Oleh Juwantoro
Pesona Gunung Anak Krakatau tak terbantahkan. Selain itu, gelegak aktivitas vulkaniknya juga luar biasa. Itu yang melatari pengambilan api Porprov VII Lampung Selatan dari sini.
“HANTU” berupa gundukan tinggi pasir hitam dengan puncak mengepulkan asap putih itu tinggal sejangkauan. Puluhan orang terus memacu deras langkahnya untuk meraihnya, Kamis (19/2).
Mereka adalah rombongan Bupati Lampung Selatan Rycko Menoza yang didampingi Sekkab Sutono, Ketua KONI, dan jajaran panitia Porprov VII 2014. Mereka sedang berjuang mendapatkan api Gunung Anak Krakatau yang akan “membakar” semangat 5.000-an atlet dan ofisial yang berlaga pada event olahraga tingkat provinsi di Kalianda.
Perjalanan menuju puncak Krakatau itu cukup berat. Hari itu aktivitas Dermaga Canti, Desa Canti, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, sangat ramai, tidak seperti biasanya. Rombongan masyarakat, para kepala desa, beberapa anggota polisi Polres Lamsel, dan TNI yang akan berangkat menuju ke Desa Tejang, Pulau Sebesi. Ritual pengambilan api untuk Porprov tampaknya dijadikan momen untuk acara lain yang sama pentingnya. Yakni, jajaran Pemkab Lampung Selatan akan melaksanakan Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrebang) Kecamatan Rajabasa di Desa Tejang, Pulau Sebesi.
Perjalanan menuju Desa Tejang memakan waktu hampir satu jam. Sepanjang perjalanan rombongan dapat melihat lalu lalang para nelayan sedang mencari ikan dan gundukan tiga pulau, yakni dinamai Pulau Setiga.
Tidak lama, suguhan pemandangan Pulau Sebuku nan hijau dan indah menyapa. Setelah itu, tampak di kejauhan Desa Tejang berdiri kokoh menjulang tinggi. Mendekati Desa Tejang, Pulau Sebesi, Pulau Umang–Umang yang kerap digunakan untuk kegiatan snorkling memamerkan kemolekannya. Di tempat itu, terumbu karangnya sangat indah dan terlihat dari permukaan.
Tiba di dermaga Desa Tejang, rombongan disuguhkan pantai nan jernih dan indah. Sebab, di sana terlihat langsung segerombol ikan-ikan kecil dari atas jembatan di dermaga itu.
Pada bagian kanan dermaga terdapat tempat wisata Desa Tejang. Namun, pengelolaannya belum maksimal. Sebab, kamar-kamar tempat bermalam kondisinya sudah mulai rusak. Meskipun demikian, tiap Sabtu dan Minggu, pengunjung cukup ramai berkunjung.
Api Porprov
Upaya mempromosikan pariwisata Gunung Anak Krakatau (GAK), Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan melakukan pengambilan api obor dari GAK untuk event Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) VII, Kamis (20/2).
Rombongan pejabat Pemkab Lampung Selatan berangkat pada Rabu (19/2) menuju Desa Tejang. Rangkaian kegiatan dimulai Rabu malam, Bupati Lamsel Rycko Menoza yang datang melakukan ramah tamah dengan warga desa setempat. Lalu, dilanjutkan dengan menonton layar tancap di lapangan bersama.
Keesokan harinya, rombongan berangkat menuju Krakatau. Perjalanan dari Desa Tejang menuju Krakatau memakan waktu hampir 2 jam.
Sepanjang perjalanan tampak di kejauhan para nelayan sedang mencari ikan. Tiba di pantai GAK, rombongan disambut seniman dari Bandung sedang melukis dan memajangkan kaus bergambarkan GAK.
Bupati Rycko Menoza yang tiba pukul 12.00, disambut Sudiro, seniman Bandung di tepi pantai GAK. Di situ, Rycko dihadiahi pin bergambarkan GAK bertuliskan ‘131 Year’ yang dipasangkan langsung pada kaus yang dikenakan Rycko.
