BANDAR LAMPUNG (Lampost): Rendahnya minat siswa pada sastra membahayakan keberlangsungan budaya dan nilai-nilai kearifan lokal.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung Sukarma Wijaya mengatakan budaya tidak cukup hanya dilestarikan, tetapi harus dikembangkan. Sastra merupakan salah satu pendorong perkembangan budaya di suatu daerah.
"Jika budaya tidak berkembang, artinya masyarakat stagnan dan monoton," kata Sukarma di sela-sela acara Sastrawan Bicara Siswa Bertanya (SBSB) di SMPN 16 Bandar Lampung pada Rabu (12-6).
Kegiatan ini diselenggarakan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar (Dirjen Dikdas) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Acara yang dihadiri 600 siswa SD, SMP, dan SMA di Kota Bandar Lampung itu bertujuan mendongkrak minat siswa pada sastra.
Pada kesempatan itu, para siswa dari beberapa sekolah menampilkan beragam atraksi seni, seperti tari sigeg pengunten, vokal grup, dan olahraga wushu.
Kepala Subbagian Umum Dirjen Dikdas Kemendikbud Supriono yang hadir dalam kegiatan tersebut mengapresiasi kepiawaian siswa dalam menampilkan seni daerahnya.
Supriono mengemukakan perkembangan seni sastra secara umum lebih lambat ketimbang seni lain, seperti musik dan suara. Namun, pemerintah dan tenaga pendidik berkewajiban merangsang minat siswa terhadap sastra. "Itu tugas kami untuk mengemas sastra yang sesuai dengan usia siswa dan tingkat pendidikannya," kata Sugiono.
Melalui sastra, pesan moral dan penguatan karakter bangsa bisa tersampaikan dengan halus tanpa terkesan menggurui. Supriono mengatakan modal utama untuk sukses dalam sastra adalah memiliki akhlak mulia. "Seni sastra membutuhkan kejujuran agar bisa menghasilkan karya yang indah."
Para sastrawan yang hadir dalam kegiatan tersebut yaitu Agus R. Sarjono, Cecep Syamsul Hari, dan Isbedy Setiawan. Selain itu, pegiat seni lainnya, Iman Soleh, yang berprofesi sebagai aktor teater nasional, turut memeriahkan kegiatan nasional yang diselenggarakan di 24 kota di Indonesia itu.
Para sastrawan mengisi acara dengan beragam cara. Isbedy, misalnya, tampil membacakan beberapa puisi di hadapan siswa. Selain itu, para siswa dipandu oleh para sastrawan untuk mengucapkan yel-yel secara serentak dan sesekali melontarkan pertanyaan dan cerita terkait sastra yang mengundang gelak tawa siswa. (IMA/S3)
Sumber: Lampung Post, Kamis, 13 Juni 2013
Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung Sukarma Wijaya mengatakan budaya tidak cukup hanya dilestarikan, tetapi harus dikembangkan. Sastra merupakan salah satu pendorong perkembangan budaya di suatu daerah.
"Jika budaya tidak berkembang, artinya masyarakat stagnan dan monoton," kata Sukarma di sela-sela acara Sastrawan Bicara Siswa Bertanya (SBSB) di SMPN 16 Bandar Lampung pada Rabu (12-6).
Kegiatan ini diselenggarakan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar (Dirjen Dikdas) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Acara yang dihadiri 600 siswa SD, SMP, dan SMA di Kota Bandar Lampung itu bertujuan mendongkrak minat siswa pada sastra.
Pada kesempatan itu, para siswa dari beberapa sekolah menampilkan beragam atraksi seni, seperti tari sigeg pengunten, vokal grup, dan olahraga wushu.
Kepala Subbagian Umum Dirjen Dikdas Kemendikbud Supriono yang hadir dalam kegiatan tersebut mengapresiasi kepiawaian siswa dalam menampilkan seni daerahnya.
Supriono mengemukakan perkembangan seni sastra secara umum lebih lambat ketimbang seni lain, seperti musik dan suara. Namun, pemerintah dan tenaga pendidik berkewajiban merangsang minat siswa terhadap sastra. "Itu tugas kami untuk mengemas sastra yang sesuai dengan usia siswa dan tingkat pendidikannya," kata Sugiono.
Melalui sastra, pesan moral dan penguatan karakter bangsa bisa tersampaikan dengan halus tanpa terkesan menggurui. Supriono mengatakan modal utama untuk sukses dalam sastra adalah memiliki akhlak mulia. "Seni sastra membutuhkan kejujuran agar bisa menghasilkan karya yang indah."
Para sastrawan yang hadir dalam kegiatan tersebut yaitu Agus R. Sarjono, Cecep Syamsul Hari, dan Isbedy Setiawan. Selain itu, pegiat seni lainnya, Iman Soleh, yang berprofesi sebagai aktor teater nasional, turut memeriahkan kegiatan nasional yang diselenggarakan di 24 kota di Indonesia itu.
Para sastrawan mengisi acara dengan beragam cara. Isbedy, misalnya, tampil membacakan beberapa puisi di hadapan siswa. Selain itu, para siswa dipandu oleh para sastrawan untuk mengucapkan yel-yel secara serentak dan sesekali melontarkan pertanyaan dan cerita terkait sastra yang mengundang gelak tawa siswa. (IMA/S3)
Sumber: Lampung Post, Kamis, 13 Juni 2013
No comments:
Post a Comment