BANDAR LAMPUNG--Apresiatif. Kata itulah yang paling tepat untuk menggambarkan animo kawula muda Bandar Lampung terhadap kesenian teater. Terlihat dari sebagian besar tempat duduk yang tersedia diisi anak-anak SMA pada hari pertama (Senin, 25 Mei) dan kedua (Selasa, 26 Mei) Pergelaran Teater se-Sumatera di Taman Budaya Lampung.
OPERA JIWA. Teater Topeng Palembang mementaskan lakon Opera Jiwa pada hari kedua Pergelaran Teater se-Sumatera di Gedung Teater Tertutup Taman Budaya Lampung (TBL), Bandar Lampung, Selasa (26-5). (LAMPUNG POST/M. REZA)
"Saya memang suka nonton teater, apalagi pentas kali ini dimainkan oleh komunitas-komunitas dari luar Lampung yang jarang bisa ditonton," kata Riska, siswa kelas XI SMA yang menonton pergelaran teater tersebut.
Pembukaan Pergelaran Teater se-Sumatera ini ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Iswadi Pratama dari Teater Satu dan komunitas-komunitas teater yang mengikuti pergelaran teater itu. Kemudian dilanjutkan dengan pementasan teater dari Teater Oranye Jambi dengan lakon Gentile karya Muh. Husairi dan disutradarai oleh Ari C. Gue pada hari pertama, Senin (25-5), pukul 13.30.
Hari kedua, Selasa (26-5), pukul 13.30, Lab. Teater Pekan Baru, Riau, mementaskan lakon Rumah Tak Berdinding karya Marhalim Zaini dan disutradrai Jefri Al Malay. Kemudian pada pukul 16.00, Teater Topeng Palembang dengan lakon Opera Jiwa karya Ical dan sutradara Erwin Azhari.
Gentile bercerita tentang sepasang suami-istri dengan setting perumahan kumuh yang terlihat dari bilik kardus pada panggung yang berfungsi sebagai rumah. Tema yang sederhana, tema cinta, interaksi dengan penonton, dan lagu latar yang merdu menjadi keunggulan dari Teater Oranye Jambi ini. Cerita diawali oleh monolog dari tokoh Gen yang dibawakannya dengan ringan, seakan-akan sedang berbicara langsung dengan penonton. Bercerita tentang seorang perempuan yang menjadi istrinya (Tile).
Kemudian, cerita berjalan dengan masing-masing tokoh saling bercerita, sampai pada inti cerita (klimaks) yaitu tentang perasaan dari kedua tokoh yang merasa sangat kehilangan anak pertamanya karena Tile keguguran. Perasaan sedih digambarkan dengan sangat baik oleh kedua tokoh yang berlari di tempat seakan-akan ingin mengejar dan mendekap kembali anak mereka yang telah keguguran tersebut.
Sayang, ada beberapa kekurangan dalam lakon Gentile ini, yaitu minimnya eksplorasi gerak dari tokoh-tokoh dalam lakon tersebut. Sehingga, membuat jalan cerita menjadi sedikit monoton karena terlalu didominasi oleh bahasa verbal.
Pertunjukan kedua yang dipentaskan pada pukul 16.00 oleh Teater Mara Pekan Baru Riau berjudul Sang Kitab karya Hang Kafrawi dan disutradarai oleh Saharudin.
Sang Kitab bercerita tentang asal mula kejayaan Kerajaan Melayu. Pentas Sang Kitab ini unik, jalan cerita kadang-kadang berubah di tengah jalan seakan bukan pentas teater yang sesungguhnya, padahal sebenarnya memang bagian dari lakon tersebut.
Seorang pencerita yang pada mula pertunjukan bermonolog atau bercerita tentang cerita yang akan dimainkan. Di tengah pentas tiba-tiba seakan menjadi seorang sutradara. Hal ini yang menjadi keunggulan dari lakon Sang Kitab ini, selain tata pencahayaan yang luar biasa, kita tidak bisa memperkirakan apa yang akan terjadi, bahkan ending-nya membuat penasaran.
Selain kedua komunitas tersebut, ada delapan komunitas lain yang ikut serta dalam Pergelaran Teater se-Sumatera ini. Hari ini (27-5), Komunitas Lorong Sumatera Barat akan mementaskan lakon Warning karya Husin dan sutradara Hasan pada pukul 13.30. Pada pukul 16.00, Teater Petak Rumbia Bengkulu dengan lakon Suatu Senja di Taman Bungaku karya dan disutradarai oleh E. Soewandi.
Kamis (28-5), pukul 13.30, Teater Generasi Medan dengan lakon Cublis karya dan disutradarai oleh Hasan Al Banna. Pukul 16.00, Teater Rumah Hitam Batam dengan lakon Di Pertigaan Rumah Hitam karya dan disutradarai oleh Tarmizi Matihamur.
Komunitas Teater Berkat Yakin (Kober) Lampung dengan lakon Rumah karya Tim Kober dengan sutradara Ari Pahala Hutabarat akan tampil pada Jumat (29-5), pukul 13.30. Dan pada pukul 16.00, Teater Alam Nangroe Aceh dengan lakon Wolman Kowitzs karya terjemahan dari W.S. Rendra dan sutradara Din Saja. n MG13/L-2
Jadwal Pementasan Hari ini (Rabu, 27-5):
Pukul 13.30--14.30
Komunitas Lorong Sumatera Barat mementaskan Warning karya Husin, sutradara Hasan.
Pukul 16.00--17.00
Teater Petak Rumbia Bengkulu mementaskan Suatu Senja di Taman Bungaku karya E. Soewandi, sutradara Emong Soewandi.
Sumber: Lampung Post, Rabu, 27 Mei 2009
No comments:
Post a Comment