BATUBRAK (Lampost): Tradisi nyambai (berbalas pantun) yang merupakan salah satu budaya adat Lampung di Lampung Barat, yang dilaksanakan muli-meghanai (gadis-bujang) saat malam resepsi pernikahan, saat ini sudah mulai luntur.
Nyambai merupakan tradisi turun-temurun di kalangan masyarakat Lambar untuk menyampaikan isi hati dalam berbagi kebahagiaan saat malam pernikahan.
Sajak yang tertuang di pantun dan disampaikan para pemuda itu berisi kata-kata bernilaikan ungkapan kasih sayang.
Banyak manfaat yang dapat dipetik dari kegiatan nyambai yang biasa dilaksanakan pada malam hari tersebut. Salah satu manfaat bagi para peserta yang mengikutinya yakni dapat menyampaikan isi hatinya, baik berupa perasaan seorang pemudi yang ada maupun perasaan bahagia dalam merayakan pernikahan rekan.
Namun, saat ini tradisi itu sudah mulai memudar. Sudah jarang sekali dapat menikmati acara nyambai karena kini acara pernikahan banyak mengadopsi cara-cara nasional.
Selamat Samsurido, tokoh pemuda di Pekon Balak, Kecamatan Batubrak, Minggu (17-10), mengatakan pihaknya sangat menyayangkan semakin lunturnya salah satu budaya yang selama ini tertanam di kalangan masyarakat di Lambar itu. "Tradisi ini sangat penting untuk menjalin tali silaturahmi dan keakraban di antara kalangan kaum muda. Sehingga, persatuan di kalangan masyarakat dapat terbentuk melalui tradisi ini," kata Selamat.
Diakui Selamat, saat ini sudah sangat sulit menemukan tradisi tersebut pada acara pernikahan. Salah satu faktor yang mengakibatkan memudarnya tradisi itu yakni pelaksanaan resepsi yang sudah banyak mengadopsi cara nasional. Sehingga, kesadaran para kaum muda-mudi untuk melestarikan budaya itu juga semakin menurun.
"Untuk mempertahankan tradisi ini, harus mendapatkan dukungan dari semua pihak, baik itu pemerintah maupun para kaum muda itu sendiri. Jika tidak, dikhawatirkan kebudayaan ini akan hilang begitu saja termakan zaman," kata dia. (CK-7/D-3)
Sumber: Lampung Post, Selasa, 19 Oktober 2010
No comments:
Post a Comment