LIWA—SENIN (24-10), sekitar pukul 13.00, lapangan Merdeka Liwa, Lampung Barat, dipadati seribuan warga. Mereka menyaksikan pembukaan Festival Teluk Stabas ke XIV.
FOTO-FOTO: LAMPUNG POST/ARIPSAH
Terik matahari yang menyengat tak menyurutkan warga dari berbagai wilayah di Lampung Barat untuk menyaksikan parade budaya dari perwakilan 25 kecamatan. Agenda tahunan Pemkab ini memamerkan budaya dan kolaborasi kesenian Lampung, Jawa, Bali, Batak, Sunda, dan lainnya yang tumbuh berkembang di Bumi Beguai Jejama itu.
Iring-iringan pawai budaya yang dimulai dari Hotel Permata, Kelurahan Way Mengaku, menuju mimbar utama pembukaan festival di lapangan Merdeka menjadi pusat perhatian. Kilap lampu kamera kerap lebih cepat dari kedipan mata.
Peserta pawai sejenak beristirahat di sepanjang jalan dekat lapangan Merdeka ketika seremonial pembukaan festival berlangsung di mimbar utama. Saat itu dijadikan sesama peserta untuk saling menyapa satu sama lain, memperkenalkan ciri khas budaya dan kesenian masing-masing.
Usai acara pembukaan, peserta satu per satu memasuki lapangan, memamerkan kekayaan budaya yang ada di setiap kecamatan. Baru sekitar lima kecamatan tampil di hadapan sekitar seribuan tamu undangan, cuaca cerah seketika berubah menjadi gelap, awan hitam kian menyelimuti langit yang diikuti dengan turunnya gerimis.
Tapi kemeriahan di lapangan tetap terlihat, sorakan pengunjung terdengar di sana-sini, terutama ketika setiap kecamatan menujukkan atraksinya. Keragaman suku, budaya adat, dan kesenian yang tumbuh secara berdampingan dengan harmonis di Lambar terlihat dari kolaborasi seni budaya dari setiap kecamatan.
Ada yang memamerkan ritual pernikahan (buataan) yang menggambarkan prosesi adat Lampung saat akan melangsungkan pernikahan yang diiringi dengan atraksi pencak silat, ada pula pertunjukan kesenian budaya kuda lumping dan reog ponorogo yang berasal dari Pulau Jawa, begitu juga seni sakura, hadrah, dan lain sebagainnya. Semua itu membuat seribuan pasang mata tertuju dan mengabadikan momentum FTS.
Selain orang dewasa, tak luput anak kecil pun ikut ambil bagian menjadi peserta dari setiap kecamatan, seperti peragaan adat dari Kecamatan Balikbukit. Seorang anak yang duduk di bangku SD menjadi pembuka acara. Dengan peragaan kuda lumpingnnya, ia seakan tidak merasakan perihnya cambukan sang pawang pada bagian tubuhnnya di hadapan pengunjung.
Tetesan hujan ternyata tak membuat atraksi dari setiap wilayah terhenti, tetapi justru dinikmati, baik oleh peserta maupun pengunjung yang berdiri di sekitar lapangan.
Dalam sambutannnya, Sekretaris Daerah Provinsi Lampung Berlian Tihang menyatakan dukungan penuh pada event ini. Begitu juga dengan Bupati Lampung Barat Mukhlis Basri.
Menurutnya, wilayah Lambar memiliki karakter tersendiri, dan keindahan alam yang terkandung menjadikan wilayah tersebut menjadi salah satu wilayah tujuan wisata. “Kami punya wisata bahari di sepanjang pantai sejauh 250 km dan merupakan satu-satunnya di Provinsi Lampung dengan jumlah kunjungan wisatwan asing terbanyak.
Begitu juga dengan keanerakaragaman adat, budaya, dan kesenian yang terus tumbuh dan berkembang secara berdampingan dengan harmonis, kata dia.
Untuk itu, kata Mukhlis, potensi tersebut akan menjadi prioritas pemerintah setempat untuk mempromosikannya melalui berbagai kegiatan. Dengan harapan, dapat meningkatkan pemasukan daerah dan membuka peluang kerja bagi warga sekitar. (HENDRI ROSADI/ARIPSAH/M-1)
Sumber: Lampung Post, Minggu, 30 Oktober 2011
meriah banget festivalnya
ReplyDeletepilih Hotel Dieng