BANDAR LAMPUNG - Dua jurnalis muda di Lampung meraih Penghargaan Saidatul Fitriah ("Saidatul Fitriah Award") 2013 yang dianugerahkan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandarlampung pada malam penghargaan di Bandarlampung, Sabtu (14/9).
Dewan juri (Dr Tisnanta SH MH, Budisantoso Budiman, dan Herdi Mansyah AIB) memutuskan peraih Penghargaan Saidatul Fitriah 2013 untuk karya jurnalistik terbaik tahun 2013 adalah juara kembar/juara bersama, yaitu Ari Suryanto jurnalis Harian Umum Radar Lampung dengan karya jurnalistik tentang bengkel jagal di RSU Dr H Abdul Moeloek Bandarlampung yang menuliskan instalasi forensik RS milik Pemprov Lampung ternyata menggunakan peralatan kurang memadai, dan Noval Andriansyah jurnalis Harian Umum Tribun Lampung dengan karya jurnalistik Mutiara yang terbuang.
Noval menuliskan secara berkelanjutan nasib Mutiara, bayi yang dibuang orang tuanya di toilet Stasiun Kereta Api Tanjungkarang dan kemudian diurus satu keluarga petugas Polsus KA.
Namun setelah suaminya meninggal, ibu angkatnya (Pujiarti) itu mengalami sakit-sakitan dan akhirnya harus menyerahkan perawatan bocah itu ke sebuah panti di Jakarta.
Juri berpendapat, kendati secara kuantitas karya yang diikutkan untuk meraih Penghargaan Saidatul Fitriah Award 2013 ini mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, namun secara kualitas dinilai cukup membanggakan. Apalagi sebagian karya yang masuk adalah hasil kerja para jurnalis muda.
Puluhan karya jurnalistik yang dinilai juri itu adalah tulisan tentang nasib Juartini pasien penderita tumor asal Kabupaten Lampung Timur yang ditelantarkan di RSU Dr H Abdul Moeloek Bandarlampung, dan nasib Al Kahfi, bocah kelas IV SD yang harus berhenti sekolah karena musti mengurus orang tuanya yang dirawat di rumah sakit, keduanya karya Febi Herumanika (jurnalis Harian Umum Radar Lampung).
Karya jurnalistik selanjutnya tentang kondisi peralatan forensik di RSU Dr H Abdul Moeloek yang bagaikan rumah jagal karya Ari Suryanto (jurnalis Radar Lampung), dan tulisan tentang panen kerbau di rawa-rawa Kabupaten Tulangbawang Lampung, dan keindahan Danau Keruk di Kabupaten Lampung Tengah, dua karya jurnalistik dari Nurrochman Arrazie (jurnalis Majalah TEMPO di Lampung).
Jurnalis dari LKBN Antara Biro Lampung Gatot Arifianto juga mengirimkan karya jurnalistik yang mengangkat upaya pelestarian seni budaya dan tradisi masyarakat Lampung berupa Pesta Sekura (Pesta Topeng) di Kabupaten Lampung Barat, dan Fathul Muin yang mengirimkan dua karya jurnalistik sekaligus, yaitu tentang pelaksanaan pemilihan gubernur Lampung yang belum jelas kepastian waktu dan pembiayaan dengan berbagai persoalan dan tarik menarik kepentingan di baliknya, serta tentang studi banding atau "pelesiran" sebanyak 15 anggota DPRD Lampung ke Timur Tengah yang menggunakan dana untuk umroh tokoh masyarakat Lampung.
Karya jurnalistik lainnya dari Noval Andriansyah (jurnalis Harian Umum Tribun Lampung) adalah tentang nasib Mutiara, bocah yang sejak bayi dibuang orang tuanya di toilet Stasiun KA Tanjungkarang dan kemudian diurus ibu angkatnya (Pujiarti). Namun belakangan ibu angkatnya itu sakit-sakitan sehingga harus mencari pihak yang bersedia mengurusnya dengan baik.
Menurut anggota Dewan Juri, Herdi Mansyah (Direktur Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia-PKBI Lampung) dan Dr Tisnanta SH MH (dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung), empat kriteria utama menjadi dasar penilaian karya jurnalistik terbaik penerima Saidatul Fitriah Award 2013, yaitu dampak (magnitude) karya jurnalistik yang dibuat, konsistensi (keberlanjutan/continuity) penulisan isu atau tema yang diangkat, orisinalitas karya yang dihasilkan, dan penerapan standard jurnalistik karya tulis tersebut.
"Bobot utama penilaian adalah pada dampak dari karya jurnalistik itu, semakin berdampak luas, poin penilaiannya makin tinggi," ujar Dr Tisnanta pula.
