AIR terjun Curup Tujuh Selagailingga, Lampung Tengah, adalah spekta di alam bebas. Jernihnya air membuat ikan-ikan itu terlihat benderang di dasar ceruk yang sejuk.
Air yang mengalir dari atas hutan lindung Register 22 Way Waya ini sangat jernih. Meskipun arusnya cukup deras, ikan yang kalar-kilir di air yang terus beriak dengan mudah bisa terlihat mata. Yang bikin menggemaskan, pada bagian tertentu debit airnya tidak terlalu dalam sehingga pengunjung bisa menceburkan diri dan berada di tengah puluhan ikan yang berlarian.
Anda tertarik untuk menikmati wisata alam ini? Datang saja. Jarak dari ibu kota provinsi, Bandar Lampung, ke lokasi berkisar 85 kilometer. Jika Anda warga Lampung Tengah, bisa menempuhnya lewat ibu kota kabupten, Gunungsugih, dengan jarak tempuh sekitar 65 kilometer. Bahkan, dari ibu kota Kecamatan Negerikaton, masih 10 kilometer.
Namun, jangan coba-coba datang ke sana dengan naik angkutan umum. Sebab, tak akan ada yang membawa Anda ke sana. Satu-satunya angkutan yang bisa mendekatkan Anda ke lokasi dari Metro ataupun Bandarjaya, hanya akan sampai di Padangratu ataupun Payungrejo, Kecamatan Pubian. Itu pun, Anda harus merayu pengojek setempat untuk mau mengantarkan dalam jarak hampir 20 kilometer. Yang paling nyaman, adalah dengan beramai-ramai mengendarai mobil pribadi.
Sebab, Anda akan lebih leluasa menikmati pemandangan kampung yang asri di kanan dan kiri jalan. Udara segar yang bertiup di antara hamparan kebun sawit ataupun perkebunan kopi dan kakao milik penduduk, dengan leluasa bisa dinikmati.
Sampai di perbatasan hutan register, Lampung Post bersiap-siaplah untuk sport jantung. Sebab, kami tidak bisa langsung ke lokasi. Kecuali jika mau berjalan kaki naik turun, menyusuri jalan setapak di areal kebun kopi, di tepi aliran Way Pubian. Jalan licin, binatang liar, lubang, dan tonggak, bisa saja mengejutkan perjalanan. Beruntung, penduduk setempat menyediakan jasa ojek.
Namun, jalan yang ditempuh pun sebenarnya sama saja. Hanya saja, jalan berkelok-kelok, tikungan tajam menurun dan mendaki, akan memacu lebih cepat detak jantung Anda. Lebih lagi, seperti yang dialami Lampung Post, ketika roda motor pengojek terpeleset dan membuat nyaris terlempar ke sungai.
Air Terjun
Pengalaman pembuka berwisata ke Curup Tujuh ini sungguh mendebarkan, tapi mengasyikkan. Lebih lagi ketika sampai di lokasi. Air jernih yang mengalir deras mengundang Anda untuk segera membasuh muka bahkan seluruh tubuh Anda untuk menurunkan frekuensi detak jantung dan menyegarkan tubuh yang lelah akibat perjalanan jauh.
Akan lebih mengasyikkan jika bisa menikmati pukulan derasnya air terjun. Tak puas dengan panorama di sekitar air terjun, kami berpetualang. Yakni, mendaki bukit, menuju sumber air terjun. Kami harus ekstra hati-hati karena bebatuan yang licin bisa membuat kaki terpeleset dan jatuh. Alhamdulillah kami berhasil sehingga bagai berada di puncak gedung pencakar langit. Sebab, di sana bisa melempar pandangan sejauh mungkin ke arah Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Utara, maupun Tanggamus.
Lelah? Ya. Kami bersantai dengan sekadar mandi atau rebahan di tepian sungai dengan hawa sejuk yang dibalut percikan air yang diembus angin. Bagi yang masih bertenaga, melanjutkan petualangan dengan berburu ikan segar, menggunakan kail berbentuk senapan laras panjang, yang berfungsi sebagai pemanah. Karena tidak punya alat ini, kami meminjam atau menyewanya pada penduduk setempat. Sayang hanya satu yang bisa kami dapatkan, sebelum memasuki kawasan hutan. Beruntung, salah seorang lagi bisa juga meminjam pada penduduk yang kebetulan juga melakukan hal yang sama.
Mengasyikkan sekali. Ikan yang berlarian dan berlompatan, membuat kami tak tahan untuk segera menjepretnya. "Tus," seekor patin berukuran dua jari berhasil terkena anak panah. Sayang, kawan yang lain tak juga berhasil. Didorong rasa lapar?maklum perbekalan kami terbatas dan tak seorang pun penjual makanan di dalam maupun luar lokasi?ikan yang didapat penduduk kami beli.
Dan, petualangan predator mencari makan pun dimulai. Ikan bakar yang mengeluarkan aroma menyedak membuat rasa lapar menjadi semakin lapar. Sebenarnya, kami ingin menginap dan paling tidak baru tiga hari lagi meninggalkan lokasi. Apalagi, tak jauh dari lokasi ada hamparan tanah yang bisa dan biasanya digunakan untuk berkemah. Suasana dan panorama air terjun dan sekitarnya, benar-benar membuat kami betah untuk berlama-lama.
