BANDAR LAMPUNG (LampostOnline): Sastrawan Lampung Asarpin Aslami berhasil meraih Hadiah Sastra Rancage 2010. Karya Asarpin berupa kumpulan cerpen berjudul Cerita-Cerita jak Bandar Negeri Semuong (diterbitkan BE Press, Bandar Lampung, 2009) mendapat Rancage untuk kategori sastra Lampung.
Asarpin Aslami (IST)
Anggota Yayasan Kebudayaan Rancage, Irfan Anshory, saat dihubungi melalui telepon, Senin (1-2), mengatakan pengumuman pemenang penghargaan Rancage baru secara lisan. "Dalam beberapa hari ini pemenang akan diumumkan melalui internet. Penyerahan hadiah akan diberikan di Universitas Negeri Yogyakarta Mei mendatang," kata Irfan.
Asarpin meraih trofi dan uang sebesar Rp5 juta. Tahun ini ada dua karya yang masuk ke Yayasan Kebudayaan Rancage. Selain karya Asarpin, karya sastra Lampung yang ikut dalam penilaian Rancage 2010 adalah kumpulan sajak Di Lawok Nyak Nelepon Pelabuhan karya Oky Sanjaya.
Menurut Irfan, keunggulan karya Asarpin adalah cerpen-cerpen berbahasa Lampung atau cerbun. Sementara karya Oky sama dengan karya penerima Rancage 2008 Udo Z. Karzi berupa kumpulan sajak. "Asarpin menjadi pelopor penulisan cerbun (cerpen) dalam bahasa Lampung," kata Irfan.
Lampung sempat tidak mengikuti Hadiah Sastra Rancage 2009 karena tidak ada karya sastra berbahasa Lampung yang diterbitkan. Penghargaan Rancage hanya diberikan kepada satu karya per kategori bahasa daerah setiap tahun.
Penghargaan Rancage juga diberikan kepada karya sastra berbahasa Sunda, Jawa, dan Bali. Menurut Irfan, di Sumatera hanya bahasa Lampung yang diberikan penghargaan.
Asarpin, saat dihubungi, mengaku sudah mengetahui bahwa dirinya mendapat penghargaan Rancage 2010. "Saya terkejut saja ketika ada kabar Yayasan Rancage memberikan penghargaan kepada saya," kata Asarpin.
Menurut Asarpin, penghargaan Rancage menjadi tamparan kepada pemerintah daerah yang sama sekali tidak memberikan apresiasi kepada karya sastra berbahasa daerah. Rancage menjadi motivasi kepada sastrawan Lampung untuk terus menghasilakan karya sastra berbahasa lampung. Penulisan karya sastra berbahasa Lampung dimulai Udo Z. Karzi lalu diikuti oleh beberapa sastrawan yang memiliki kepedulian atas bahasa Lampung.
Menurut Asarpin, karya sastra berbahasa Indonesia dan berbahasa Lampung harus seimbang. Sastrawan juga harus peduli pada kelestarian bahasa daerah. Ketidakmauan dalam menulis dalam bahasa daerah berarti sengaja memunahkan bahasa daerah.
Irfan berharap sastrawan Lampung terus menghasilkan karya sastra berbahasa Lampung. Banyak sastrawan Lampung yang levelnya sudah nasional. "Sebenarnya sangat mudah menghasilkan karya berbahasa Lampung. Terjemahkan saja karya sastra berbahasa Indonesia ke dalam bahasa Lampung." MG-2/P-1/L-1
Sumber: Lampung Post Online, Senin, 1 Februari 2010
No comments:
Post a Comment