SESUNGGUHNYA budaya Lampung dan budaya daerah lain, tak lain merupakan suatu pola hidup yang menggambarkan kepribadian masyarakatnya. Sebab, diakui atau tidak, beragam budaya yang ada dalam masyarakat Lampung banyak dipengaruhi nilai-nilai budaya Islam dan Hindu yang acap bernuansa magi (spiritual) dan simbolis.
***
Karya seni bisa dikatakan sebagai sarana dan ekspresi kehidupan agar ia berguna bagi kemajuan peradaban. Akan tetapi, dalam realitas sosial suku Lampung, nilai-nilai seni budaya yang juga ditujukan sebagai sebuah proses untuk meningkatkan pengetahuan dan peradaban secara turun-temurun, secara tak langsung, kini mulai hilang dan tidak lagi terinternalisasi dalam jiwa masyarakatnya.
Adanya perubahan dan perkembangan pemikiran, serta pertumbuhan penduduk yang diikuti proses industrialisasi, telah mengubah struktur kerja masyarakat yang agraris ini. Industrialisasi telah membawa dampak terhadap meningkatnya aktivitas pekerjaan dan mobilitas penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidup di tengah persaingan yang begitu ketat. Sebagai konsekuensinya, individu dalam masyarakat menjadi sibuk dengan urusan sendiri sehingga tidak ada waktu untuk menikmati atau mengadakan acara seni budaya.
Perkembangan pemikiran pada masyarakat suku Lampung, seyogianya membuat masing-masing dari mereka memiliki tingkat kreativitas yang tinggi dalam melestarikan seni budaya Lampung. Namun, kenyataannya masyarakat Lampung terbawa nilai budaya daerah lain.
Ini setidaknya disebabkan proses transmigrasi yang telah lama menimbulkan pembauran masyarakat, yang di dalamnya kerap membawa dan menggunakan nilai budaya masing-masing. Terlebih lagi, kuantitas penduduk pendatang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat Lampung sendiri.
Selain itu, pengaruh letak geografis provinsi Lampung sebagai daerah lintas dan penghubung antara Pulau Sumatera dan Jawa juga bisa kita tunjuk sebagai penghambat perkembangan seni budaya Lampung selanjutnya. Sebab, ini mengakibatkan budaya dari luar sangat mudah masuk sehingga terjadilah pembauran budaya yang cenderung tak harmonis.
Modernisasi pada dasarnya merupakan suatu bentuk perubahan sosial yang berdasar pada social planning. Proses ini meliputi bidang-bidang yang sangat luas sehingga mencakup suatu transformasi total kehidupan bersama yang tradisional menuju kepada pola-pola modern gaya Barat. Terjadinya modernisasi tentu akan mengubah sistem nilai dan norma sosial masyarakat itu dari yang tradisional ke dalam bentuk modern.
Permasalahan yang timbul kemudian adalah modernisasi menjadi suatu tujuan utama dan dianggap sebagai sesuatu yang harus dikuasai dan diikuti. Dengan demikian, nilai-nilai yang telah lama dimiliki lambat laun ditinggalkan. Ujung-ujungnya, kepribadian individu dalam masyarakat pun menjadi berubah dan budaya tradisional makin tidak diminati pemiliknya.
Proses ini pun terjadi dalam dimensi kehidupan masyarakat Lampung. Hal yang begitu terpengaruh adalah dari segi adat istiadat dan seni budaya yang sudah sangat jarang dipakai. Salah satu contoh adalah dalam pelaksanaan pesta adat, di mana kegiatan ngehantakh (menghidangkan makanan) sudah diganti dengan model franchisan.
Di sisi lain, keengganan generasi muda suku Lampung untuk mempelajari dan melestarikan budaya sendiri, menjadi sesuatu yang juga bisa kita tunjuk ikut menghambat perkembangan budaya Lampung. Bahkan, bahasa Lampung sudah sangat jarang sekali digunakan dalam interaksi sosial sehari-hari, terutama di daerah perkotaan.
Walaupun banyak lembaga yang bergerak dalam bidang seni budaya Lampung, media ini kurang menarik minat para pemudanya untuk berkreativitas sehingga belum menampakkan hasil yang konkret bagi kemajuan seni budaya Lampung. Hal itu disebabkan tidak efektifnya pola dan mekanisme yang diterapkan dalam manajemen organisasi.
Untuk itu, diperlukan penanganan yang intensif melalui sentuhan tangan kreatif dari para pakar dan ahli termasuk pejabat pemerintah daerah serta pengusaha dalam rangka melestarikan seni-budaya ini. Paling tidak bahasa Lampung harus tetap eksis dalam masyarakat suku Lampung sendiri. Terlebih lagi dalam menghadapi tantangan modernisasi yang makin gencar.
***
Pelestarian seni budaya Lampung tidak cukup hanya dengan menggelar pameran-pameran seni budaya atau kegiatan adat-istiadat saja, tetapi harus dengan langkah konkret, yaitu peningkatan kualitas individu masyarakat suku Lampung, baik dalam bidang ekonomi maupun ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).
Selain itu, kita semua pun sangat berharap agar para pemuda Lampung beserta tokoh adat dan aparat pemerintah daerah bisa mengambil langkah yang efektif dan kreatif. Jika tidak, dalam beberapa dekade saja seni budaya Lampung ini akan punah. Maka, dalam rangka melestarikan seni budaya Lampung, peningkatan kualitas dan mutu masyarakat, terutama generasi mudanya, sangatlah bersifat esensial dan mendesak.
Begitu kompleksnya persoalan yang menerpa seni budaya Lampung di atas, mestilah menimbulkan suatu pemikiran baru bagi kita semua bahwa sudah saatnya kita menengok kembali lumbung padi dan warisan leluhur yang sudah lama tersimpan dan hampir hilang ditelan zaman. Sebab, jika terus-menerus menengok ke luar (baca: seni budaya daerah dan bangsa lain), statemen yang mengatakan esok lusa seni budaya Lampung akan punah, bisa benar-benar terjadi dan tak bisa kita tampik keberadaannya. n
* Muslim, Peminat kajian budaya, mahasiswa IAIN Raden Intan, Lampung
Sumber: Lampung Post, Sabtu, 6 Juni 2009
No comments:
Post a Comment