Palembang, 30/4 (ANTARA) - Sosok penyair sekaliber Isbedy Stiawan ZS sebagai sastrawan nasional asal Provinsi Lampung, seharusnya dapat terus menjaga kualitas karya sastra maupun esai yang dihasilkan, sehingga makin mendorong apresiasi publik yang baik atas karya tersebut.
"Seniman berkelas seperti Isbedy ini, seharusnya dapat menjaga kualitas karya ciptanya secara baik, jangan sampai menciptakan sebuah karya tergolong 'kacangan'," ujar Kepala Perum Lembaga Kantor Berita Nasional ANTARA Biro Sumatera Selatan Budisantoso Budiman, di Palembang, Jumat sore, saat menjadi pembahas pada bedah buku puisi Isbedy terbaru, Anjing Dini Hari.
Bedah buku itu merupakan kerja sama LKBN ANTARA Biro Sumsel dengan Dewan Kesenian Sumatera Selatan (DKSS). "Buku kumpulan puisi Isbedy yang berisikan 83 puisi tersebut, merupakan sebuah karya yang patut dihargai," kata dia.
Menurut Budi, sosok Isbedy merupakan seorang yang memiliki kemampuan yang begitu besar dalam dunia puisi dan kepenyairan.
Ia menyatakan, begitu banyak puisi dan cerita pendek (cerpen) yang diciptakan oleh pria yang berdarah Bengkulu dan Cirebon tapi lahir di Bandarlampung (Lampung) tersebut, bahkan telah tersebar dimuat di berbagai media massa cetak nasional.
Karena itu, Isbedy diingatkan untuk tetap menjaga kualitas karya sastra dan esai yang dihasilkannya, jangan sampai terkontaminasi dengan kepentingan segelintir orang, apalagi sampai masuk dalam jebakan politik.
Budi mengibaratkan, hasil karya sastra yang kurang berkualitas dalam karya jurnalistik dapat dikatagorikan sebagai karya kelas "kalengan", yaitu karya sastra yang tercipta hanya atas pesanan dari orang tertentu yang berkepentingan atau pihak sponsor yang bersedia membiayai penerbitan karya sastra itu.
Sastrawan yang pernah dijuluki HB Jassin (alm) sebagai "Paus" Sastra Lampung itu, diingatkan pula untuk tetap konsisten berkarya dan menjaga ritme serta tidak melupakan proses regenerasi untuk dapat mendorong muncul dan tumbuh penyair dan sastrawan generasi selanjutnya sebagai penerus yang juga tak kalah berkualitas.
"Sudah seharusnya dengan jam terbang Isbedy sebagai penyair, dapat membawanya terus berkarya dan menjaga kualitas karya secara utuh, untuk dapat menumbuhkan apreasiasi yang tinggi dalam masyarakat," demikian Budisantoso.
Isbedy Stiawan sendiri mengaku merasa bangga telah membawa karyanya itu di hadapan warga Sumsel, terlebih dalam acara yang ditunggu-tunggu bagi penggemar puisi karyanya, dihadiri seorang seniman kawakan dan tokoh pers dan tokoh masyarakat di Sumsel, Ismail Jalili yang juga merupakan kakak iparnya.
Kendati dalam kondisi sakit--karena usia tuanya--sehingga harus berjalan menggunakan tongkat dan masih dipapah lagi, Ismail Jalili yang juga mantan Ketua PWI Sumsel itu, sempat menyampaikan pujian atas karya sastra yang telah banyak dihasilkan Isbedy yang juga pernah berprofesi sebagai PNS tapi mengundurkan diri, dan juga pernah menjadi wartawan/redaktur di Lampung itu.
Meskipun merasa bangga dengan diluncurkan dan dibedah karya puisinya dalam buku Anjing Dini Hari di Palembang itu, Isbedy menyayangkan kecenderungan kultur masyarakat Sumsel yang cenderung masih berkutat pada dongeng dan penikmat tayangan sinetron.
"Masyarakat seperti itu biasanya kurang memiliki minat membaca yang tinggi. Mereka hanya senang dan cukup dengan mendengarkan apa yang disampaikan kepadanya, tanpa harus membaca sendiri," ujar dia pula.
Menurut dia, perilaku seperti itu membuat regenerasi dalam bidang sastra dan seni menjadi terhambat untuk tumbuh dan berkembang.
Bisa Memotivasi
Ketua Umum Dewan Kesenian Sumsel Zulkhair Ali menyambut dengan apresiasi yang tinggi atas kegiatan bedah buku puisi Isbedy Stiawan ZS itu, antara lain bisa menjadi motivasi bagi penyair maupun seniman di daerah tersebut, terutama bagi generasi mudanya.
Dia menilai, seorang Isbedy dapat memberikan pengaruh yang besar bagi pertumbuhan kepenyairan di tanah air ini.
Ia mengakui, sangat menikmati ketika bait-bait sajak puisi keluar dari mulut seorang Isbedy.
Menurut dia, Isbedy memiliki karakter begitu besar dan gigih, terlebih dengan puisi Anjing Dini Hari-nya itu.
Diharapkan, dengan bedah buku serta hadirnya sosok yang begitu besar mendedikasikan dirinya dalam dunia sastra, bisa menciptakan iklim baru di daerah tersebut.
Dia meyakini, bila iklim seni tidak terbentuk dengan baik, pertumbuhan seni itu sendiri hanya menjadi sebuah angan-angan bagi segelintir orang.
Bedah buku puisi Isbedy Stiawan ZS itu, merupakan rangkaian perjalanan sastra berkaitan peluncuran dan pembahasan buku puisi terbarunya itu, antara lain telah dijalankan dari Bandarlampung ke Kotabumi (Lampung Utara) dan menuju Palembang (Sumsel).
Semula direncanakan, Isbedy dengan Anjing Dini Hari-nya itu akan menyeberang ke Pulau Bangka dan Belitung (Babel) serta melanjutkan perjalanan sastranya ke Bengkulu, Jambi dan seterusnya.
Namun akibat beberapa kendala, menurut Isbedy, perjalanan sastra tersebut sementara masih tertunda.
Sumber: Antara, 30 April 2010
No comments:
Post a Comment