Rycko Menoza juga diberi kumpulan syair tentang GAK. Kemudian, oleh Sudiro, Rycko diminta menggoreskan apa saja di kain kanvas. Nantinya akan dilanjutkan lukisannya oleh Sudiro. Lalu, di tepi pantai Krakatau nan indah itu, Rycko pun diminta menyaksikan dan mendengarkan syair.
Selanjutnya, Rycko dipandu sutradara dari Rumah Production The Teksi Koko untuk melakukan adegan lari membawa obor dari tepi pantai GAK, mendaki GAK untuk mengambil api dari GAK tersebut.
Bupati melakukan pendakian GAK melalui jalan setapak yang sisi kanan kirinya terlihat tanaman berbagai jenis, antara lain pinus, pandan, anggrek, ketapang, dan pohon mengkudu. Juga kicau aneka burung.
Di tempat pendakian pertama, Rycko dengan memegang obor menatap puncak Krakatau. Lalu, dia pun berlari melanjutkan pendakian untuk melakukan pengambilan api di puncak gunung. Dari atas, pengunjung bisa melihat keindahan pepohonan.
Sekitar pukul 15.00, rombongan beranjak pulang menuju Desa Tejang mengambil rute mengitari gunung api berstatus Waspada itu. Decak kagum para penumpang kapal tampak ketika memandang Krakatau yang hitam legam dan sejumlah material bebatuan berwarna kecokelatan dan hitam yang dikeluarkan dari perut GAK. Pada tubuh GAK tampak juga kepulan asap pada bagian puncaknya menandakan GAK itu aktif.
Setelah mengitari Krakatau, rombongan melanjutkan perjalanan menuju Desa Tejang untuk singgah sebentar. Tidak lama kemudian, perjalanan dilanjutkan menuju Dermaga Bom Kalianda. (M1)
Sumber: Lampung Post, Minggu, 23 Februari 2014
Pesona Gunung Anak Krakatau tak terbantahkan. Selain itu, gelegak aktivitas vulkaniknya juga luar biasa. Itu yang melatari pengambilan api Porprov VII Lampung Selatan dari sini.
“HANTU” berupa gundukan tinggi pasir hitam dengan puncak mengepulkan asap putih itu tinggal sejangkauan. Puluhan orang terus memacu deras langkahnya untuk meraihnya, Kamis (19/2).
Mereka adalah rombongan Bupati Lampung Selatan Rycko Menoza yang didampingi Sekkab Sutono, Ketua KONI, dan jajaran panitia Porprov VII 2014. Mereka sedang berjuang mendapatkan api Gunung Anak Krakatau yang akan “membakar” semangat 5.000-an atlet dan ofisial yang berlaga pada event olahraga tingkat provinsi di Kalianda.
Perjalanan menuju puncak Krakatau itu cukup berat. Hari itu aktivitas Dermaga Canti, Desa Canti, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, sangat ramai, tidak seperti biasanya. Rombongan masyarakat, para kepala desa, beberapa anggota polisi Polres Lamsel, dan TNI yang akan berangkat menuju ke Desa Tejang, Pulau Sebesi. Ritual pengambilan api untuk Porprov tampaknya dijadikan momen untuk acara lain yang sama pentingnya. Yakni, jajaran Pemkab Lampung Selatan akan melaksanakan Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrebang) Kecamatan Rajabasa di Desa Tejang, Pulau Sebesi.
Perjalanan menuju Desa Tejang memakan waktu hampir satu jam. Sepanjang perjalanan rombongan dapat melihat lalu lalang para nelayan sedang mencari ikan dan gundukan tiga pulau, yakni dinamai Pulau Setiga.
