BANDAR LAMPUNG (Lampost): Budaya tulis-menulis di kalangan pelajar Lampung dinilai masih rendah. Bakat ada, tetapi tidak disertai dengan minat yang cukup besar. Mereka pun umumnya tidak memiliki kesempatan yang luas untuk mengembangkan diri.
Di pihak lain, bukan hanya guru yang bertanggung jawab atas rendahnya budaya ini. Tapi, juga justru kalangan yang aktif bergelut di bidang tulis-menulis, misalnya, insan pers.
"Para pelajar di Lampung kekurangan akses dan media untuk berlatih diri," ujar Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung (FKIP Unila) Prof. Dr. Sudjarwo, Selasa (22-1).
Hal inilah yang menyebabkan rendahnya minat pelajar untuk bergelut di dunia yang mengandalkan ide ini. "Apalagi, para pelajar yang berada di daerah-daerah kabupaten, terutama di pelosok perdesaan," tambahnya.
Ia menilai tanggung jawab untuk memunculkan generasi muda yang gemar menulis tidak hanya milik guru, tapi juga insan pers. Ilmu yang dipahami seharusnya tidak untuk diri sendiri. "Insan pers melalui lembaganya agar secepatnya menjemput bola ke sekolah-sekolah, terutama yang ada di pelosok. Jangan hanya menunggu di kantor untuk dikunjungi," harapnya.
Ia menguraikan mengembangkan minat dan bakat memang sedapat mungkin dilakukan sejak dini. Sebelum beranjak dewasa, seseorang akan mengalami masa pembelajaran di sekolah mulai dari tingkatan dasar, menengah pertama, hingga menengah atas. Setelah itu pun, minat dan bakat masih tetap bisa berkembang melalui berbagai alternatif pilihan pendidikan lainnya. Seperti kata pepatah, carilah ilmu hingga ke negeri Cina.
Di sekolah, para pelajar diberikan beberapa alternatif pilihan melalui program ekstrakurikuler. "Walaupun tidak diujikan secara formal, program ini menjadi keuntungan lain bagi para pelajar. Apalagi, di tengah-tengah kesibukan melewati kegiatan belajar-mengajar yang sarat akan teori-teori," kata dia.
Ekstrakurikuler yang biasa disebut ekskul ini menjadi wadah pelajar mengembangkan minat dan bakat, di antaranya baris-berbaris, olahraga, keilmuan, kesehatan, keagamaan, maupun seni dan budaya. Belakangan, berkembang juga ekskul jurnalistik sebagai wujud ekspresi tulis-menulis.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMA Negeri 1 Seputih Agung, Lampung Tengah, Candra Puasti, mengatakan hal ini saat memandu 50 siswa-siswinya berkunjung ke Harian Lampung Post, Selasa (22-1).
Kunjungan ini digelar dalam rangka studi banding untuk mempelajari praktek-praktek jurnalistik. Selain Lampung Post, mereka juga mendatangi media elektronik Lampung TV. "Kami bersyukur, walaupun sekolah kami lokasinya agak jauh dari perkotaan, siswa kami tak pernah ketinggalan informasi. Karena mereka rajin membaca surat kabar," kata dia didampingi guru Bahasa Indonesia, Heru Santoso.
Geliat ekstrakurikuler siswa-siswi diakui Candra cukup baik. Tahun lalu, lima pelajarnya, masing-masing Heri, Hamdani, Marta, Oka, dan Septi mewakili Provinsi Lampung mengikuti lomba musikalisasi puisi di Aceh.
Sebelumnya, mereka meraih juara kedua se-Bandar Lampung. Siswa-siswi kelas X dan XI ini antusias mendengarkan pemaparan materi jurnalistik yang dipandu Redaktur Pendidikan Wiwik Hastuti. Berbagai pertanyaan dilontarkan, di antaranya oleh Ayu, Evi, dan beberapa siswa lainnya, mengenai tahap-tahap mencari dan membuat berita hingga syarat-syarat menjadi penulis yang baik. n */S-2
Sumber: Lampung Post, Rabu, 23 Januari 2008
No comments:
Post a Comment