BANDAR LAMPUNG (Lampost): Seni rupa Lampung kembali mengukir prestasi di ajang Pameran Nusantara 2009. Pada Mei ini, kembali dua perupa Lampung, Koliman dan Nurbaito, akan menampilkan karyanya di perhelatan seni rupa bergengsi itu, setelah karya keduanya dipastikan lolos seleksi.
Perhelatan akbar seni rupa Indonesia ini akan dilaksanakan pada 19--31 Mei 2009 di Galeri Nasional, Gambir, Jakarta. Pameran seni rupa Indonesia ini akan mengusung tema Menilik akar dan diikuti puluhan pelukis dari seantero nusantara.
Yen Joenaedhy, peserta yang ikut seleksi ajang pameran yang digelar Galeri Nasional, mengatakan pesertanya membeludak hingga mencapai ratusan. Dari Lampung sendiri tak kurang dari 10 pelukis yang ikut serta.
"Jadwal pengumuman sampai molor dari tanggal yang ditentukan," ujar pelukis yang karyanya pernah masuk 100 finalis Philip Moris Award.
Yen mengaku bangga dengan keberhasilan kedua pelukis asal Lampung itu. Dengan kuratoria yang sangat ketat, dua pelukis Lampung bisa lolos dan berkesempatan ikut pameran akbar ini.
Hal senada juga diungkapkan David dari Komite Seni Rupa Dewan Kesenian Lampung (DKL). "Perupa Lampung tak pernah absen ikut serta dalam pameran bergengsi," ujar David, yang baru saja menyelenggarakan Pameran Pelukis Perempuan Lampung bertajuk Demokrasi Kre-ASI itu.
Sarat Pesan
Dalam Pameran Nusantara 2009 itu, Koliman akan menampilkan karyanya yang bertajuk Penebar petaka. Karya perupa ini sarat pesan moral dan menggugah kesadaran. Lukisan dengan media cat minyak di atas kanvas berukuran 160 x 120 cm ini menyodorkan peringatan tentang ancaman bahaya di sekitar kita.
Koliman menarasikan konsep karyanya dalam bahasa rupa yang sederhana tapi menggugah. Menurut Koliman, keangkaramurkaan kini berada di mana-mana. Tokoh pewayangan Buto atau raksasa--yang serakah dengan sifatnya yang tak pernah puas--menjadi bahasa rupa Koliman untuk membahasakan gagasannya.
"Di sekitar kita banyak raksasa yang bakal menelan kita kalau kita tak hati-hati," ujar Koliman yang mengaku bangga bisa terpilih dalam ajang tersebut.
Sedangkan dalam ajang itu, Nurbaito menyodorkan karyanya berjudul Sebatas impian. Dengan gaya realis, Nurbaito dengan media oil on canvas berukuran 145 x 195 cm dibuat tahun 2009 ini memotret bajaj yang mengambarkan salah satu alat transportasi di Ibu Kota yang mulai terpinggirkan.
Hiruk pikuk Jakarta yang disimbolkan dengan patung tani, patung selamat datang, dan patung Diponegoro membuat kisah bajaj yang merupakan salah satu pilihan transportasi kaum miskin makin termarginalkan. "Di mana-mana wong cilik itu selalu tersingkir," ujar Nurbaito yang saat ini juga sedang mempersiapkan pameran bersama mahasiswa ISI di Yogyakarta.
Dalam rilisnya kepada Lampung Post, pengamat seni rupa Christian Heru Cahyo Saputro dari Sekelek Arts Gallery Lampung mengatakan keberhasilan dua perupa Lampung ini menyejajarkan diri dengan daerah lain, dan patut mendapat apresiasi. "Paling tidak kita juga bisa menyemai harapan prestasi kedua perupa Lampung ini dapat menggesa ranah seni rupa Lampung untuk terus eksis di jagat seni rupa nasional," tandas Heru. n ita/K-2
Sumber: Lampung Post, Sabtu, 2 Mei 2009
No comments:
Post a Comment