FESTIVAL Krakatau, satu kalimat yang sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Lampung, khususnya Bandar Lampung dan Lampung Selatan, adalah festival yang diadakan oleh Pemprov Lampung untuk mengenalkan daerah ini kepada dunia luar, sekaligus menjadi ajang promosi pariwisata. Setelah 20 tahun berjalan, festival ini memang perlu dikaji lagi.
Bukan karena tidak layak dilaksanakan, melainkan pelaksanannya yang selama ini monoton menjadi penyebab festival ini kurang memberi manfaat bagi pembangunan daerah, bahkan terkesan pemborosan anggaran.
Seharusnya, pada pelaksanaan paling lama yang kelima, festival ini dievaluasi dan dicarikan terobosan baru yang dapat menarik lebih banyak minat wisatawan datang ke Lampung.
Yang terjadi justru, banyak wisatawan menikmati pesona Gunung Krakatau dari Provinsi Banten. Ini artinya, kita belum dapat memetik hasil Festival Krakatau untuk kemakmuran masyarakat. Padahal, secara kewilayahan gunung fenomenal tersebut berada dalam geografi Lampung.
Tentu saja, masalah ini menjadi cambuk buat kita, terutama pemerintah daerah, yang mempunyai kekuasaan untuk membangun akses pariwisata. Tidak usah kita bermuluk-muluk program, dapat menarik alur pelayaran ke Gunung Krakatau dari Banten ke Lampung saja sudah bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar Lampung Selatan.
Tentu ini bukan perkara mudah, karena Banten tentu saja tak akan begitu saja melepas akses masuk ke Krakatau. Oleh sebab itu, Pemprov Lampung harus sudah mulai memikirkan membangun akses jalan menuju gunung tersebut yang lebih baik dari akses masuk melalui Provinsi Banten.
Momentum pelaksanaan Festival Krakatau XX yang dilaksanakan Juli nanti adalah saat yang tepat untuk merevisi maksud dan tujuan pelaksanaan festival agar pariwisata daerah, tidak saja Krakatau, dapat membawa manfaat yang banyak bagi masyarakat. Momentum ini pula menjadi saat yang tepat untuk melakukan pengkajian mendalam bagi semua pihak yang berkepentingan dengan pariwisata tentang bagaimana cara mengembangkan potensi wisata yang ada.
Kita punya pantai yang cukup panjang dan indah, punya pulau yang banyak, ada peninggalan sejarah, punya potensi alam air terjun, pertanian dengan tumbuhan khas, dan banyak lagi potensi wisata yang bisa dikatakan belum membawa banyak manfaat untuk masyarakat.
Padahal, semua orang tahu, bahkan pakar sekalipun, bahwa sektor pariwisata kebal dengan segala pengaruh resesi ekonomi. Kalau demikian kenapa kita tidak serius memajukan kepariwisataan daerah ini. Yang perlu diingat, pariwisata tidak hanya membangun banyak hotel dan restoran, tetapi masyarakat yang ingin beriwisata sebenarnya ingin mengetahui potensi alam suatu daerah berikut keunikannya.
Oleh sebab itu, sekali lagi, Festival Krakatau yang menghabiskan dana tidak sedikit itu sudah bukan lagi berorientasi pada mengenalkan kepada masyarakat Indonesia dan mancanegara kalau Gunung Anak Krakatau (GAK) itu milik Lampung, seperti pada awal pelaksanaannya, tetapi harus ada terobosan lain agar jangan sekadar berkunjung.
GAK kaya akan potensi alami. Hal ini harus dimanfaatkan, misalnya, dengan kegiatan memancing, diving (menyelam) di bawah kawah gunung berapi, jetski, hiking dan lainnya.
Juga sangat penting, festival itu bisa dinikmati seluruh kalangan masyarakat, bukan hanya pejabat atau duta besar yang selama ini terjadi, agar Festival Krakatau tidak eksklusif.
sumber: Lampung Post, Sabtu, 12 Juni 2010
No comments:
Post a Comment