Jakarta, Kompas - Delapan kebun raya baru yang tahun lalu tersusun dalam rencana induk pemerintah daerah di tujuh provinsi, kini mulai direalisasikan secara serentak. Beberapa di antaranya sudah dalam tahap pembibitan dan penanaman.
"Adanya banyak kebun raya sangat positif untuk menyelamatkan jenis tanaman asli Indonesia yang kian terancam punah," kata Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (PKT KRB) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Irawati, di Ecology Park Cibinong, Kamis (29/3).
Kedelapan kebun raya itu adalah Kebun Raya (KR) Bukit Sari di Provinsi Jambi, KR Baturraden di Jawa Tengah, KR Balikpapan Kalimantan Timur, KR Enrekang Sulawesi Selatan, KR Kuningan Jawa Barat, KR Liwa Lampung, KR Katingan Kalimantan Tengah, dan KR Puca Sulawesi Selatan. Semuanya di luar empat kebun raya yang sudah beroperasi di bawah koordinasi LIPI.
Bandingkan dengan Amerika Serikat yang memiliki lebih dari 300 kebun raya dan lebih dari 100 kebun raya ada di Inggris, China, Australia, India, dan Rusia. Sedangkan Indonesia, sebagai salah satu negara dengan keragaman hayati tertinggi di dunia, baru akan memiliki 12 kebun raya.
Dijelaskan Irawati, rencana induk pembangunan kebun raya mencakup aspek pemetaan, batas wilayah, pembagian lokasi tanaman, hingga infrastruktur termasuk laboratorium dan selter.
Kebun Raya Enrekang di antaranya telah memasuki tahap penanaman pohon koleksi. Rencana khusus bagi kebun raya di Kalimantan adalah koleksi keragaman jenis pohon buah asli Kalimantan dan jenis pohon kayu keras yang tergerus deforestasi.
Saat ini, sejumlah jenis tanaman mulai sulit ditemukan di habitat aslinya, seperti kayu meranti, kruwing, ulin, hingga jenis bunga anggrek bulan jawa. Belum lagi jenis buah-buahan.
"Tidak ada yang salah dengan semangat untuk pemasukan daerah, tetapi perlu disadari bahwa kebun raya itu tempat mempelajari kekayaan hayati Indonesia," katanya. Di sana pula riwayat pohon dicatat dan disimpan untuk keperluan penelitian.
Adanya penelitian di kebun raya itulah yang membedakannya dengan taman. Meski keduanya tempat konservasi tanaman.
Di kebun raya tanaman koleksi akan dicatat, mulai dari waktu penanaman, asal tanaman, waktu pemindahan, waktu berbunga, berbuah, dan mati.
Semangat membangun kebun raya di daerah, antara lain, didorong oleh tingginya jumlah pengunjung. Di Kebun Raya Bogor yang tahun ini akan berusia 190 tahun, dikunjungi tak kurang dari 1,4 juta orang setiap tahun.
Kepala Bidang Konservasi Ex-Situ PKT KRB Sudjati Budi Susetyo mengungkap, tak jarang pelaksana pembangunan KR menyamakan kebun raya dengan dunia fantasi. "Setelah dijelaskan, baru mereka paham kalau kebun raya bukan dunia fantasi, tetapi untuk konservasi," katanya.
Diungkapkannya, kebutuhan biaya pembangunan kebun raya sejak pembuatan rencana induk hingga siap operasi, umumnya tak kurang dari Rp 100 miliar. Meskipun tak ada luasan ideal, kebun raya umumnya puluhan hektar. (GSA)
Sumber: Kompas, Jumat, 30 Maret 2007
No comments:
Post a Comment