Atas dasar itulah, Dewan Juri akhirnya memutuskan dua pemenang bersama (juara kembar) peraih Penghargaan Saidatul Fitriah 2013, yaitu Ari Suryanto dengan karya jurnalistik tentang bengkel jagal di RSU Dr H Abdul Moeloek Bandarlampung, dan Noval Andriansyah tentang nasib Mutiara yang terbuang.
Peraih penghargaan itu mendapatkan hadiah uang dan plakat dari AJI Bandarlampung.
Ketua AJI Bandarlampung Yoso Muliawan, didampingi Ketua Panitia Wandi B. Silaban menegaskan bahwa pemberian dua penghargaan yaitu bagi tokoh Lampung berpengaruh, dan karya jurnalistik terbaik yang diberikan mulai tahun 2008 itu, akan terus berlanjut diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi berbagai pihak juga untuk terdorong memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan daerah ini.
"Bagi para jurnalis di Lampung khususnya juga diharapkan terus menghasilkan karya jurnalistik yang berkualitas dengan mengangkat berbagai persoalan publik di daerah ini agar dapat ditangani secara lebih baik," kata Yoso pula.
AJI Bandarlampung menurut Yoso, akan terus mendorong kiprah para tokoh dimaksud maupun para jurnalis yang memberikan dampak positif dan besar bagi masyarakat luas di Lampung maupun secara nasional dan global.
Dewan Juri juga memutuskan Mukri Friatna, mantan Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) daerah Lampung yang kini aktif di eksekutif nasional Walhi Jakarta, sebagai peraih "Penghargaan Kamaroeddin" 2013 yang diberikan AJI Bandarlampung.
Pada malam anugerah Saidatul Fitriah dan Kamaroeddin 2013 sekaligus resepsi HUT AJI ke-19 di Kafe Dawiells Bandarlampung, Sabtu malam itu, Dewan Juri menilai adanya konsistensi dan kegigihan perjuangan Mukri Friatna terutama dalam pelestarian lingkungan hidup dan membela kepentingan masyarakat termasuk mengkampanyekan pelestarian lingkungan serta mendorong kesiapsiagaan, kepedulian sosial publik dalam menghadapi bencana alam yang kerap terjadi di Lampung dan berbagai daerah di Indonesia.
"Mukri sebagai aktivis lingkungan memiliki totalitas perjuangan sejak remaja hingga saat ini tanpa kenal lelah, mulai dari skala kelompok kecil, lokal hingga nasional dan global dengan posisinya sekarang di Walhi Nasional," ujar Herdi Mansyah AIB, Direktur Pelaksana Daerah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Lampung, salah satu anggota dewan juri anugerah jurnalistik Saidatul Fitriah dan Kamaroeddin 2013.
Juri lainnya, Dr Tisnanta SH MH menilai Mukri Friatna memiliki dedikasi yang kuat melalui berbagai aktivitasnya di Walhi Lampung dan saat ini di Walhi Nasional yang memiliki kontribusi besar bagi penyelamatan lingkungan baik di Lampung maupun daerah lain.
"Meskipun saat ini aktivitasnya lebih banyak berada di luar Lampung, perhatian dan perjuangannya untuk terus peduli pada masalah lingkungan hidup dan antisipasi serta penanggulangan bencana alam justru semakin kuat dan terus berlanjut," ujar dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung (Unila) itu pula.
Dewan juri sebelumnya menilai delapan nominator peraih penghargaan Kamaroeddin 2013 itu, yaitu tujuh tokoh perseorangan dan satu lembaga (LBH Bandarlampung), dengan tujuh tokoh itu adalah Mukri Friatna, Dr Dedy Hermawan (Ketua Pusat Studi Kebijakan Publik FISIP Unila), Eko (aktivis buruh PT Nestle Lampung), Gaudensius Suhardi (Pemred Harian Umum Lampung Post), I Wayan Mocoh (seniman asal Bali yang mengembangkan seni budaya Gamolan Lampung), Dr Wahyu Sasongko SH MH (dosen Fak. Hukum Unila), dan Zulkarnain Zubairi (Udo Z Karzi) jurnalis/redaktur Harian Umum Lampung Post juga sastrawan pelestari bahasa dan sastra Lampung.
Tiga unggulan peraih Kamaroeddin Award 2013 adalah Mukri Friatna, I Wayan Mocoh, dan LBH Bandarlampung, serta akhirnya juri memutuskan secara bulat Mukri Friatna yang berhak meraih penghargaan bergengsi setiap tahun diberikan AJI Bandarlampung itu.
Pada malam penghargaan jurnalistik Saidatul Fitriah dan Kamaroeddin 2013 digelar AJI Bandarlampung ini, hadir sejumlah pejabat, anggota legislatif, calon anggota legislatif dari berbagai parpol, akademisi, aktivis LSM, pimpinan media massa di Lampung, dan para undangan mitra AJI Bandarlampung lainnya.
