KALIANDA (Lampost): Aksi penolakan sejumlah mahasiswa di Lampung Selatan terhadap rencana pembangunan patung salah satu tokoh Lampung, Zainal Abidin Pagaralam, dipastikan kandas.
Pasalnya, rencana pembangunan patung yang menelan anggaran sekitar Rp1,7 miliar itu telah disahkan dan tercantum dalam Peraturan Daerah (Perda) No. 1/2011 tentang APBD Lamsel tahun 2011.
Hal ini terungkap dalam rapat dengar pendapat (hearing) antara kalangan mahasiswa yang tergabung dalam Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) Lamsel dan Komisi C DPRD setempat, Senin (24-10), di ruang Komisi B.
Ketua Komisi C DPRD Lamsel Taufik David mengatakan pembangunan patung itu merupakan salah satu upaya pemerintah kabupaten menata wajah Kota Kalianda yang tidak memiliki karakteristik sebagai ibu kota kabupaten yang representatif.
"Ini akan menambah aset daerah. Nantinya patung tersebut akan menjadi daya tarik bagi peningkatan kunjungan wisata di Lampung Selatan. Sebagai pintu gerbang Sumatera, semestinya Lamsel harus lebih unggul," kata Taufik diamini dua anggotanya, Hipni dan Hermonie, dalam hearing kemarin.
Mengapa harus patung Zainal Abidin Pagaralam yang dibangun? Taufik David menjelaskan ZAPA merupakan salah satu tokoh di Lampung. Berbagai pembangunan telah dilakukan mantan Bupati Lampung Selatan itu. Mulai dari pembangunan jalan lintas Sumatera Bakauheni—Tanjungkarang, pembangunan Pelabuhan Bakauheni.
Bahkan, Zainal Abidin merupakan pelopor mekarnya Provinsi Lampung menjadi provinsi yang definitif yang melepaskan diri dari Provinsi Sumatera Selatan.
Pembangunan patung itu merupakan sebuah bentuk penghargaan pemerintah kabupaten. "Setiap orang memang memiliki persepsi berbeda. Tapi saya harap dalam konteks ini kita harus berpandangan yang umum," ujarnya.
Subjektif
Sementara itu, Ketua LMND Lampung Selatan Ahmd Jaylani mengatakan kalangan mahasiswa menilai pembangunan patung Zainal Abidin Pagaralam sebagai rencana pembangunan yang subjektif. Terlebih, pembangunan patung itu tidak ada urgensinya dengan kebutuhan dan kondisi Lamsel yang masih dalam masa pemulihan dari kondisi defisit yang mencapai Rp50 miliar lebh.
"Yang dibutuhkan masyarakat itu bukan patung. Melainkan beras, pendidikan yang murah, dan biaya berobat yang murah. Ini yang harus menjadi prioritas," kata Ahmad Jaylani.
Dia menilai pembangunan patung tersebut tidak sejalan dengan aspirasi masyarakat dan cendrung mencederai hati rakyat Lampung Selatan. Sebab, di tengah-tengah kondisi Lamsel yang mulai bangkit dari keterpurukan, pemerintah justru menghamburkan uang.
"Kita semua tahu tahun 2010 lalu Lamsel defisit. Bahkan, untuk menyembuhkannya sampai menjual aset daerah. Tapi, kok malah menghambur-hamburkan uang untuk pembangunan yang belum tentu urgensinya," kata Jaylani.
Ia menambahkan pembangunan patung tidak mengedepankan aspek ekonomi, sosial, budaya, dan politik. Secara ekonomi tidak banyak yang dapat dirasakan masyarakat dengan dibangunnya patung tersebut. Begitu juga dengan aspek sosial, budaya, dan politik.
"Kami tetap menolak pembangunan patung itu. Kalau memang tetap tidak dapat dihentikan pada periode DPRD Lamsel selanjutnya kami akan meminta patung tersebut dirobohkan," ujar Jaylani.
Di lain pihak, anggota Komisi C DPRD Lamsel, Hipni, menegaskan pembangunan patung Zainal Abidin Pagaralam sudah melalui perencanaan matang oleh Pemkab Lamsel. Mulai dari perencanaan di Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) hingga pengesahan RAPBD menjadi APBD Lamsel melalui perda.
Menurut Hipni, anggaran Rp1,7 miliar itu wajar-wajar saja jika melihat kualitas patung yang akan dibangun. Patung tersebut akan dilapisi perunggu.
Dia mengakui pembangunan patung tersebut memang tidak akan berdampak pada aspek ekonomi secara signifikan. Namun, tidak menutup kemungkinan dengan adanya patung tersebut sektor ekonomi kerakyatan di Lamsel akan berkembang. "Kalau sekarang memang boleh dikatakan belum bisa dirasakan. Tapi, lihat ke depan. Pembangunan untuk masa depan," kata dia. (TOR/R-2)
Sumber: Lampung Post, Rabu, 26 Oktober 2011
Pasalnya, rencana pembangunan patung yang menelan anggaran sekitar Rp1,7 miliar itu telah disahkan dan tercantum dalam Peraturan Daerah (Perda) No. 1/2011 tentang APBD Lamsel tahun 2011.
