitar 15 menit. Namun, jalan itu terhenti sampai di tebing terakhir menuju air terjun sehingga untuk mencapai air terjun harus menuruni tebing yang kemiringannya mencapai sekitar 35 derajat.
Kucuran air terjun dengan ketinggian mencapai sekitar 10 meter berasal dari mata air Way Pampangan. Di bawah air terjun, selain bebatuan besar, terdapat gua selebar 3 meter dan tinggi 1,5 meter. Gua yang tak terlalu dalam itu ternyata banyak dihinggapi kelelawar.
Di hilir air terjun tersebut, ternyata alirannya bertemu dengan aliran sungai kecil. Menurut warga sekitar, sungai tersebut bernama Way Sukamaju, ada juga yang menyebutnya Cimati karena mata airnya hanya dari aliran irigasi masyarakat di lereng Tahura. Namun air di kedua aliran itu terlihat jernih dengan ikan kecil dan keong. (Muhammad Naviandri/Lampung)
Sumber: Media Indonesia, Minggu, 13 April 2008
No comments:
Post a Comment