Pembacaan puisi, dan Teater Satu pimpinan Iswadi Pratama juga menampilkan karya teater mini pada malam penghargaan dan resepsi HUT AJI ke-19 ini pula. n
Sumber: Antara, Minggu, 15 September 2013
Malam Anugerah Saidatul Fitriah dan Kamaroeddin 2013 yang digelar Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandarlampung, Sabtu (14/9). (Foto: ANTARA LAMPUNG/Budisantoso Budiman) |
Noval menuliskan secara berkelanjutan nasib Mutiara, bayi yang dibuang orang tuanya di toilet Stasiun Kereta Api Tanjungkarang dan kemudian diurus satu keluarga petugas Polsus KA.
Namun setelah suaminya meninggal, ibu angkatnya (Pujiarti) itu mengalami sakit-sakitan dan akhirnya harus menyerahkan perawatan bocah itu ke sebuah panti di Jakarta.
Juri berpendapat, kendati secara kuantitas karya yang diikutkan untuk meraih Penghargaan Saidatul Fitriah Award 2013 ini mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, namun secara kualitas dinilai cukup membanggakan. Apalagi sebagian karya yang masuk adalah hasil kerja para jurnalis muda.
Puluhan karya jurnalistik yang dinilai juri itu adalah tulisan tentang nasib Juartini pasien penderita tumor asal Kabupaten Lampung Timur yang ditelantarkan di RSU Dr H Abdul Moeloek Bandarlampung, dan nasib Al Kahfi, bocah kelas IV SD yang harus berhenti sekolah karena musti mengurus orang tuanya yang dirawat di rumah sakit, keduanya karya Febi Herumanika (jurnalis Harian Umum Radar Lampung).
Karya jurnalistik selanjutnya tentang kondisi peralatan forensik di RSU Dr H Abdul Moeloek yang bagaikan rumah jagal karya Ari Suryanto (jurnalis Radar Lampung), dan tulisan tentang panen kerbau di rawa-rawa Kabupaten Tulangbawang Lampung, dan keindahan Danau Keruk di Kabupaten Lampung Tengah, dua karya jurnalistik dari Nurrochman Arrazie (jurnalis Majalah TEMPO di Lampung).
Jurnalis dari LKBN Antara Biro Lampung Gatot Arifianto juga mengirimkan karya jurnalistik yang mengangkat upaya pelestarian seni budaya dan tradisi masyarakat Lampung berupa Pesta Sekura (Pesta Topeng) di Kabupaten Lampung Barat, dan Fathul Muin yang mengirimkan dua karya jurnalistik sekaligus, yaitu tentang pelaksanaan pemilihan gubernur Lampung yang belum jelas kepastian waktu dan pembiayaan dengan berbagai persoalan dan tarik menarik kepentingan di baliknya, serta tentang studi banding atau "pelesiran" sebanyak 15 anggota DPRD Lampung ke Timur Tengah yang menggunakan dana untuk umroh tokoh masyarakat Lampung.
Karya jurnalistik lainnya dari Noval Andriansyah (jurnalis Harian Umum Tribun Lampung) adalah tentang nasib Mutiara, bocah yang sejak bayi dibuang orang tuanya di toilet Stasiun KA Tanjungkarang dan kemudian diurus ibu angkatnya (Pujiarti). Namun belakangan ibu angkatnya itu sakit-sakitan sehingga harus mencari pihak yang bersedia mengurusnya dengan baik.
Menurut anggota Dewan Juri, Herdi Mansyah (Direktur Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia-PKBI Lampung) dan Dr Tisnanta SH MH (dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung), empat kriteria utama menjadi dasar penilaian karya jurnalistik terbaik penerima Saidatul Fitriah Award 2013, yaitu dampak (magnitude) karya jurnalistik yang dibuat, konsistensi (keberlanjutan/continuity) penulisan isu atau tema yang diangkat, orisinalitas karya yang dihasilkan, dan penerapan standard jurnalistik karya tulis tersebut.
"Bobot utama penilaian adalah pada dampak dari karya jurnalistik itu, semakin berdampak luas, poin penilaiannya makin tinggi," ujar Dr Tisnanta pula.
Atas dasar itulah, Dewan Juri akhirnya memutuskan dua pemenang bersama (juara kembar) peraih Penghargaan Saidatul Fitriah 2013, yaitu Ari Suryanto dengan karya jurnalistik tentang bengkel jagal di RSU Dr H Abdul Moeloek Bandarlampung, dan Noval Andriansyah tentang nasib Mutiara yang terbuang.
Peraih penghargaan itu mendapatkan hadiah uang dan plakat dari AJI Bandarlampung.