Sayang, kami tak menyangka akan mendapatkan sambutan alam yang begitu menyejukkan pikiran, jiwa, dan raga. Karena itu, bekal yang kami persiapkan juga sangat terbatas. Jadi, kami hanya bisa berjanji; lain kali kami akan datang lagi bersama kawan-kawan yang lain, untuk lebih akrab dan lebih lama lagi bersamamu. (M. IKHWANUDDIN/M-1)
Sumber: Lampung Post, Minggu, 16 Juni 2013
Air terjun Curup Tujuh Selagailingga, Lampung Tengah. |
Anda tertarik untuk menikmati wisata alam ini? Datang saja. Jarak dari ibu kota provinsi, Bandar Lampung, ke lokasi berkisar 85 kilometer. Jika Anda warga Lampung Tengah, bisa menempuhnya lewat ibu kota kabupten, Gunungsugih, dengan jarak tempuh sekitar 65 kilometer. Bahkan, dari ibu kota Kecamatan Negerikaton, masih 10 kilometer.
Namun, jangan coba-coba datang ke sana dengan naik angkutan umum. Sebab, tak akan ada yang membawa Anda ke sana. Satu-satunya angkutan yang bisa mendekatkan Anda ke lokasi dari Metro ataupun Bandarjaya, hanya akan sampai di Padangratu ataupun Payungrejo, Kecamatan Pubian. Itu pun, Anda harus merayu pengojek setempat untuk mau mengantarkan dalam jarak hampir 20 kilometer. Yang paling nyaman, adalah dengan beramai-ramai mengendarai mobil pribadi.
Sebab, Anda akan lebih leluasa menikmati pemandangan kampung yang asri di kanan dan kiri jalan. Udara segar yang bertiup di antara hamparan kebun sawit ataupun perkebunan kopi dan kakao milik penduduk, dengan leluasa bisa dinikmati.
Sampai di perbatasan hutan register, Lampung Post bersiap-siaplah untuk sport jantung. Sebab, kami tidak bisa langsung ke lokasi. Kecuali jika mau berjalan kaki naik turun, menyusuri jalan setapak di areal kebun kopi, di tepi aliran Way Pubian. Jalan licin, binatang liar, lubang, dan tonggak, bisa saja mengejutkan perjalanan. Beruntung, penduduk setempat menyediakan jasa ojek.
Namun, jalan yang ditempuh pun sebenarnya sama saja. Hanya saja, jalan berkelok-kelok, tikungan tajam menurun dan mendaki, akan memacu lebih cepat detak jantung Anda. Lebih lagi, seperti yang dialami Lampung Post, ketika roda motor pengojek terpeleset dan membuat nyaris terlempar ke sungai.
Air Terjun
Pengalaman pembuka berwisata ke Curup Tujuh ini sungguh mendebarkan, tapi mengasyikkan. Lebih lagi ketika sampai di lokasi. Air jernih yang mengalir deras mengundang Anda untuk segera membasuh muka bahkan seluruh tubuh Anda untuk menurunkan frekuensi detak jantung dan menyegarkan tubuh yang lelah akibat perjalanan jauh.
Akan lebih mengasyikkan jika bisa menikmati pukulan derasnya air terjun. Tak puas dengan panorama di sekitar air terjun, kami berpetualang. Yakni, mendaki bukit, menuju sumber air terjun. Kami harus ekstra hati-hati karena bebatuan yang licin bisa membuat kaki terpeleset dan jatuh. Alhamdulillah kami berhasil sehingga bagai berada di puncak gedung pencakar langit. Sebab, di sana bisa melempar pandangan sejauh mungkin ke arah Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Utara, maupun Tanggamus.
Lelah? Ya. Kami bersantai dengan sekadar mandi atau rebahan di tepian sungai dengan hawa sejuk yang dibalut percikan air yang diembus angin. Bagi yang masih bertenaga, melanjutkan petualangan dengan berburu ikan segar, menggunakan kail berbentuk senapan laras panjang, yang berfungsi sebagai pemanah. Karena tidak punya alat ini, kami meminjam atau menyewanya pada penduduk setempat. Sayang hanya satu yang bisa kami dapatkan, sebelum memasuki kawasan hutan. Beruntung, salah seorang lagi bisa juga meminjam pada penduduk yang kebetulan juga melakukan hal yang sama.
Mengasyikkan sekali. Ikan yang berlarian dan berlompatan, membuat kami tak tahan untuk segera menjepretnya. "Tus," seekor patin berukuran dua jari berhasil terkena anak panah. Sayang, kawan yang lain tak juga berhasil. Didorong rasa lapar?maklum perbekalan kami terbatas dan tak seorang pun penjual makanan di dalam maupun luar lokasi?ikan yang didapat penduduk kami beli.
Dan, petualangan predator mencari makan pun dimulai. Ikan bakar yang mengeluarkan aroma menyedak membuat rasa lapar menjadi semakin lapar. Sebenarnya, kami ingin menginap dan paling tidak baru tiga hari lagi meninggalkan lokasi. Apalagi, tak jauh dari lokasi ada hamparan tanah yang bisa dan biasanya digunakan untuk berkemah. Suasana dan panorama air terjun dan sekitarnya, benar-benar membuat kami betah untuk berlama-lama.
Sayang, kami tak menyangka akan mendapatkan sambutan alam yang begitu menyejukkan pikiran, jiwa, dan raga. Karena itu, bekal yang kami persiapkan juga sangat terbatas. Jadi, kami hanya bisa berjanji; lain kali kami akan datang lagi bersama kawan-kawan yang lain, untuk lebih akrab dan lebih lama lagi bersamamu. (M. IKHWANUDDIN/M-1)
Sumber: Lampung Post, Minggu, 16 Juni 2013
mantap salam brapo
ReplyDeletedimana cuy itu...
ReplyDeleteada begal gkkk
dimana cuy itu...
ReplyDeleteada begal gkkk
kak boleh minta gambarnya nanti saya cantumkan sumbernya juga dari anda?
ReplyDelete