Oleh H. Bambang Eka Wijaya
"MALAM Minggu kita merayakan HUT Kota Bandar Lampung sambil menonton band Hijau Daun di Tugu Adipura!" ajak Umar.
"Ajakanmu terbalik!" sambut Amir. "Kita nonton Hijau Daun sambil merayakan HUT kota! Sebab, HUT kota setiap tahun, sedang menonton band Hijau Daun secara langsung kesempatan langka!"
"Kenapa Hijau Daun begitu istimewa bagimu?" tanya Umar.
"Karena prestasi band indie kota kita yang berhasil ke tingkat nasional tergolong langka!" jawab Amir. "Untuk dekade ini, tercatat hanya Kangen dan Hijau Daun yang berhasil mewujudkan impian setiap grup band itu! Kita layak belajar dari sukses mereka, yang sungguh tidak mudah meraihnya! Sukses kedua band melengkapi kebanggaan warga Lampung dalam bidang seni, memperkuat daftar sukses para penyairnya di tingkat nasional!"
"Apanya yang perlu dipelajari?" kejar Umar.
"Ketekunan mereka berkreasi dalam kondisi serbaterbatas, tanpa berharap bantuan fasilitas atau dana APBD!" tegas Amir. "Dalam kondisi penuh keterbatasan itu mereka mampu mengeksplorasi kekuatan intuisi dirinya, mangaktualisasikannya dalam wujud karya seni! Meski kedua band beraliran pop, tak dapat dikesampingkan arti kreasi seninya dalam menciptakan lagu sendiri sebagai kekhasan band indie! Sukses band indie didasari kepekaan dua hal sekaligus, atas irama dan lagu yang orisinal, dan syairnya mengena semangat zamannya! Dengan demikian, sukses band indie adalah sukses multidimesi--irama musik yang padu dengan syair lagunya!"
"Terharu aku mendengar uraianmu!" sambut Umar. "Betapa tidak! Anak-anak pinggiran dalam kondisi serbaterbatas mampu mengukir prestasi ke tingkat nasional di bidang yang didominasi selebriti! Di sisi lain, tak sedikit kalangan yang bergelimang fasilitas dan dana cuma bisa berkutat di kandang, gagal menembus ke mana pun!"
"Lebih penting untuk belajar dari sukses mereka adalah kalangan birokrat dan politisi dalam mengelola pembangunan daerah, khususnya dalam berorientasi pada prestasi!" tegas Amir. "Orientasi pada prestasi itu, di kalangan birokrat pemerintahan dan politisi, cenderung kurang mendapat prioritas!"
"Itu karena birokrat dan politisi lebih berorientasi pada kepentingan!" potong Umar. "Birokrat lebih berorientasi kepentingan kedudukan, sedang orientasi politisi dalam kepentingan kekuasaan! Akibatnya, bahkan orientasi ideal birokrat sebagai pelayan rakyat dan politisi mengabdi kepentingan rakyat malah cuma jadi sambilan!"
"Maka itu, kusambut ajakanmu menonton Hijau Daun!" tegas Amir. "Asal jangan seperti studi banding, hanya dengan melihat-lihat buah kerja keras dan ketekunan orang, lantas yakin akan bisa berprestasi menyamainya--tanpa kerja keras dan ketekunan yang sama!" **
Sumber: Lampung Post, Sabtu, 20 Juni 2009
No comments:
Post a Comment