Bandar Lampung, Kompas - Perilaku masyarakat seperti kawin cerai hingga hukum alam kelahiran dan kematian rupanya masih menjadi tema menarik. Tema-tema realis itu terungkap secara gamblang dan lugas dalam pementasan dua kelompok teater pada Liga Teater Remaja Lampung keenam.
Dengan tata panggung sebuah ruang tamu sederhana dari keluarga kelas menengah, Teater Lintang dari SMAN 1 Sri Bhawono, Lampung Timur, mengangkat cerita mengenai kawin cerai yang banyak dijumpai dalam kehidupan masyarakat, Jumat (24/8) di Teater Tertutup Taman Budaya Bandar Lampung.
"Tema-tema tersebut sangat wajar dan sepele karena masyarakat kita akan selalu dihadapkan pada masalah yang demikian itu. Namun, masyarakat kita seringkali cuek dengan kenyataan tersebut," kata Yani Meimunah, Dosen STSI Bandung yang menjadi juri dalam Liga Teater Remaja Lampung keenam itu.
Yani mengakui, cerita kawin cerai karya Motinggo Busye ataupun cerita anjing yang sakit dalam Kisah Cinta karya Arifin C Noer merupakan naskah realis yang sulit ditampilkan.
Saking realisnya, para pementas yang rata-rata masih berusia remaja harus mencoba menampilkan kehidupan orang yang lebih tua umurnya dari mereka. Sehingga eksplorasi mengenai kehidupan orang yang tua bisa jadi kurang atau sangat cukup.
Naskah realisme-realisme demikian akan dicoba digali dan ditampilkan melalui pementasan-pementasan di Taman Budaya Lampung. "Kita pasti akan dikejutkan dengan banyaknya pementasan yang menghadirkan realitas mengenai kita. Tunggu saja," kata Yani.
Ke-20 peserta dalam Liga Teater Remaja Lampung akan menampilkan satu dari enam naskah drama yang ditentukan panitia.
Enam naskah drama itu yakni Pakaian dan Kepalsuan karya Achdiat Karta Maihardja; Pada Suatu Hari dan Kisah Cinta, keduanya karya Arifin C Noer; Saijah dan Adinda karya Multatuli; Malam Jahanam karya Motinggo Busye; dan Barabah karya Motinggo Busye. (hln)
Sumber: Kompas, Sabtu, 25 Agustus 2007
No comments:
Post a Comment