KEHADIRAN mahasiswa yang melakukan kuliah kerja nyata (KKN) memberi warna di daerah tujuan. Dengan kreativitasnya, mereka menjadi pintu masuk ilmu pengetahuan dan pembaruan di daerah.
Senin (19-8) pagi, beberapa titik di Kota Liwa dan sekitarnya terasa lebih ramai dari biasanya. Sejak sehari sebelumnya, puluhan muda-mudi terlihat hilir mudik dengan berbagai kesibukan. Mereka adalah mahasiswa FKIP Unila yang menempuh program kuliah kerja nyata (KKN) di wilayah Lampung Barat. Mereka sedang mempersiapkan beberapa agenda.
Hari itu, selama dua hari, ada enam titik kegiatan yang difasilitasi oleh para intelektual muda itu. Di Aula RM Sahabat Utama, Liwa, mereka mengumpulkan 200-an guru dan kepala sekolah se-Lampung Barat dan Pesisir Barat. Satu pakar mereka hadirkan untuk berbagi ilmu tentang mendidik yang paripurna.
Di Kecamatan Batubrak, juga di Lampung Barat, puluhan guru juga berkumpul di satu tempat menghadiri undangan mahasiswa yang sedang belajar mengabdi kepada masyarakat. Satu tema ilmu, yakni tentang penelitian tindakan kelas (PTK) ditularkan oleh ahli dari Unila.
Pengetahuan tentang penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (ITC) juga digelar pada hari yang sama di Kecamatan Sukau, Lampung Barat. Sama dengan yang lain, para piawai di bidang olah data dan jaringan menggunakan teknologi komputer dari Unila yang membagi ilmu itu juga didatangkan oleh mahasiswa KKN.
Di SMA Negeri 1 Liwa, para guru bidang studi Geografi dari berbagai sekolah di Lampung Barat juga takzim kepada beberapa pakar geografi dari Unila. Di ruang laboratorium multimedia yang cukup nyaman, mereka mengangsu ilmu dalam bimbingan sekaligus praktik langsung dengan berbagai alat canggih.
?Ada software baru dalam bidang pendidikan Geografi yang masih belum dikenalkan kepada para guru Geografi. Makanya kami bawa ke sini dan kami perkenalkan. Dengan program baru yang berbasis IT ini, pengajaran ilmu geografi akan sangat menarik karena sangat aplikatif. Saya yakin, dengan program ini siswa akan antusias belajar geografi,? kata Basri, salah satu fasilitator KKN FKIP Unila.
Hari itu para praktisi pendidikan di Lampung Barat tampaknya tidak menyia-nyiakan kedatangan belasan pakar ke daerahnya. Mendengar kabar Bujang Rahman, dekan FKIP Unila yang punya spesialisasi di bidang manajemen pendidikan, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Lampung Barat mengambil kesempatan.
Bertempat di Madrasah Aliah Negeri 1 Liwa, seluruh kepala madrasah di Lampung Barat dikumpulkan.
?Kami dengar dari mahasiswa yang KKN di sini, katanya Pak Bujang mau datang meninjau KKN. Karena saya tahu dia doktor bidang manajemen pendidikan, kami minta dia menyisihkan waktu untuk kami,? kata Maryan Hasan, salah satu staf di MAN 1 Liwa.
Agen Ilmu
Mengomentari beberapa pernyataan bernuansa intelektual dan punya nilai transfer ilmu yang digelar mahasiswa KKN, Bujang Rahman mengaku surprise. Dia melihat muatan ideal dari pelaksanaan KKN saat ini kembali kepada rel yang diinginkan.
?Saya apresiasi dengan program-program yang dijalankan oleh mahasiswa di sini. Memang, saat pembekalan beberapa waktu lalu, saya menekankan kepada mahasiswa yang KKN agar menjalankan prakarsanya sesuai ilmu yang dituntut. Mereka adalah calon guru, maka saya tak mengizinkan mereka KKN hanya membuat papan nama jalan. Itu bukan kerja guru,? kata Bujang.
KKN yang sempat dihilangkan pada masa euforia reformasi dan bisa digantikan dengan menulis karya ilmiah sebagai syarat kelulusan terbukti tidak tepat langkah. Menurut Bujang, apa pun disiplin ilmu yang ditimba, membangun relasi alamiah dengan masyarakat yang sesungguhnya tetap sangat penting bagi mahasiswa. Sebab, meskipun sebagai pribadi dan makhluk sosial, setiap mahasiswa adalah bagian dari masyarakat, belum tentu mereka merasakan interaksi intensif, bahkan mengambil prakarsa untuk solusi masyarakat.
