Pemenang Hadiah Sastra Rancage 2017 bersama Wagub Jabar Deddy Mizwar, aktris Nani Wijaya, dan budayawan Ajip Rosidi. (KORAN JAKARTA/Teguh Rahardjo) |
Wagub Jawa Barat Deddy Mizwar mengatakan, upaya penyelamatan bahasa daerah sangat penting dilakukan agar bahasa daerah tidak punah keberadaannya.
“Penyelamatan bahasa daerah saat ini sangat penting dan mendesak. Indonesia memiliki hampir 800 bahasa, 169 dari bahasa tersebut kini terancam punah akibat arus deras globalisasi dan hanya memiliki penutur antara 500 sampai 1.000 orang,” kata Deddy, akhir pekan lalu.
Pada Keputusan Hadiah Sastra Rancage 2017, memberikan 11 hadiah, dan satu penghargaan khusus untuk cerpen dalam bahasa Batak yang berjudul “Parlombu-lombu” (Si Gembala Sapi) karya Soekirman Ompu Abimanyu.
Sementara itu Hadiah Sastra Rancage 2017 untuk sastra Sunda, diberikan kepada Kumpulan Cerpen karya Alam Amilia dengan judul “Diantara Tilu Jaman”. Adapun Hadiah Sastra Rancage untuk Sastra Sunda di bidang jasa disampaikan kepada Komunitas Ngejah, Sukawangi, Singajaya, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Hadiah Sastra Rancage 2017 untuk Sastra Jawa diberikan kepada Roman Sejarah Karya Moh. Syaiful dengan tajuk “Agul-Agul Balambangan.” Sedangkan Hadiah Sastra Rancage 2017 bagi yang berjasa dihaturkan kepada H Abdullah Purwodarsono.
Sedangkan Hadiah Sastra Rancage untuk sastra Bali diberikan kepada Kumpulan Cerpen karya Dewa Ayu Carma Citrawati bertajuk “Kutang Sayang Gemel Madui”, dan Hadiah Sastra Rancage di bidang jasa untuk I Putu Supartika.
Untuk Sastra Lampung, diberikan kepada karya bertajuk “Negarabatin” karya Udo Z. Karzi. Sementara untuk Sastra Batak diberikan kepada Kumpulan 10 Cerpen karya Tansiswo Siagian berjudul “Sonduk Hela”, dan Hadiah Sastra Rancage 2017 untuk Jasa dalam sastra Batak dihaturkan kepada Grup Tortor Sangombas.
Kemudian untuk sastra Banjar diberikan kepada Roman karya Jamal T. Suryanata bertajuk “Pembatangan”.
Yayasan Sastra Rancage juga memberikan Hadiah Samsoedi 2017 untuk penulis bacaan anak-anak dalam bahasa Sunda yang diberikan kepada “Nala” karangan Darpan.
“Kita punya TV daerah, bisa dikembangkan untuk menginformasikan hal semacam ini, kemudian juga lewat pariwisata misalnya, suatu budaya juga bisa dipertahankan bahkan dikembangkan,” tutur Deddy. tgh/R-1
Sumber:
Koran Jakarta, Senin 11 September 2017
No comments:
Post a Comment