Hal ini terungkap dalam rapat dengar pendapat (hearing) antara kalangan mahasiswa yang tergabung dalam Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) Lamsel dan Komisi C DPRD setempat, Senin (24-10), di ruang Komisi B.
Ketua Komisi C DPRD Lamsel Taufik David mengatakan pembangunan patung itu merupakan salah satu upaya pemerintah kabupaten menata wajah Kota Kalianda yang tidak memiliki karakteristik sebagai ibu kota kabupaten yang representatif.
"Ini akan menambah aset daerah. Nantinya patung tersebut akan menjadi daya tarik bagi peningkatan kunjungan wisata di Lampung Selatan. Sebagai pintu gerbang Sumatera, semestinya Lamsel harus lebih unggul," kata Taufik diamini dua anggotanya, Hipni dan Hermonie, dalam hearing kemarin.
Mengapa harus patung Zainal Abidin Pagaralam yang dibangun? Taufik David menjelaskan ZAPA merupakan salah satu tokoh di Lampung. Berbagai pembangunan telah dilakukan mantan Bupati Lampung Selatan itu. Mulai dari pembangunan jalan lintas Sumatera Bakauheni—Tanjungkarang, pembangunan Pelabuhan Bakauheni.
Bahkan, Zainal Abidin merupakan pelopor mekarnya Provinsi Lampung menjadi provinsi yang definitif yang melepaskan diri dari Provinsi Sumatera Selatan.
Pembangunan patung itu merupakan sebuah bentuk penghargaan pemerintah kabupaten. "Setiap orang memang memiliki persepsi berbeda. Tapi saya harap dalam konteks ini kita harus berpandangan yang umum," ujarnya.
Subjektif
Sementara itu, Ketua LMND Lampung Selatan Ahmd Jaylani mengatakan kalangan mahasiswa menilai pembangunan patung Zainal Abidin Pagaralam sebagai rencana pembangunan yang subjektif. Terlebih, pembangunan patung itu tidak ada urgensinya dengan kebutuhan dan kondisi Lamsel yang masih dalam masa pemulihan dari kondisi defisit yang mencapai Rp50 miliar lebh.
"Yang dibutuhkan masyarakat itu bukan patung. Melainkan beras, pendidikan yang murah, dan biaya berobat yang murah. Ini yang harus menjadi prioritas," kata Ahmad Jaylani.
Dia menilai pembangunan patung tersebut tidak sejalan dengan aspirasi masyarakat dan cendrung mencederai hati rakyat Lampung Selatan. Sebab, di tengah-tengah kondisi Lamsel yang mulai bangkit dari keterpurukan, pemerintah justru menghamburkan uang.
"Kita semua tahu tahun 2010 lalu Lamsel defisit. Bahkan, untuk menyembuhkannya sampai menjual aset daerah. Tapi, kok malah menghambur-hamburkan uang untuk pembangunan yang belum tentu urgensinya," kata Jaylani.
Ia menambahkan pembangunan patung tidak mengedepankan aspek ekonomi, sosial, budaya, dan politik. Secara ekonomi tidak banyak yang dapat dirasakan masyarakat dengan dibangunnya patung tersebut. Begitu juga dengan aspek sosial, budaya, dan politik.
"Kami tetap menolak pembangunan patung itu. Kalau memang tetap tidak dapat dihentikan pada periode DPRD Lamsel selanjutnya kami akan meminta patung tersebut dirobohkan," ujar Jaylani.
Di lain pihak, anggota Komisi C DPRD Lamsel, Hipni, menegaskan pembangunan patung Zainal Abidin Pagaralam sudah melalui perencanaan matang oleh Pemkab Lamsel. Mulai dari perencanaan di Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) hingga pengesahan RAPBD menjadi APBD Lamsel melalui perda.
Menurut Hipni, anggaran Rp1,7 miliar itu wajar-wajar saja jika melihat kualitas patung yang akan dibangun. Patung tersebut akan dilapisi perunggu.
Dia mengakui pembangunan patung tersebut memang tidak akan berdampak pada aspek ekonomi secara signifikan. Namun, tidak menutup kemungkinan dengan adanya patung tersebut sektor ekonomi kerakyatan di Lamsel akan berkembang. "Kalau sekarang memang boleh dikatakan belum bisa dirasakan. Tapi, lihat ke depan. Pembangunan untuk masa depan," kata dia. (TOR/R-2)
Sumber: Lampung Post, Rabu, 26 Oktober 2011
No comments:
Post a Comment