Ketua Praktik Lapangan Terpadu (PLT) FKIP Unila Mulyanto Widodo mengatakan optimalisasi peran KKN di daerah terus berinovasi. Integrasi bekal ilmu dari para mahasiswa dengan kearifan lokal dan pemangku kepentingan di daerah sangat ditekankan.
"Kami surprise dengan KKN mahasiswa FKIP Unila tahun ini. Program yang kami anggap unggul adalah prakarsa mereka menghadirkan forum-forum ilmiah di daerah tempat mereka KKN. Ini mendapat respons luar biasa dari stakeholder," kata dosen FKIP Unila ini.
Gebrakan para mahasiswa mendapat apresiasi khusus dari berbagai kalangan. Mulyanto mengatakan 56 sekolah yang tahun ini tidak mendapat jatah mahasiswa KKN FKIP Unila langsung meminta agar dimasuki mahasiswa KKN tahun depan.
"Ini saya sudah mendapat listing sekolah-sekolah itu dan mereka sangat berharap bisa dimasuki anak-anak kami tahun depan," ujar dia.
Eva Oktarina, wakil kepala SMAN 1 Liwa, mengaku sangat terbantu oleh mahasiswa KKN. Satu tema forum ilmiah yang digelar di SMAN 1 Liwa, yakni pelatihan sistem informasi geografi, kata Eva, sangat surprise bagi guru bidang studi Geografi.
"Banyak guru-guru yang kecewa karena tidak mendapat undangan dari panitia. Ilmu geografi berbasis IT yang diberikan ini sangat berguna dan baru bagi kami," kata dia.
Pakar-pakar lain dari FKIP Unila di bidang geografi, penelitian tindakan kelas, teknologi informasi dan komunikasi, dan lainnya. Bujang mengatakan pola KKN di fakultasnya memang didesain agar mahasiswa bisa belajar dan mengabdi kepada masyarakat. "Kami menyebutnya KKN pendidikan terintegrasi," kata dia.
Konsep mahasiswa menjadi jangkar ilmu pengetahuan di daerah adalah sesuatu yang baru. Model ini meniscayakan ilmu dapat masuk ke sel-sel dan wilayah yang selama ini serasa mustahil.
"Kalau tidak difasilitasi para mahasiswa yang punya akses dekat dengan kepakaran dan kompetensi baru, rasanya kami hanya bisa mimpi," kata Maryan Hasan, salah satu peserta pelatihan yang juga guru di MAN Liwa, Lampung Barat. (SDM/M2)
Sumber: Lampung Post, Minggu, 25 Agustus 2013
Senin (19-8) pagi, beberapa titik di Kota Liwa dan sekitarnya terasa lebih ramai dari biasanya. Sejak sehari sebelumnya, puluhan muda-mudi terlihat hilir mudik dengan berbagai kesibukan. Mereka adalah mahasiswa FKIP Unila yang menempuh program kuliah kerja nyata (KKN) di wilayah Lampung Barat. Mereka sedang mempersiapkan beberapa agenda.
Hari itu, selama dua hari, ada enam titik kegiatan yang difasilitasi oleh para intelektual muda itu. Di Aula RM Sahabat Utama, Liwa, mereka mengumpulkan 200-an guru dan kepala sekolah se-Lampung Barat dan Pesisir Barat. Satu pakar mereka hadirkan untuk berbagi ilmu tentang mendidik yang paripurna.
Di Kecamatan Batubrak, juga di Lampung Barat, puluhan guru juga berkumpul di satu tempat menghadiri undangan mahasiswa yang sedang belajar mengabdi kepada masyarakat. Satu tema ilmu, yakni tentang penelitian tindakan kelas (PTK) ditularkan oleh ahli dari Unila.
Pengetahuan tentang penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (ITC) juga digelar pada hari yang sama di Kecamatan Sukau, Lampung Barat. Sama dengan yang lain, para piawai di bidang olah data dan jaringan menggunakan teknologi komputer dari Unila yang membagi ilmu itu juga didatangkan oleh mahasiswa KKN.
Di SMA Negeri 1 Liwa, para guru bidang studi Geografi dari berbagai sekolah di Lampung Barat juga takzim kepada beberapa pakar geografi dari Unila. Di ruang laboratorium multimedia yang cukup nyaman, mereka mengangsu ilmu dalam bimbingan sekaligus praktik langsung dengan berbagai alat canggih.
?Ada software baru dalam bidang pendidikan Geografi yang masih belum dikenalkan kepada para guru Geografi. Makanya kami bawa ke sini dan kami perkenalkan. Dengan program baru yang berbasis IT ini, pengajaran ilmu geografi akan sangat menarik karena sangat aplikatif. Saya yakin, dengan program ini siswa akan antusias belajar geografi,? kata Basri, salah satu fasilitator KKN FKIP Unila.
