GADINGREJO (Lampost): Indonesia tercatat memiliki 612 dari 746 bahasa daerah yang aktif dipakai oleh masyarakat. Namun, karena jarang dipakai dalam pergaulan sehari-hari, bahasa daerah itu lambat laun akan punah karena tidak ada penuturnya.
Hal itu disampaikan Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P. dalam sambutan yang dibacakan Asisten III Sekretaris Provinsi Lampung Arinal Djunaidi saat membuka Kemah Bahasa dan Sastra SMA se-Provinsi Lampung di SMA Negeri 1 Gadingrejo, Pringsewu, Kamis (28-10).
Menurut Arinal, dalam kurun waktu tertentu sekitar 100 bahasa daerah terancam punah. Bahkan, sekitar 14 bahasa daerah dinyatakan telah punah. Dia menjelaskan pada abad ke-21 bahasa daerah hanya tinggal 10 persen yang bertahan. Selebihnya hampir dinyatakan punah. Punahnya bahasa berarti punahnya juga kebudayaan, kata Arinal.
Untuk menjaga kelestarian bahasa Lampung itu, ujarnya, dilakukan dengan pembelajaran di sekolah. "Kita harus sama-sama menjaga agar bahasa Lampung harus tetap terpelihara," kata Arinal.
Kegiatan yang diikuti 300 pelajar SMA, SMK, dan MAN tersebut digelar oleh SMA Negeri 1 Gadingrejo bekerja sama dengan Universitas Kristen Indonesia (UKI), serta harian umum Lampung Post.
Sementara Penjabat Bupati Pringsewu Sudarno Eddi menjelaskan penggunaan bahasa Indonesia sebagai sarana berkomunikasi terutama di kalangan generasi muda, terasa telah sangat berkurang.
Dia mengatakan perkembangan bahasa dan sastra Indonesia telah diperkaya oleh berbagai bahasa serta sastra daerah dan asing. "Sebagai pemilik, kita harusnya bangga akan bahasa dan sastra di Lampung. Ini harus kita jaga sebagai harta yang tak ternilai," kata Sudarno.
Komunitas Sastra
Sementara itu, Kepala SMA Negeri 1 Gadingrejo Hermin Budiarsi dalam sambutannya mengungkapkan bahwa sastra memiliki peran penting untuk menemukan kembali identitas kebangsaan serta menguatkan karakter jiwa muda.
Kemah Sastra, kata Hermin, dapat menjadi batu tumpuan untuk membentuk komunitas-komunitas sastra siswa sehingga dapat muncul sastrawan-sastrawan muda di Sang Bumi Ruwa Jurai.
Senada dengan Hermin, Dekan Fakultas Sastra UKI Jakarta Fajar S. Roekminto mengatakan dengan terciptanya komunitas sastra, khususnya siswa-siswa SMA, dapat menjadi kekuatan budaya dan sastra lisan, terlebih bahasa daerah Lampung.
Fajar juga berpendapat Kemah Sastra yang diikuti oleh 300 pelajar SMA se-Lampung itu adalah titik tolak untuk pembaruan kekuatan budaya tersebut. "Kegiatan-kegiatan sastra masih sangat jarang. Padahal karya-karya sastra dapat mengasah batin dan membuat perkembangan bahasa dan sastra Indonesia menjadi baik," ujarnya.
Pembukaan Kemah Sastra yang baru pertama kali diadakan di Lampung tersebut juga menampilkan pentas karya budaya Meksiko yang dimainkan oleh mahasiswa utusan Kedubes Meksiko, Daniel Antonio Milan Cabrera, yang membawakan sebuah lagu berbahasa Spanyol dan sebuah tembang daerah Sunda. (WID/MG13/U-2)
Sumber: Lampung Post, Jumat, 29 Oktober 2010
No comments:
Post a Comment