Bandarlampung, 18/10 (ANTARA) - Pulau Betuah yang juga merupakan pulau terluar Indonesia harus segera dijadikan kawasan konservasi penyu karena pulau itu sering menjadi tempat singgah hewan langka tersebut.
"Saat ini hanya masyarakat pesisir saja yang masih memiliki kearifan lokal sehingga wilayah tersebut masih terjaga," ujar Direktur LSM Mitra Bentala, Herza Yulianto, di Bandar Lampung, Senin.
Menurut dia, pengembangan pulau itu menjadi kawasan konservasi hewan langka seperti penyu sudah seharusnya karena populasi hewan tersebut di dunia semakin sedikit.
"Pulau Betuah, pulau yang berada di paling ujung di Provinsi Lampung, memiliki potensi begitu besar untuk di kembangkan menjadi kawasan konservasi penyu karena di pulau tersebut tergolong alami dan menjadi tempat pendaratan empat spesies penyu yang langka di dunia," katanya.
Ada empat jenis penyu di daerah itu, menurut Herza, diantaranya penyu hijau, penyu sisik, penyu lekang, dan penyu belimbing.
Berdasarkan data hewan tersebut hanya tersisa 165 ekor saja yang terdiri atas penyu hijau 30 ekor, penyu sisik 30 ekor, penyu belimbing 15 ekor, dan penyu lekang 90 ekor.
"Mengatasi permasalahan tersebut kearifan lokal masyarakat harus terus dijaga dan koordinasi antar-"stake holder" harus dipupuk untuk mengatasi permasalahan terhadap kepunahan hewan langka itu," ujarnya.
Selain itu, Herza menambahkan, saat ini populasi penyu di daerah itu semakin sedikit karena masih ada masyarakat yang tidak mengerti terhadap biota penyu, pengawasan dan penegakan hukum di bidang perikanan yang masih rendah, dan lemahnya koordinasi antar-"stake holder".
"Harus ada kesinergian kerja sama dan kesamaan visi antarlembaga swadaya masyarakat, pihak swasta, masyarakat, dan pemerintah untuk menyelamatkan penyu," katanya.
Populasi penyu yang mendarat di Pantai Pesisir Lampung Barat khususnya Pulau Betuah termasuk terbesar di dunia, karena empat dari tujuh spesies penyu yang ada di dunia mendarat di wilayah itu.
Panjang garis pantai di kabupaten itu adalah 210 km atau sekitar 19 persen dari garis pantai di Provinsi Lampung, serta luasnya 1.105 kilometer persegi dengan potensi lestari hasil laut (ikan, lobster, tuna, penyu) mencapai 90 ribu ton per tahun.
Sumber: Antara, Senin, 18 Oktober 2010
No comments:
Post a Comment