FILM yang mengupas budaya Lampung berjudul Gamolan Lampung mulai diproduksi. Film yang dicetus Syaiful Irba Tanpaka, produser sekaligus pemilik PH MLP, dan Diandra Natakembahang, seorang penggiat budaya, juga melibatkan banyak tokoh, mulai dari seniman gamolan Syapril Yamin, Kemal, sang penggagas Muri untuk gamolan Lampung, budayawan Lampung Wirda Puspanegara, peneliti gamolan Wayan Sumertadana hingga Bupati Lampung Barat Mukhlis Basri.
Film dokumenter drama ini menjabarkan gamolan Lampung sebagai warisan budaya nusantara secara dinamis dan komprehensif, mulai dari sejarah gamolan, proses pembuatan, notasi gamolan hingga pergelaran musik gamolan yang mendapatkan apresiasi dan penghargaan dari Museum Rekor Dunia-Indonesia (Muri).
Syuting film yang dikemas dalam bentuk dokudrama ini berjudul Gamolan Jak Sekala Bekhak benar-benar dilakukan di beberapa pekon di Sekala Brak, Lampung Barat, yang merupakan pusat kebudayaan dan peradaban Lampung sebagai daerah asli gamolan sehingga situasi dan nuansa budayanya terasa lebih kental.
Proses syuting yang berdurasi lebih kurang 40 menit ini dipusatkan di Kembahang, Liwa, Lampung Barat. Film ini bercerita dengan ilustrasi liburan sebuah keluarga pengusaha ke kampung halamannya di Lampung Barat dan di sanalah terjadi pertemuan antara keluarga kecil ini dan Mamak Lil (Syapril Yamin) sang praktisi gamolan, yang mengisi liburan anak sang pengusaha dengan berlatih dan belajar gamolan pekhing disanggar Mamak Lil.
Tiyuh, siswi kelas VI SD yang tinggal bersama kedua orang tuanya di Jakarta, liburan sekolah di tempat neneknya yang berada di sebuah desa di Provinsi Lampung.
Menurut sang ayah, di samping rindu dengan nenek (ibu dari ayah yang pribumi Lampung), juga agar Tiyuh dapat menikmati suasana desa yang jelas-jelas berbeda dengan hiruk-pikuk Ibu Kota.
Di desa nenek, Tiyuh yang mudah bergaul cepat memiliki banyak teman. Tiyuh merasakan suasana keakraban, persahabatan, dan persaudaraan bersama teman-teman desanya. Di samping ia merasa senang menikmati suasana desa yang sejuk dan indah. Rencananya film ini diluncurkan dalam waktu dekat. (S-2)
Sumber: Lampung Post, Kamis, 5 April 2012 23:26
Film dokumenter drama ini menjabarkan gamolan Lampung sebagai warisan budaya nusantara secara dinamis dan komprehensif, mulai dari sejarah gamolan, proses pembuatan, notasi gamolan hingga pergelaran musik gamolan yang mendapatkan apresiasi dan penghargaan dari Museum Rekor Dunia-Indonesia (Muri).
Syuting film yang dikemas dalam bentuk dokudrama ini berjudul Gamolan Jak Sekala Bekhak benar-benar dilakukan di beberapa pekon di Sekala Brak, Lampung Barat, yang merupakan pusat kebudayaan dan peradaban Lampung sebagai daerah asli gamolan sehingga situasi dan nuansa budayanya terasa lebih kental.
Proses syuting yang berdurasi lebih kurang 40 menit ini dipusatkan di Kembahang, Liwa, Lampung Barat. Film ini bercerita dengan ilustrasi liburan sebuah keluarga pengusaha ke kampung halamannya di Lampung Barat dan di sanalah terjadi pertemuan antara keluarga kecil ini dan Mamak Lil (Syapril Yamin) sang praktisi gamolan, yang mengisi liburan anak sang pengusaha dengan berlatih dan belajar gamolan pekhing disanggar Mamak Lil.
Tiyuh, siswi kelas VI SD yang tinggal bersama kedua orang tuanya di Jakarta, liburan sekolah di tempat neneknya yang berada di sebuah desa di Provinsi Lampung.
Menurut sang ayah, di samping rindu dengan nenek (ibu dari ayah yang pribumi Lampung), juga agar Tiyuh dapat menikmati suasana desa yang jelas-jelas berbeda dengan hiruk-pikuk Ibu Kota.
Di desa nenek, Tiyuh yang mudah bergaul cepat memiliki banyak teman. Tiyuh merasakan suasana keakraban, persahabatan, dan persaudaraan bersama teman-teman desanya. Di samping ia merasa senang menikmati suasana desa yang sejuk dan indah. Rencananya film ini diluncurkan dalam waktu dekat. (S-2)
Sumber: Lampung Post, Kamis, 5 April 2012 23:26
Film ini melibatkan beberapa siswa SDN 2 Rawalaut dari Bandar Lampung.....
ReplyDeleteTapi sampai dengan tahun ini, 2013, tidak ada kabar lagi..... pernah kami hubungi salah satu panitia, alasannya dana sudah habis, salah satu artisnya ga ada waktu untuk melanjutkan.... macam macam lah....
mohon pihak terkait menyelidiki, krn pembuatan film ini menggunakan dana dari apbd...
oh ya, sebagai informasi, para siswa SDN 2 Rawalaut yg jadi tokoh2 anak2 di film tersebut, dicasting dahulu dgn dimintai biaya pendaftaran... kemudian yg lolos casting, dimintai lagi biaya tambahan, untuk pelatihan akting di pasar seni Enggal...
ReplyDelete