Tidak lama, suguhan pemandangan Pulau Sebuku nan hijau dan indah menyapa. Setelah itu, tampak di kejauhan Desa Tejang berdiri kokoh menjulang tinggi. Mendekati Desa Tejang, Pulau Sebesi, Pulau Umang–Umang yang kerap digunakan untuk kegiatan snorkling memamerkan kemolekannya. Di tempat itu, terumbu karangnya sangat indah dan terlihat dari permukaan.
Tiba di dermaga Desa Tejang, rombongan disuguhkan pantai nan jernih dan indah. Sebab, di sana terlihat langsung segerombol ikan-ikan kecil dari atas jembatan di dermaga itu.
Pada bagian kanan dermaga terdapat tempat wisata Desa Tejang. Namun, pengelolaannya belum maksimal. Sebab, kamar-kamar tempat bermalam kondisinya sudah mulai rusak. Meskipun demikian, tiap Sabtu dan Minggu, pengunjung cukup ramai berkunjung.
Api Porprov
Upaya mempromosikan pariwisata Gunung Anak Krakatau (GAK), Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan melakukan pengambilan api obor dari GAK untuk event Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) VII, Kamis (20/2).
Rombongan pejabat Pemkab Lampung Selatan berangkat pada Rabu (19/2) menuju Desa Tejang. Rangkaian kegiatan dimulai Rabu malam, Bupati Lamsel Rycko Menoza yang datang melakukan ramah tamah dengan warga desa setempat. Lalu, dilanjutkan dengan menonton layar tancap di lapangan bersama.
Keesokan harinya, rombongan berangkat menuju Krakatau. Perjalanan dari Desa Tejang menuju Krakatau memakan waktu hampir 2 jam.
Sepanjang perjalanan tampak di kejauhan para nelayan sedang mencari ikan. Tiba di pantai GAK, rombongan disambut seniman dari Bandung sedang melukis dan memajangkan kaus bergambarkan GAK.
Bupati Rycko Menoza yang tiba pukul 12.00, disambut Sudiro, seniman Bandung di tepi pantai GAK. Di situ, Rycko dihadiahi pin bergambarkan GAK bertuliskan ‘131 Year’ yang dipasangkan langsung pada kaus yang dikenakan Rycko.
Rycko Menoza juga diberi kumpulan syair tentang GAK. Kemudian, oleh Sudiro, Rycko diminta menggoreskan apa saja di kain kanvas. Nantinya akan dilanjutkan lukisannya oleh Sudiro. Lalu, di tepi pantai Krakatau nan indah itu, Rycko pun diminta menyaksikan dan mendengarkan syair.
Selanjutnya, Rycko dipandu sutradara dari Rumah Production The Teksi Koko untuk melakukan adegan lari membawa obor dari tepi pantai GAK, mendaki GAK untuk mengambil api dari GAK tersebut.
Bupati melakukan pendakian GAK melalui jalan setapak yang sisi kanan kirinya terlihat tanaman berbagai jenis, antara lain pinus, pandan, anggrek, ketapang, dan pohon mengkudu. Juga kicau aneka burung.
Di tempat pendakian pertama, Rycko dengan memegang obor menatap puncak Krakatau. Lalu, dia pun berlari melanjutkan pendakian untuk melakukan pengambilan api di puncak gunung. Dari atas, pengunjung bisa melihat keindahan pepohonan.
Sekitar pukul 15.00, rombongan beranjak pulang menuju Desa Tejang mengambil rute mengitari gunung api berstatus Waspada itu. Decak kagum para penumpang kapal tampak ketika memandang Krakatau yang hitam legam dan sejumlah material bebatuan berwarna kecokelatan dan hitam yang dikeluarkan dari perut GAK. Pada tubuh GAK tampak juga kepulan asap pada bagian puncaknya menandakan GAK itu aktif.
Setelah mengitari Krakatau, rombongan melanjutkan perjalanan menuju Desa Tejang untuk singgah sebentar. Tidak lama kemudian, perjalanan dilanjutkan menuju Dermaga Bom Kalianda. (M1)
Sumber: Lampung Post, Minggu, 23 Februari 2014
No comments:
Post a Comment