Hari itu para praktisi pendidikan di Lampung Barat tampaknya tidak menyia-nyiakan kedatangan belasan pakar ke daerahnya. Mendengar kabar Bujang Rahman, dekan FKIP Unila yang punya spesialisasi di bidang manajemen pendidikan, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Lampung Barat mengambil kesempatan.
Bertempat di Madrasah Aliah Negeri 1 Liwa, seluruh kepala madrasah di Lampung Barat dikumpulkan.
?Kami dengar dari mahasiswa yang KKN di sini, katanya Pak Bujang mau datang meninjau KKN. Karena saya tahu dia doktor bidang manajemen pendidikan, kami minta dia menyisihkan waktu untuk kami,? kata Maryan Hasan, salah satu staf di MAN 1 Liwa.
Agen Ilmu
Mengomentari beberapa pernyataan bernuansa intelektual dan punya nilai transfer ilmu yang digelar mahasiswa KKN, Bujang Rahman mengaku surprise. Dia melihat muatan ideal dari pelaksanaan KKN saat ini kembali kepada rel yang diinginkan.
?Saya apresiasi dengan program-program yang dijalankan oleh mahasiswa di sini. Memang, saat pembekalan beberapa waktu lalu, saya menekankan kepada mahasiswa yang KKN agar menjalankan prakarsanya sesuai ilmu yang dituntut. Mereka adalah calon guru, maka saya tak mengizinkan mereka KKN hanya membuat papan nama jalan. Itu bukan kerja guru,? kata Bujang.
KKN yang sempat dihilangkan pada masa euforia reformasi dan bisa digantikan dengan menulis karya ilmiah sebagai syarat kelulusan terbukti tidak tepat langkah. Menurut Bujang, apa pun disiplin ilmu yang ditimba, membangun relasi alamiah dengan masyarakat yang sesungguhnya tetap sangat penting bagi mahasiswa. Sebab, meskipun sebagai pribadi dan makhluk sosial, setiap mahasiswa adalah bagian dari masyarakat, belum tentu mereka merasakan interaksi intensif, bahkan mengambil prakarsa untuk solusi masyarakat.
Ketua Praktik Lapangan Terpadu (PLT) FKIP Unila Mulyanto Widodo mengatakan optimalisasi peran KKN di daerah terus berinovasi. Integrasi bekal ilmu dari para mahasiswa dengan kearifan lokal dan pemangku kepentingan di daerah sangat ditekankan.
"Kami surprise dengan KKN mahasiswa FKIP Unila tahun ini. Program yang kami anggap unggul adalah prakarsa mereka menghadirkan forum-forum ilmiah di daerah tempat mereka KKN. Ini mendapat respons luar biasa dari stakeholder," kata dosen FKIP Unila ini.
Gebrakan para mahasiswa mendapat apresiasi khusus dari berbagai kalangan. Mulyanto mengatakan 56 sekolah yang tahun ini tidak mendapat jatah mahasiswa KKN FKIP Unila langsung meminta agar dimasuki mahasiswa KKN tahun depan.
"Ini saya sudah mendapat listing sekolah-sekolah itu dan mereka sangat berharap bisa dimasuki anak-anak kami tahun depan," ujar dia.
Eva Oktarina, wakil kepala SMAN 1 Liwa, mengaku sangat terbantu oleh mahasiswa KKN. Satu tema forum ilmiah yang digelar di SMAN 1 Liwa, yakni pelatihan sistem informasi geografi, kata Eva, sangat surprise bagi guru bidang studi Geografi.
"Banyak guru-guru yang kecewa karena tidak mendapat undangan dari panitia. Ilmu geografi berbasis IT yang diberikan ini sangat berguna dan baru bagi kami," kata dia.
Pakar-pakar lain dari FKIP Unila di bidang geografi, penelitian tindakan kelas, teknologi informasi dan komunikasi, dan lainnya. Bujang mengatakan pola KKN di fakultasnya memang didesain agar mahasiswa bisa belajar dan mengabdi kepada masyarakat. "Kami menyebutnya KKN pendidikan terintegrasi," kata dia.
Konsep mahasiswa menjadi jangkar ilmu pengetahuan di daerah adalah sesuatu yang baru. Model ini meniscayakan ilmu dapat masuk ke sel-sel dan wilayah yang selama ini serasa mustahil.
"Kalau tidak difasilitasi para mahasiswa yang punya akses dekat dengan kepakaran dan kompetensi baru, rasanya kami hanya bisa mimpi," kata Maryan Hasan, salah satu peserta pelatihan yang juga guru di MAN Liwa, Lampung Barat. (SDM/M2)
Sumber: Lampung Post, Minggu, 25 Agustus 2013
No comments:
Post a Comment