BANDAR LAMPUNG (Lampost): Hingga kini belum ada strategi bagi pengembangan sastra berbahasa Lampung. Akibatnya, kehidupan sastra etnik bahasa Lampung berjalan tersendat-sendat; hidup segan mati tak mau.
Kabid Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Lampung Suwandi mengakui selama ini pihaknya sangat mendukung pelestarian sastra lisan Lampung. "Beberapa kali mementaskan sastra lisan Lampung dan kesenian tradisi lain bekerja sama dengan berbagai pihak," ujar Suwandi di ruang kerjanya, Selasa (16-6).
Mengenai sastra Lampung tulis, Suwandi mengatakan baru mengetahui jika saat ini telah berkembang pula sastra modern Lampung tulis, selain yang sudah sastra lisan. "Saya terima kasih sudah diberi tahu. Ini masukan bagi kami," ujarnya.
Sastra modern Lampung memang relatif baru dalam khazanah sastra etnik di nusantara. Meskipun baru, Yayasan Kebudayaan Rancage telah memberikan penghargaan kepada sastra Lampung berupa Hadiah Sastra Lampung pada 2008 lalu.
Sayangnya, pada tahun ini Rancage ini lepas dari sastrawan Lampung karena sepanjang tahun 2008 tidak ada buku sastra berbahasa Lampung yang terbit.
Suwandi menyatakan apreciate terhadap keberadaan sastra modern Lampung. Dia berharap sastra modern Lampung bisa berkembang bersamaan dengan sastra tradisional Lampung atau sastra lisan Lampung. "Kita akan mendukung berbagai upaya untuk mendukung keberadaan sastra berbahasa Lampung, baik sastra tradisi Lampung maupun sastra modern Lampung," kata Suwandi.
Dia meminta agar keberadaan sastra modern Lampung itu disosialisasikan dalam berbagai kesempatan untuk merangsang kreativitas para sastrawan agar melahirkan karya-karya sastra berbahasa Lampung. "Kita juga perlu mendorong penerbitan buku sastra Lampung itu dengan program-program yang lebih terencana."
Menurut dia, dalam upaya ke arah itu, semua pihak seperti Dewan Kesenian Lampung (DKL), Majelis Penyimbang Adat Lampung (MPAL), Dinas Pendidikan, seniman, dan masyarakat harus bekerja sama. ZUL/K-2
Sumber: Lampung Post, Rabu, 17 Juni 2009
No comments:
Post a Comment