JAKARTA�Laki-laki itu senang bercerita dan perempuan itu menyukai cerita-ceritanya. Lalu keduanya terjebak dalam kisah-kisah. "Kau hanya menyajikan kopi dan aku bahagia. Kau menikmatinya dan aku bahagia. Tapi kopimu kemanisan. Serbuknya tertinggal di bibirmu. Diam-diam aku mencicipi kopimu. Mencari bekas bibirmu."
KEINDAHAN PRAGMATISME. Teater Satu Lampung mementaskan Kisah-Kisah yang Mengingatkan di ajang Art Summit VI di Jakarta, Sabtu (9-10). Pada pementasan yang diikuti 25 negara tersebut, Teater Satu menyajikan keindahan di tengah pragmatisme. (DOKUMENTASI TEATER SATU)
Sepenggal dialog itu menggambarkan pergolakan batin ingin menafikan sekaligus mempertahankan kenangan. Dialog itu merupakan bagian pementasan Kisah-kisah Yang Mengingatkan (KKYM) Teater Satu Lampung di Festival Internasional Art Summit VI di Teater Studio Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Sabtu (9-10).
Karya Iswadi Pratama itu terpilih mewakili Indonesia bersama 25 negara lain. Karya kontemporer terbaru karya Teater Satu yang dipentaskan pertama kali pada 2009 itu sangat mementingkan kekuatan sastra sebagai entitas yang menyimpan potensi estetik dan artistik bagi dunia pertunjukan.
Menurut Iswadi, pementasan ini merupakan ajakan mencari jawaban terhadap pertanyaan tentang makna keindahan secara absolut. "Kami mencoba menemukan apa yang memesona di tengah kehidupan yang semakin pragmatis," kata Iswadi.
Keistimewaan karya ini adalah cerita yang linier disajikan dalam bentuk fragmen-fragmen. Setiap fragmen memiliki sudut pandang berbeda dengan gaya puitik dan menghadirkan impresi dramatik. Lakon bercerita tentang upaya seseorang untuk menemukan pesona atau apa yang indah dalam hidupnya ini dikemas dengan memanfaatkan khazanah kebudayaan etnik di Asia, dari aspek artistik, musik, tarian, bela diri, berbaur dengan bentuk kebudayaan urban.
Panggung terbagi dua. Di sisi kiri, tampak pasangan berjalan beriringan secara artifisial, menggambarkan kenangan masa lalu. Pada sisi panggung lainnya, ocehan menggerutu tindih-menindih�tanpa pretensi akan kalimat laiknya puisi�seakan menimpali kenangan pasangan tersebut.
Pertunjukan banyak diisi tablo, para aktor berdiri diam dengan pandangan kosong ke depan. Puitik dan lambat, tapi intens. KKYM berusaha mengajak penonton menyelami upaya dua tokoh, Sang (Ruth Marini) dan Si Pencari (Budi Laksana), mencari kenangan yang berkelebat di sekitar mereka. (TRI PURNA JAYA/R-3)
Sumber: Lampung Post, Minggu, 10 Oktober 2010
No comments:
Post a Comment