BANDAR LAMPUNG (Lampost): Sebanyak Sembilan grup teater dari Sumatera akan tampil dalam pergelaran karya Panggung Perempuan Sumatera yang diselenggaran Teater Satu bekerjasama dengan HIVOS, Belanda, 25-29 Juli 2011, di Taman Budaya Lampung.
Perhelatan ini dibuka Senin (25-9), dengan penampilan grup teater UKMF KSS Universitas Lampung dengan menampilkan lakon “Tanah” karya Anggraini Afgar, Sutradara Karlina. Lakon ini mengangkat isu poligami dengan latar keluarga kelas menengah.
Kisah yang dikemas dalam warna lokal dan bersifat komedi ini dimainkan oleh aktor-aktor muda dari FKIP (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan) Universitas Lampung dengan renyah dan sangat komunikatif.
Anggraini, pemeran isteri tua dan Heri pemeran suami, cukup kompak dan mampu memunculkan karakter orang Lampung dengan segala perangai dan tingkah polah yang kocak. Demikian pula dengan pemeran lainnya. Konflik soal poligami yang seringkali menjadi wacana “serius” dan banjir tangis, di tangan anak-anak KSS menjadi tontonan yang menggelitik tanpa kehilangan pesan dan kritiknya yang tajam.
Cerita yang mengandung konflik, intrik, muslihat, dan persekongkolan ini diawali dengan percekcokan antara Yusni (isteri tua), dan Zubaidah (isteri muda). Yusni sangat cemburu dan sakit hati melihat perlakuan suaminya, Baijuri, yang cendereung memanjakan dan mengistimewakan ZubIdah.
Di hadapan Baijuri dan Yusni, Zubaidah selalu tampak sebagai isteri yang patuh dan sabar. Inilah yang membuat Baijuri kian sayang padanya. Tanpa disadari Baijuri, Yusni sebenarnya telah mempengaruhi Zubaidah untuk melawan Baijuri dengan cara tersembunyi. Keduanya bersekongkol untuk perlahan-lahan menaklukan Baijuri.
Persekongkolan keduanya kian sempurna dengan minggatnya Yusni dari rumah. Hal ini dimanfaatkan oleh Baijuri untuk menggaet wanita baru lagi untuk dinikahinya. Tanpa disangka Baijuri, wanita ketiga ini pun bagian dari persekongkolan Yusni dan Zubaidah. Di ujung cerita, semua wanita itu, ditambah dengan Ibu haji dan teman Yusni lainnya, bersatu “menghakimi” Baijuri sehingga laki-laki itu tunduk-takluk di bawah perintah mereka.
Isu yang sama juga diusung oleh Teater Donga Chinga (Bengkulu). Naskah yang ditulis Yusni Hidayat dan disutrdrai Putri ini mengisahkan tentang seorang gadis tua namun senantiasa tampak sangat cantik dan mampu membuat setiap laki-laki luluh-hati terhadapnya.
Lambat laun, para isteri yang merasa terganggu dan cemas karena suami-suami mereka tergoda dengan kecantikan Si Gadis Tua bereaksi dengan berbagai sikap. Fitnah, rumor, dan bahkan upaya menghakimi Si Gadis Tua pun mulai terjadi. Lakon yang dimainkan oleh sebagian besar aktor yang masih sangat belia ini juga dikemas dalam bentuk dan warna lokal disamping tetap menerapkan prinsip-prinsip teater modern.
Tak kalah dengan Teater UKMF KSS, teater Donga Chinga pun berhasil menampilkan sebuah pertunjukan yang segar, menghibur, namun tetap memberikan nilai perenungan bagi penonton.
Menurut Imas Sobariah, Manajer Operasional Perhelatan Panggung Perempuan Sumatera ke-II ini, seluruh grup yang tampil memang akan mengusung isu di seputar perempuan. “Ini sebuah program yang kami rancang untuk memberdayakan para penulis, sutradara, dan aktor perempuan.
Mereka juga akan mengangkat tema-tema tentang perempuan. Mualai dari lingkungan domestic (dalam keluarga) hingga ke tataran system politik, sosial, ekonomi, dan Negara,” kata Imas.
Selasa (26/7), tampil Teater Sakata (Padang Panjang) mengangkat lakon “Dongeng Mande dari Bukit Tui” karya ia Suswati pada pukul 14.00 WIB, dan Teater Catur (Palembang) dengan naskah “Atira” karya Ayu Lestari, sutradara Sania Marian Sari, pukul 16.00 WIB. (ZUL/K-1)
Sumber: Lampung Post, Selasa, 26 Juli 2011
No comments:
Post a Comment