Bandarlampung, 26/7 (ANTARA) - Sastrawan Lampung Isbedy Setiawan ZS menyambut baik perlombaan baca puisi yang digelar dalam rangka merayakan HUT Kemerdekaan RI tahun ini.
"Pekan lalu saya diundang menjadi juri lomba baca pusi di Kecamatan Sendang Agung, Kabupaten Lampung Tengah," kata dia di Bandarlampung, Selasa.
Ia mengaku senang karena sekitar 60 peserta dari tingkat SD, SMP, dan SMA serta berharap di sejumlah daerah dapat melakukan hal serupa.
"Hal tersebut untuk memotivasi sikap patriotik dan humaniora dalam diri siswa yang notabene generasi muda," kata dia.
Dengan terbiasa membaca puisi, lanjutnya, siswa terbiasa menarasikan gagasan dan khayalan atau imajinasinya.
"Bukankah sejumlah ilmuwan menemukan gagasan berawal dari khayalan," jelas dia.
Selain baca puisi, peringatan HUT RI di kecamatan tersebut juga diisi dengan lomba dan pertandingan olahraga serta kegiatan seni lainnya.
Camat Sendangagung, Lampung Tengah Ahmad Nizar mengatakan, berbagai lomba olahraga dan seni tersebut untuk menyambut kemerdekaan Indonesia dan dipusatkan di tanah lapang halaman kantor kecamatan tersebut.
Lomba yang diadakan di antaranya bola voli, gaple, sepak bola, dan lomba lari. Sedangkan lomba seni seperti lagu dan baca puisi tingkat SD hingga SMA.
Selain itu juga dilaksanakan pameran pembangunan mulai Senin (25/7) sampai Sabtu (30/7). Sepanjang pameran pembangunan, pada malamnya digelar beragam pentas kesenian.
Kecamatan Sendangagung, menurut Nizar, sebelumnya seperti tidur dari keriuhan aktivitas. Namun, sejak enam bulan dia menjadi camat berbagai aktivitas masyarakat difasilitasi. Hasilnya, salah satu desa di kecamatan itu mewakili Lampung Tengah mengikuti lomba desa tingkat Provinsi Lampung.
Sebelumnya, Isbedy meminta Dinas Pendidikan di Indonesia dapat memasukkan pengajaran sastra, minimal puisi, ke dalam kurikulum di sekolah tingkat menengah atas (SMA) karena sangat membantu para siswa untuk bernarasi.
"Selain itu, mereka belajar mengemukakan pendapatnya secara demokratis setelah membaca karya puisi. Karya puisi melatih siswa bersikap humanis," katanya.
Ia yang menghadiri Pertemuan Penyair Nusantara (PPN) V di Palembang, 16-19 Juli 2011, mengatakan, salah satu butir rekomendasinya memasukkan karya puisi dalam pelajaran di sekolah.
"Semestinya bukan ekstrakurikuler atau biasa disebut ekskul, tetapi dimasukkan dalam pelajaran seperti bahasa Indonesia, matematika, dan lain-lain. Kalau belum memungkinkan saat ini, pihak sekolah berinisiatif mengundang sastrawan masuk ke sekolah minimal dua minggu sekali," ujar dia.
Sastrawan Lampung itu pun mengkhawatirkan jika karya sastra, dalam hal ini puisi, kurang disentuh dalam pengajaran di sekolah, maka lambat laun akan ditinggalkan. Padahal, karya sastra adalah bagian dari kebudayaan Indonesia.
"Saya bisa bayangkan jika sastra atau seni berbahasa ini ditinggalkan atau pun dilupakan generasi muda. Anak-anak kita pada suatu masa akan kehilangan berbahasa yang indah dan runut," ujar dia.
Sumber: Antara, Selasa, 26 Juli 2011
No comments:
Post a Comment