Ketua AJI Bandarlampung Yoso Muliawan, didampingi Ketua Panitia Wandi B. Silaban menegaskan bahwa pemberian dua penghargaan yaitu bagi tokoh Lampung berpengaruh, dan karya jurnalistik terbaik yang diberikan mulai tahun 2008 itu, akan terus berlanjut diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi berbagai pihak juga untuk terdorong memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan daerah ini.
"Bagi para jurnalis di Lampung khususnya juga diharapkan terus menghasilkan karya jurnalistik yang berkualitas dengan mengangkat berbagai persoalan publik di daerah ini agar dapat ditangani secara lebih baik," kata Yoso pula.
AJI Bandarlampung menurut Yoso, akan terus mendorong kiprah para tokoh dimaksud maupun para jurnalis yang memberikan dampak positif dan besar bagi masyarakat luas di Lampung maupun secara nasional dan global.
Dewan Juri juga memutuskan Mukri Friatna, mantan Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) daerah Lampung yang kini aktif di eksekutif nasional Walhi Jakarta, sebagai peraih "Penghargaan Kamaroeddin" 2013 yang diberikan AJI Bandarlampung.
Pada malam anugerah Saidatul Fitriah dan Kamaroeddin 2013 sekaligus resepsi HUT AJI ke-19 di Kafe Dawiells Bandarlampung, Sabtu malam itu, Dewan Juri menilai adanya konsistensi dan kegigihan perjuangan Mukri Friatna terutama dalam pelestarian lingkungan hidup dan membela kepentingan masyarakat termasuk mengkampanyekan pelestarian lingkungan serta mendorong kesiapsiagaan, kepedulian sosial publik dalam menghadapi bencana alam yang kerap terjadi di Lampung dan berbagai daerah di Indonesia.
"Mukri sebagai aktivis lingkungan memiliki totalitas perjuangan sejak remaja hingga saat ini tanpa kenal lelah, mulai dari skala kelompok kecil, lokal hingga nasional dan global dengan posisinya sekarang di Walhi Nasional," ujar Herdi Mansyah AIB, Direktur Pelaksana Daerah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Lampung, salah satu anggota dewan juri anugerah jurnalistik Saidatul Fitriah dan Kamaroeddin 2013.
Juri lainnya, Dr Tisnanta SH MH menilai Mukri Friatna memiliki dedikasi yang kuat melalui berbagai aktivitasnya di Walhi Lampung dan saat ini di Walhi Nasional yang memiliki kontribusi besar bagi penyelamatan lingkungan baik di Lampung maupun daerah lain.
"Meskipun saat ini aktivitasnya lebih banyak berada di luar Lampung, perhatian dan perjuangannya untuk terus peduli pada masalah lingkungan hidup dan antisipasi serta penanggulangan bencana alam justru semakin kuat dan terus berlanjut," ujar dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung (Unila) itu pula.
Dewan juri sebelumnya menilai delapan nominator peraih penghargaan Kamaroeddin 2013 itu, yaitu tujuh tokoh perseorangan dan satu lembaga (LBH Bandarlampung), dengan tujuh tokoh itu adalah Mukri Friatna, Dr Dedy Hermawan (Ketua Pusat Studi Kebijakan Publik FISIP Unila), Eko (aktivis buruh PT Nestle Lampung), Gaudensius Suhardi (Pemred Harian Umum Lampung Post), I Wayan Mocoh (seniman asal Bali yang mengembangkan seni budaya Gamolan Lampung), Dr Wahyu Sasongko SH MH (dosen Fak. Hukum Unila), dan Zulkarnain Zubairi (Udo Z Karzi) jurnalis/redaktur Harian Umum Lampung Post juga sastrawan pelestari bahasa dan sastra Lampung.
Tiga unggulan peraih Kamaroeddin Award 2013 adalah Mukri Friatna, I Wayan Mocoh, dan LBH Bandarlampung, serta akhirnya juri memutuskan secara bulat Mukri Friatna yang berhak meraih penghargaan bergengsi setiap tahun diberikan AJI Bandarlampung itu.
Pada malam penghargaan jurnalistik Saidatul Fitriah dan Kamaroeddin 2013 digelar AJI Bandarlampung ini, hadir sejumlah pejabat, anggota legislatif, calon anggota legislatif dari berbagai parpol, akademisi, aktivis LSM, pimpinan media massa di Lampung, dan para undangan mitra AJI Bandarlampung lainnya.
Pembacaan puisi, dan Teater Satu pimpinan Iswadi Pratama juga menampilkan karya teater mini pada malam penghargaan dan resepsi HUT AJI ke-19 ini pula. n
Sumber: Antara, Minggu, 15 September 2013
No comments:
Post a Comment